Vera tampak sudah siap. Dia menggunakan kaos dan celana jins. Casual sekali bila dibandingkan dengan Susan yang cuma bercelana pendek dan berkaos krah hitam. Vera turun dan segera menggandeng tangan Rey. Rey menggandeng balik. Vera tersenyum bahagia. Rey tersenyum kaku. Susan tersenyum pahit.
Hati Susan berdenyut. Dia merasa konyol telah menyetujui rencana ini. Seharusnya dia tetap menolak rayuan-rayuan untuk menemani mereka berdua. Dia merasa tidak diabaikan. Rey dan Vera bagaikan sepasang insan yang sedang dimabuk cinta dan Susan bagaikan baby sitter yang membawakan barang-barang mereka. Susan tahu Rey tersiksa. Rey tahu Susan tersiksa. Hati mereka membisu tidak tahu harus berkata apa.
“Sayang, kamu kapan balik Jakarta? Vera sudah kangen pengen jalan terus sama kamu.”
“Nanti ya Ver, di sini masih banyak kerjaan. Ga bisa ditinggalin gitu aja.”
Susan menguping dari belakang. Dia tahu menguping itu tidak baik, tapi dia tidak tahan untuk mendengarkan perbincangan Vera dan Rey.
“Nanti kamu di sini kelamaan, naksir cewek lain Rey, Vera nggak mau kehilangan kamu.”
“Tenang aja. Rey ga naksir siapa-siapa kok. Cuma kamu Ver yang ada di hati Rey.”
“Ah, kamu manis banget sih Rey. Vera jadi makin sayang deh.”
Hati Susan langsung retak mendengar kata-kata Rey barusan. Apa maksudnya? Mengapa Rey tidak diam saja dan membiarkan Vera berceloteh? Sepertinya Rey sudah lupa kalau Susan ada di belakangnya. Sepertinya Rey tidak sadar kalau perkataannya barusan melukai hati Susan. Sesekali Vera melihat barang dan Rey menggamit pinggangnya. Susan merasakan sakit di hatinya. Dia tahu, Rey tipe laki-laki yang penyayang. Dia tahu Rey tidak bermaksud menyakiti hatinya, tapi itu reflek dilakukannya. Dulu, Rey sering melakukan itu ke Susan. Paling tidak sebelum Vera datang.
Akhirnya dua jam pun berlalu sudah. Bagaikan bertahun-tahun menanggung beban, Susan menghela nafas lega. Sekarang, mereka pasti akan pulang dan istirahat. Paling tidak, itu harapan Susan. Lalu Vera beristirahat dan Susan dapat berbincang-bincang lagi dengan Rey, seperti yang selama ini mereka lakukan. Berbagi suka, berbagi duka, berbagi kisah bersama.
“Kita makan dulu yuk sayang.” Vera menawari Rey untuk makan.