"Iya."
"Lantas kenapa kau masih ragu?"
"Tidak sesederhana itu."
Aku tak bisa melanjutkan perkataanku.
"Apa kau benar-benar mencintainya?"
"Ya. Sangat."
"Aku tidak tahu apa yang aku harus katakan lagi, tapi menurut pengalamanku perbedaan agama bukan alasan untuk tidak menikah. Tapi setiap orang berbeda. Pernikahanku hancur bukan karena agama, melainkan karena dirinya yang sangat ingin punya anak dari rahimnya sendiri."
"Apa kau mencintainya?" Aku balik bertanya hal yang sama.Â
"Ya. Sangat." Jawaban yang sama persis dengan jawabanku terlontar.Â
"Apa kau mencintai ibumu?" tanyaku. Entah kenapa pertanyaan itu begitu saja mencuat di pikiranku yang langsung aku ajukan padanya.Â
"Ya. Tentu saja. Kenapa?"