Mendengar perkataan Mitha, Jerry spontan mencubit lengannya. Mitha menepis tangan Jerry lalu mengelus-ngelus mengusir rasa sakitnya. Ibunya hanya tersenyum.
"Mama tau dengan siapa tidak?"
"Ehm ...," gumam Ibunya lalu memejamkan matanya. Mencoba mencari sebuah nama, "Julia ya?" ujarnya kemudian.
"Ya, benar. Ya, Jer? Bagaimana Mama tau?"
Jerry pun tak kalah heran. Dia hanya tersenyum tak menanggapi penegasan Mitha barusan.
"Tau tidak bagaimana mereka bertemu, Mit? Mama waktu pertama bertemu Julia punya kesan yang baik. Waktu itu dia dan mamanya datang ke toko. Tapi Jerry yang tiba-tiba datang sepertinya tak melihatnya. Sebenarnya mama sengaja mengajaknya ke acara waktu itu supaya dia bertemu Julia. Tapi dia malah tak mau masuk. Terus waktu jemput Mama, Jerry bertemu dengan Julia. Dan mama sudah menebak mereka sama-sama punya rasa waktu itu. Makanya sekarang mama bisa menebaknya."
"Wah, hebat Ma! Mama bisa tau sebanyak itu."
"Anak laki-laki mama ini memang paling sulit dimengerti. Cuma soal Julia saja yang bisa Mama tebak," ujar Ibunya sambil tersenyum.
Mitha kembali menggoda Jerry. Dan Jerry lagi-lagi tersipu sambil pura-pura menoleh ke arah lain. Dia jadi berpikir, apa benar dia sebelumnya sudah pernah melihat Julia di toko? Memang betul, waktu itu dia ke toko dan sedang ada orang. Aha, jadi begitu. Rambut Julia masih dicat pirang, sama seperti waktu dia pertama kali melihatnya di gerbang sekolah. Pantas saja dia tak menyadarinya selama ini.
"Eh, Jer. Sering-sering ajak Julia ke sini. Ya, ma?"
Ibunya tersenyum dan mengangguk menanggapi perkataan Mitha. Kemudian mereka kembali menatap layar televisi. Willy pulang tak lama setelah itu. Dia baru dari tetangga sebelah. Dan Mitha lagi-lagi menggulang cerita yang sama pada Willy. Tapi kali ini Jerry sudah tidak malu-malu lagi. Dia tetap memperhatikan layar televisi sepanjang Mitha mengulang ceritanya.