Bunga hanya tersenyum sambil berkata : "Ah Hen, nggak apa-apa aku suka kok kamu mau menggoda seperti itu."
"Tapi Bunga. Maafkan aku ya!" kataku menyesali diri.
Bunga kembali tertawa sambil mencubit lenganku. Aku semakin salah tingkah ah dasar beginilah nasib menjadi seorang pemuda pemalu yang malah jadi malu-maluin.
Kejadian pagi itu meninggalkan rasa bahagia namun ketika aku teringat sosok Rio, kebahagian itu langsung sirna.
Pernah aku mencari tahu kepada Mira, siapa sebenarnya Rio. "Rio memang sering berkunjung ke rumah Bunga," begitu penjelasan Mira. Iya bahkan aku sendiri sering melihat Bunga dijemput Rio saat pulang sekolah.
"Tapi kamu tidak usah putus asa. Ayo dong berani sedikit. Ngomong gitu, kalau kamu itu cinta banget sama Bunga," kata Mira memberi semangat. Aku hanya terdiam.
"Apa harus aku yang mengatakannya kepada Bunga kalau kamu itu cinta banget?" Ancam Mira.Â
"Eh jangan Mira. Aku kan nanti nggak enak sama Rio," kataku penuh rasa khawatir.Â
Mendengar ini Mira tertawa lalu berkata: "Hen sudahlah sekarang kamu harus percaya padaku. Bunga itu juga naksir kamu. Biarin saja Rio itu siapa. Kalau Bunga pilih kamu kan selesai persoalan."
"Iya tapi kalau Bunga pilih Rio terus aku mau dikemanain?" kataku sambil tertawa tapi terasa sumbang.
"Kamu tahu enggak, pernah Bunga bertanya padaku. Dirimu itu sudah punya pacar apa belum?"Jelas Mira.Â