Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Sarung Lusuh dan Kopiah Usang Doja Badollahi

19 April 2018   15:18 Diperbarui: 21 April 2018   05:53 3680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini ada sarung dan kopiah untuk tata." Saya melanjutkan ucapanku.

Senyum doja Badollahi semakin melebar. "Wah nak Rannu...merepotkan saja, tapi terima kasih banyak ya." Katanya.

"Ah...itu hanya kopiah dengan sarung tata...agar tata bisa ganti kopiah dan sarungnya." Ucapku sambil memegang pundaknya.

"Apa kata dunia, kalau melihat doja mesjid Baiturrahman Kindang, kopiah dan sarungnya sudah lusuh seperti ini. Kataku setengah bercanda sambil mengutip ucapan Dedy Mizwar dalam film Naga Bonarnya yang terkenal itu. Sambil berucap demikian tanganku meraih kopiah usang doja Badollahi, lalu aku ganti dengan kopiah yang saya bawa. Doja Badollahi hanya terkekeh-kekeh.

"Kita harus jaga marwah umat Islam tata, jangan sampai kita terlihat kumuh."

"Masa cuma lantaran  sarung dan kopiah ini  saya terlihat kumuh nak Rannu?" tanya doja Badollahi dengan tawanya yang belum habis.

Iya sih, selama ini doja Badollahi orangnya bersih, rapi dan cekatan. Karena dialah mesjid Baiturrahman meski sederhana, tetap terlihat bersih, asri dan apik. Pikirku sambil memandang sosoknya dan mesjid kami yang meski kecil tapi terawat dengan baik.

"Kalau saya lupa membersihkan mesjid dan halamannya, lalu rumah ibadah kita ini terlihat jorok, baru... apa kata dunia." Kata doja Badollahi, membuyarkan pikiranku. Tapi kata-katanya sekaligus membuatku tersenyum kecut. Saya sendiri dan kebanyakan warga, selama ini tidak pernah mengacuhkan soal kebersihan mesjid ini. Segalanya seakan menjadi tanggung jawab doja Badollahi dan kami tidak pernah pusing dengan itu.

Perbincangan kami akhirnya harus berakhir. Gelap sudah merangkak mendatangi kampung kami. Sebentar lagi magrib segera tiba.

***

Sumber: marimembaca.com
Sumber: marimembaca.com
Waktu magrib telah lampau. Salat  Isya baru usai.  Saya,  ustaz Abu Jaropi, Ayah dan beberapa tetua kampung, tinggal sebentar di mesjid. Kami tengah membicarakan beberapa orang dari kampung ini yang batal berumrah. Kabarnya mereka tertipu travel umrah yang memberi iming-iming harga murah. Salah seorang tetua kampung menjelaskan bahwa pemilik travel ini hidupnya kaya dan glamor,  punya mobil-mobil mewah segala, serta suka pelesiran keluar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun