Kamar Landung berukuran 4 m x 4 m, kurasa kamar Bari pun begitu. Di sana ada busa kasur berukuran 2 m x 1 m, almari baju, dan meja belajar. Barang-barang Landung masih berantakan, sama seperti yang kulihat tadi malam saat mengantar dia dan Bari pindahan. Landung tidur di atas kasur. Gitar kesayangannya menemani Landung di samping dia tidur.
Landung terkejut melihat kedatanganku, sendirian. Dia mencoba bangun dari tidur, namun kucegah.
“Kau sakit apa?” tanyaku.
Dia tampak menunjuk ke beberapa obat yang tergeletak di atas meja belajar dengan dagunya. Ada sekitar 3 merk obat sakit kepala.
“Sakit kepala?” tanyaku, lagi.
Dia kembali mengangguk.
“Sudah diminum obatnya?” kutanya dia lagi.
Dia tak menjawab.
Aku duduk di samping kasur. Mengamati merk-merk obat sakit kepala itu. Semuanya kukenal. Menurutku semuanya sama, sama-sama berbahan dasar paracetamol. Hanya saja yang membedakan hanyalah brand yang membungkusnya. Itulah yang membuat perbedaan harga antara 1 merk dengan merk yang lain.
Aku sendiri sebenarnya tidak menyukai obat-obat pereda sakit kepala seperti itu. Juga obat-obat lain; obat batuk, obat capek, obat demam. Buatku sakit adalah sugesti. Jika hati, pikiran, dan badan kita bersugesti sakit, ya sakit. Tapi jika tidak ya tidak. Sakit kepala, atau sakit yang lain, akan benar-benar terjadi karena kita bersugesti sakit. Jika pun sakit memang benar-benar datang, sugesti kita hanya satu: sakit itu segera pergi. Jangan berpikir bahwa kita pusing, kita batuk. Tapi sugestilah, bahwa kita ini sedang tidak SEHAT. Sehat adalah sugesti yang positif. Aku sering percaya dengan berpikir seperti itu, aku akan cepat sembuh. Pikiranku ini juga untuk hal-hal lain. Misalnya, aku sedang tidak BERSEMANGAT bukan aku sedang lesu, capek, atau apapun. Tapi aku tidak BERSEMANGAT. Sugestiku positif, pastilah akan positif.
Tapi Landung sangat keras kepala. Kunasehati seperti itu, dia malah mengusirku.