Tubuh Julia mendadak diselimuti suatu kehangatan luar biasa. Jantungnya yang mulai terbiasa tetap tenang bila bersama Jerry mendadak bereaksi seperti kali pertama mereka bertatap muka. Ada kebahagiaan berlebihan yang mendesak dadanya sehingga membuatnya sulit bernapas. Dia menggulum bibirnya dan tersenyum.
"Sekarang dan seterusnya, aku hanya akan menyukai kamu seorang, Jer. Tak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku."
Sinar mata Jerry menjadi seterang bintang di angkasa begitu mendengar pernyataan Julia. Dia menggeser posisi duduknya, lalu menyandarkan kepala Julia ke dadanya. Dia berusaha meredam gejolak dalam dadanya. Perlahan dia menarik napas dalam-dalam. Aroma tubuh Julia yang khas masuk melalui rongga dadanya. Mendekam selamanya dalam hatinya. Julia tampak tenang dalam dekapannya. Jari-jari tangan Jerry perlahan membelai lembut rambut hitam Julia.
"Rambutmu bagus, Jul. Halus dan lembut."
Julia masih tetap menyandarkan kepalanya di dada Jerry. Cuma bergerak sedikit sewaktu menanggapi perkataan Jerry.
"Oh ya? Eh, kamu tau tidak sebelumnya rambutku dicat pirang?"
"Ya. Aku ingat pernah melihatmu di gerbang sekolah. Waktu itu rambutmu memang pirang."
"Cuma itu saja? Tak pernah lihat sebelum itu?"
"Ehm .... Oh ya, waktu itu aku mampir ke toko. Aku ingat ada orang rambutnya dicat pirang. Itu kamu?" ujar Jerry pura-pura tak tau. Padahal dia sudah pernah mendengar cerita Ibunya sewaktu Mitha menggodanya.
"Iya. Kamu tak tau itu aku?"
"Tidak. Aku tak begitu memperhatikan."