Mohon tunggu...
No Name
No Name Mohon Tunggu... -

Seorang pria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

2xLove (I) 9: Janji Hati

5 April 2012   03:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka dulu populer di sekolah kita. Kamu sudah pernah dengar CMC kan?" ujar Lini sambil mengerling pada yang lain.

Julia mengangguk dan tersenyum. Dia jelas sekali sudah pernah mendengarnya. Lini sendiri pernah menceritakannya padanya.

"Wah, Lin. Kamu sudah kasih tau apa sama Julia? Jangan terlalu dipercaya, Jul. Lini memang suka berlebihan kalau cerita," ujar Christy sambil tersenyum pada dua sahabatnya.

"Iya. Nama CMC juga bukan dari kita. Tiba-tiba saja ada yang menyebut begitu. Kalau mengingatnya, kita jadi malu. Betul tidak?" ujar Cindy pada Mitha dan Christy.

"Betul!" sahut Mitha dan Christy bersamaan.

Pembicaraan mereka pun beralih lagi. Tidak terfokus pada Julia dan Jerry. Jerry menarik napas lega dan melihat ke arah Julia. Mereka saling terseyum lega. Vera memperhatikan mereka. Dan dia tahu dirinya sudah kalah. Perasaan kecewa menyelimutinya. Tapi dia tak beranjak dari tempatnya. Dia pura-pura mengikuti suasana di sekelilingnya dengan perasaan kacau balau yang sulit dijelaskan. Tak ada nyala berkilat lagi di matanya. Tak ingin lagi dia menyapa Jerry. Tak perlu lagi dia terlalu memperhatikan Jerry. Melihatnya saja, dia merasa sungguh menyesal. Atau mungkin sayang. Beginilah sikap orang yang memendam cinta sepihak. Pahit. Tapi tak bisa menyalahkan orang lain.

*****

Vera memasukkan buku terakhir ke dalam tasnya. Lalu dia berjalan menyusul teman-temannya keluar kelas. Yenni dan Melvi diam saja. Pun saat mereka berpapasan dengan Lini dan Julia di tangga. Vera seolah enggan menoleh. Dia berjalan dengan langkah cepat menuruni tangga. Dan berjalan terus ke arah gerbang. Melvi dan Yenni terpaksa menyusulnya dengan langkah terburu-buru. Kemudian Yenni menunggu hingga Vera dan Melvi naik ke becak dia baru mulai berjalan pulang. Rumahnya cukup dekat dari sekolah. Di atas becak Vera melihat Jerry yang berada di atas motor menepi di pinggir jalan, sedang bicara dengan Adrian. Dia menarik napas dalam lalu membuangnya tiba-tiba. Melvi pura-pura tak mengetahuinya. Dia tahu perasaan temannya kini sedang kacau. Orang yang selama ini paling disukai Vera ternyata tak menyukainya. Padahal beberapa hari ini Vera begitu gembira bercerita kalau dia dan Jerry semakin dekat. Selalu ada semangat dalam setiap kata dia menyebutkan nama Jerry. Dan dia juga berpikir Jerry mulai memperhatikannya. Lalu dengan percaya diri dia pernah berkata, " Sebentar lagi, Jerry akan menjadi pacarku". Ternyata semua hal tidak selalu seperti yang kelihatan. Julia yang beberapa hari ini terlihat menjauh dari Jerry tiba-tiba saja kembali begitu dekat. Bahkan mereka sudah pacaran. Dan ini membuat bingung beberapa orang. Termasuk dirinya. Kalau sama-sama suka, kenapa mereka sempat saling menjauh, hingga membuat Vera berpikir dia punya peluang? Dia merasa kasihan melihat Vera kini. Kalau dulu dia mungkin sudah teriak-teriak dan marah-marah. Tapi, sejak dia mengatakan dia kembali menyukai Jerry, dia bilang mau berubah. Apa yang kurang dari Vera kalau dipikir-pikir? Dia cantik dan juga pintar. Sejak kelas satu dia tahu betul temannya sangat menyukai Jerry. Meskipun saat itu dia suka membentak Jerry karena Jerry begitu tak mempedulikannya. Hingga akhirnya dia capek dengan sikap Jerry dan tak lagi terlalu peduli padanya. Tapi bagaimanapun, dia tahu, Vera masih tetap menyukai Jerry.

Melvi menoleh pada Vera. Dia sebentar lagi akan turun. Dia cukup berjalan beberapa langkah saja dari simpang yang tinggal beberapa meter lagi. Tapi dia tertegun melihat pantulan kilauan air mata pada garis bawah mata Vera yang sedikit merah. Dia terdiam sebentar lalu berseru pada tukang becak.

"Berhenti di simpang, Bang! Ver, aku duluan ya," ujarnya sambil memegang tangan Vera. Vera hanya mengangguk saja.

Becaknya kembali berjalan. Panas matahari yang tak berubah sepanjang tahun membuat tubuh tukang becaknya hitam legam. Saat matanya kembali melihat lurus ke depannya. Dia melihat Jerry berbelok dari tikungan. Dadanya terasa terhimpit melihatnya. Jerry baru dari jalan Imam Bonjol tentulah baru mengantar Julia. Motor Jerry bergerak terlalu cepat sehingga dia tak menyadari keberadaan Vera. Dalam hati Vera cemas juga melihat Jerry yang membawa motor dengan kecepatan seperti itu. Bagaimanapun, dia masih memiliki perasaan pada Jerry.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun