Dulu setiap kali pulang sekolah Alan selalu mampir di warung es yanga da di pinggir sawah. Atau sekedar meminta tebu ketika ada tebu yang dipanen.
Asal dimakan ditempat pasti dikasih sama yang tukang tebang tebu. Hal itu dilakukan kalau misalnya mereka, Alan dan teman-temannya kehabisan duit jajan.
Ahhh..kemana mereka sekarang ya.
Sebangsa si Agung, Budi,dan lain-lain.
Agung ini anak orang kaya dulu. Tapi ketika ditelisik ke alamatnya, mereka sudah tidak di sana lagi. Bapak Agung udah meninggal. Mereka pindah entah kemana, tak ada yang tau.
Si Budi tetap nerusin usaha bapaknya, tani tebu.
Aaahh...waktu demikian cepat menggilas kita. Siap tak siap kita harus bisa menerima segala perubahan. Terhadap kita, sekeliling kita.
Bukankah Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling pintar beradaptasi.
Hari kedua
Alan nongkrong di warung nasi pecel tak jauh dari sekolahnya. Menikmati sepiring nasi pecel khas Kediri. Ini menu sarapan khas Kediri.
Menunya terdiri dari pecel, lauk Tahu atau tempe Goreng, plus rempeyek. Simple, gak terlalu spicy. Buat orang Kediri perantauan, menu seperti inilah yang selalu menimbulkan homesick.