"Perlu kubantu?"
Tawaran Ryshaka ditolak. Alhasil, begitu banyak barang-barangnya keluar dari tempatnya, berserak di dekat kaki Ryshaka. Mau tak mau, Ryshaka ikut berjongkok membantu. Saat Renjana menemukan dan menarik keluar apa yang dicarinya---payung dengan warna senada dengan tasnya---buku berwarna hitam milik gadis itu ikut terjatuh.Â
Dengan niat baik, Ryshaka ingin mengambilkannya. Namun, berlembar-lembar kertas warna-warni berukuran kecil malah berjatuhan dari dalamnya.
      Sesaat, Ryshaka hanya melongo. Terlebih saat matanya tak sengaja membaca tulisan dalam kertas warna-warni yang dipenuhi sumpah serapah dan kata-kata penyemangat itu.
      Renjana berdiri kembali. Mencangklongkan ranselnya dan membentangkan payung. "Mau ikut denganku?" tawarnya.
      "Duluan saja. Payungmu terlalu kecil. Lagipula di luar hanya gerimis biasa."
      "Baiklah, sampai jumpa."
      "Kau akan langsung pulang?"
      "Seseorang mungkin sudah menungguku. Lagipula ini terlalu larut untuk mengobrol lagi."
      "Baiklah. Hati-hati. Senang bertemu denganmu, Nana."
      "Aku yang seharusnya mengatakan itu."