Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hana Risa Suba II

21 September 2011   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Tinggal saja, dia pasti lama didalam."

Ersa dan Risa pulang ditemani beberapa anak buah Ersa. Olan keluar dari ruang ganti. Tak mendapati kedua dara cantik itu, Olan berlari ke arah manajernya yang lagi duduk-duduk minum kopi bersama sutradara. Berbincang-bincang urusan kontrak. Hari itu berlalu dengan bintang bersinar terang di malam yang kelam.

Selasa, 4 Oktober 11, Pertemuan ke 7 di kelas pelatihan berakhir, dan sebagai tugas, para mahasiswa disuruh membuat resensi dari novel karya penulis baru yang berjudul organisasi udara oleh dosennya. Dikatakan oleh dosen itu bahwa novel itu sudah tembus angka 3000 copy. Capaian yang lebih dari cukup untuk novel baru. Sayangnya, identitas penulis tertulis di bawah judul dengan nama rekaan. Sementara identitas asli dirahasiakan oleh penerbitnya sendiri. Dalam wawancara yang dimuat di media cetak, pembicara dari penerbit berdalih semua itu atas permintaan penulisnya sendiri.

Raito kaget dan terbengong mendengar informasi itu dari dosennya. Sepulang dari kelas, sore itu pukul 16.00 Raito muncul di lokasi shooting Olan. Olan yang masih mengenakan kostum wayang gatotkaca kaget akan kehadiran Raito. Menghampiri Raito yang berdiri di belakang para kru yang sedang sibuk menata naskah.

Olan menghampiri Raito yang ternyata kesana hanya ingin bertanya masalah update jumlah bukunya yang sudah laku. Setelah diberi tahu Olan kalau jumlahnya 3431, Raito langsung membalikkan badan dan pergi begitu saja tak ada salam tak pamit juga.

“Ini anak datang tak diundang pulangnya tak sopan."

Ersa yang masih mengenakan baju bodo mendekati Olan,

"Siapa Lan?"

"Temanku Er.”

“Temanmu yang ingin dikenalkan ke adikku?”

“Eh, bukan Er bukan, bukan dia orangnya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun