"Lah tukar tempat kita. Aku turun tadi pagi dan langsung naik lagi ke Gunung Sumbing untuk menemuimu."
"Aku juga turun tadi pagi dan langsung mendaki Gunung Sindoro. Tapi kenapa kita tak bertemu?"
"Mungkin kau lewat ketika aku istirahat dulu di saung di kebun warga. Aku sudah sangat lelah saat turun."
"Dan kau masih memaksa untuk naik Gunung Sumbing lagi? Kau memang konyol," ucapku. Dia terkekeh yang sengaja diperdengarkan lewat HT. Aku merasakan suara itu kali ini lebih bahagia, bukan suara kekecewaan. Perlahan aku duduk. Masih di atas batu menghadap kawah yang menyemburkan asap. "Jadi kau pilih yang mana?" tanyaku.Â
Untuk beberapa jenak hening. Aku menunggu suara itu, bahkan suara krasak-krusuk itu.Â
"Yang pasti bukan yang ketiga."
Seketika aku tersenyum.Â
Selanjutnya kami saling berkenalan dan bercerita tentang hidup masing-masing. Termasuk kemungkinan aku akan menikahi pacarku. Kami berjanji bertemu di Terminal Wonosobo agar aku dapat mengembalikan HT miliknya.Â
****
Sore itu di Terminal Wonosobo. Aku menunggu lelaki itu datang. Jadwal keberangkatan bus ke Bandung adalah sehabis magrib, jadi aku tak punya waktu banyak karena aku tiba di sana pukul 5.Â
Aku sedang duduk di bangku rumah makan ketika serombongan pendaki yang aku tahu adalah orang-orang yang kutemui di basecamp Sumbing kemarin itu lewat. Mereka sempat melihatku dan tertawa-tawa. Aku heran melihatnya dan sedikit curiga. Apa sebenarnya mereka yang mengerjaiku?Â