Itulah kondisi kota kecamatan ini. Jauh..sangat jauh lebih statis dari koa besar macam Jakarta. Sangat beda dinamikanya. Di Jakarta mana bisa lihat lahan kosong. Dikit-dikit, bangun Mall. Dikit-dikit, bangun Apartemen. Dikit-dikit, bangun sentra bisnis.
Ahh...sudahlah, ngapain ngurusin gilanya orang Jakarta.
Alan melangkahkan kakinya ke tempat mobilnya diparkir di depan sekolah. Alan sengaja lewat gang kecil yang membatasi sekolah dan rumah orang kaya sebelah sekolah. Dulu pas lewat ruang-ruang kelas gini, biasanya sambil teriak-teriak norak. Ngeledekin teman lain kelas yang lagi belajar. Biasanya pas jam-jam pelajarang yang mengharuskan mereka beradas di luar ruangan. Pelajaran olahraga misalnya.
Gila...kayak balik ke jaman dulu lagi nih. Alan menyimpan senyumnya. Entah geli, gembira atau apa..yang penting senyum aja. Bodo amat dianggap gila, yang penting senyum aja. Yang penting happy aja. Sebodo teuing!
Saking asyiknya matanya meleng, dan, " Brukk!" tubuhnya menabrak sesuatu. Yang jelas bukan tembok, karena tembok nggak bisa teriak. Tapi yang barusan ditabrak bisa teriak, walau tertahan.
Buku yang tadi dibawa berhamburan, Alan membantu memungutinya.
Alahhhh...ini kan kayak di sinetron-sinetron!
Si cowok atau cewek meleng, tabrakan, bukunya berhamburan, lalu mungutin bersama, saling pandang, satunya malu. Satunya terpesona. Basi aahhh...
Entah dipopulerkan oleh siapa adegan kayak gini.
Yang jelas kita sering, puluhan bahkan ratusan kali melihat adegan kayak gini. Biasanya selain di sinetron Indonesia, ada di film Bolywood modern.
Sumpah!