"Tidak, tidak. Maksudku kalau dihadapkan pada situasi yang sulit ditolak, maka bisa terjadi seperti itu. Tapi jangan sekali-sekali kau berpikir semua perempuan seperti itu. Itu artinya kau melecehkan perempuan."
Tak usah diingatkan seperti itu pun Jerry tak pernah berpikir demikian terhadap perempuan. Laki-laki menurutnya juga akan berlaku serupa. Hanya saja, selama ini yang lebih dominan mengalaminya adalah perempuan. Tapi dia tetap menganggap masih banyak perempuan yang baik. Tak usah jauh-jauh. Ibunya baginya adalah perempuan terbaik di dunia ini. Kemudian Mitha yang begitu rajin dan giat selama ini. Dia adalah kakak yang sangat baik pula. Kemudian setelah bertemu dengan Julia, dia tahu orang akan sulit tidak jatuh cinta pada orang semanis dirinya. Penuh perhatian dan kelembutan.
Begitu Mitha masuk ke dalam kamarnya, Jerry menggeser duduknya ke pinggir sofa. Dia meraih telepon dan mulai menekan tombol.
"Halo, Julia ada?"
"Dari siapa ini?"
"Dari Jerry."
"Tunggu sebentar!"
Jerry tidak lagi grogi seperti saat pertama dia menelpon Julia. Sekarang dia menunggu dengan tenang.
"Halo! Ada apa Jer?"
"Tak ada apa-apa. Cuma rindu dengan suara kamu saja."
"Oh. Kamu sedang apa sekarang?"