" Iya..." Raut wajah Gaby berubah, " Mbak, saya mau masuk kelas dulu, bayarnya ntar pulang sekoalh ya. Dompet saya di ruang guru."
" Udah biarin sama saya aja ntar bayarnya.." Potong Alan
" Yeee..jangan, biarin aja..saya amsuk kelas dulu ya Mas Alan. " Gaby beranjak.
" Ok..see you, "
Alan melepas kacamatanya, menghelas nafas. I made a mistake....ucapnya dalam hati.
Selesai membuat summary tulisan, Alan beranjak ke parkiran mobil. Jarum jam menunjukkan pukul dua belas.
Lagi panas-panasnya.
Alan mengedarkan pandang ke segala penjuru sekolah. Suasana seperti ini udah dirasakan puluhan tahun lalu.
Masa --masa manis.
Di sebelah barat gedung sekolah masih tetap seperti dulu, rumah seorang kaya di kecamatan yang cenderung tertutup. Dari dulu ya seperti itu. Bahkan sampai sekarang Alan tidak tahu nama pemilik rumah. Hanya saja bagian samping dekat dapur, dulu pernah ada yang jualan. Pembantu si tuan kaya. Namanya kalau nggak salah mbok Pon. Ya itu saja yang Alan tahu.
Sementara sebelah baratnya seruas jalan kecil yang menghubungkan Desa wates ke jalan Raya Wates. Sebelahnya lapangan, di depannya kantor Kades, sampingnya Koramil, di sampingnya lagi ladang tebu. Semua masih seperti itu.