"Otak cabul, mau mati ya kamu! Jagain adikku dulu, sehabis aku selesai, baru kamu."
Olan mengangkat tangan lagi,
"Gitu saja sewot."
Risa yang sedari tadi melihat akting diluar skenario itu menahan tawa dengan menutup mulut dengan tangan kanannya. Ersa berlalu masuk ke ruang ganti. Olan kemudian membicarakan Ersa, kakak Risa yang menurutnya selalu terlihat cantik tetapi juga berbahaya karena statusnya sebagai seorang ratu preman yang disegani. Tak lupa juga anak buahnya yang menyeramkan membuat seorang Olan bergidik nyeri kalau berhubungan lebih dekat dengan Ersa.
Risa yang menangkap gelagat rasa berharap Olan bisa menjinakkan kakaknya yang semakin liar setiap hari. Risa masih menunjukkan wajah yang seakan tertekan karena kesedihan. Olan yang merasa sok tahu berbicara panjang lebar mengenai kawan-kawan Risa yang sudah mempunyai mainan baru berupa cowok-cowok nan keren yang salah satunya adalah Raito. Olan heran mengapa juga Risa tak mau bergabung bersama mereka dan memilih menyendiri.
Jawaban dari Risa.
"Aku nggak bisa kak seperti itu, mereka takut kalau mendekatiku bakal kena hajar kakakku atau anak buahnya, Mereka yang sudah tahu kakakku tak akan berani dekat-dekat denganku."
Olan berpikir lebih lama dari sebelumnya. Ia lalu meminta tolong kepada Risa agar mendekati Raito.
"Tapi kakak tahu kan, mana mungkin cewek mulai dulu.”
Jawab Risa.
"Duh anak itu, benar-benar."