Andai saat ini Intan sering belajar bersama maka itu hanya semata-mata untuk urusan pelajaran sekolah saja.Â
Hal itu juga sama dengan yang dilakukan oleh teman-teman wanitanya yang lain. Â Bagi Bayu hanyalah sebuah mimpi untuk mendapatkan cinta seorang Intan Permatasari.
Bayu jadi teringat hari Minggu yang lalu ketika itu ia baru saja pulang memberikan les privat Matematika dari kawasan Batununggal, secara tidak sengaja Bayu bertemu Intan di lampu merah perempatan Batununggal-Soekarno Hatta. Intan dari mobilnya menyapa Bayu terlebih dulu.
"Hai Bayu! Darimana nih?" Sapa Intan.
"Hai Intan, ini aku baru memberi les privat!" Jawab Bayu setengah berteriak di tengah tengah kebisingan lalu lintas Kota Bandung.
Mereka hanya sebentar saja bertegur sapa karena lampu hijau sudah mulai menyala. Â Bagi Bayu pertemuan itu adalah hal yang menegaskan bahwa Intan memang sudah punya pacar karena saat itu Intan ditemani seorang pria yang duduk dibelakang kemudi BMW hitamnya.Â
Bayu melihat sekilas pemuda itu gagah, kelihatan ramah bahkan saat itu sempat melempar senyum ke arah Bayu.Â
Usianya kira-kira lebih tua satu atau dua tahun dari Bayu mungkin saat ini sedang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Bandung.
Buku harian kecil berukuran 10 x 14 cm dengan tebal 3 cm tergeletak di atas meja belajar. Malam itu Bayu mulai mengisinya dengan curahan hati yang ia rasakan hari ini menjadi catatan lembar demi lembar.Â
Bagaimana Bayu harus menghadapi kenyataan cintanya harus ditepikan oleh keadaan.
"Aku memang harus reslistis terhadap semua keadaan. Aku harus tahu diri dan tidak perlu berharap terlalu muluk. Aku mencintai Intan namun ternyata tidak cukup hanya sekedar cinta yang harus kumiliki karena aku tidak memiliki hal yang lainnya. Cinta harus dibarengi dengan kesetaraan"