Demikian salah satu curahan hati Bayu di Buku Hariannya. Pemuda ini punya pemikiran yang logis juga bahwa cinta memang harus dibarengi dengan kesetaraan.Â
Bayu berpikir tentang kesetaraan status sosial. Namun dengan mencoba berpikir seperti itu, apakah Bayu bisa meredam gejolak cintanya kepada Intan?Â
Ternyata tidak sesederhana yang diucapkan. Beberapa hari terakhir ini Bayu semakin galau apalagi hampir setiap hari Bayu melihat Intan diantar dan dijemput oleh Pemuda yang tempo hari bertemu di lampu merah itu.Â
Belakangan Bayu tahu pemuda itu bernama Royke ketika mereka diperkenalkan oleh Intan di pelataran parkir sekolah.
"Intan dan Royke memang pasangan yang sangat serasi. Jika mereka saling mencintai maka lengkaplah sudah cinta mereka dengan kesetaraan yang utuh. Ya Allah maafkan aku andai aku ingin bertanya mengapa Engkau begitu mencintai hamba-hambaMu padahal Engkau memiliki nilai kesetaraan yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Betapa aku mencintai Intan namun aku tidak bisa memberikan imbangan kesetaraan kepadanya. Andai Intan tahu betapa aku mencintainya namun hanya satu ketakutanku yaitu penolakkannya"
Kembali keresahan hati Bayu tertuang di atas lembar-lembar Buku Hariannya.
Hari ini seperti biasa, pulang sekolah Bayu langsung menuju tempat parkir sepeda motor. Tiba-tiba terdengar ada suara memanggil namanya. Ternyata Intan, berlari kecil menuju ke arah Bayu.
"Bayu apakah kamu keberatan jika aku minta diantar pulang? Mobil jemputanku dipakai Ibu!" Pinta Intan penuh harap.
"Royke tidak menjemputmu?" Tanya Bayu sedikit menyelidik. Intan tersenyum mendengar nada pertanyaan Bayu.
"Roy ada kuliah siang ini jadi tidak bisa jemput juga. Bayu tak apa-apa kok kalau kamu keberatan," Intan pura pura merajuk.
"Oh enggak apa-apa Intan. Aku bersedia mengantarmu," kata Bayu gugup.