Pertemanan ini adalah seperti aliran sungai panjang yang muncul dari puncak gunung. Aliran yang berkelok-kelok dengan bebatuan yang berada di sepanjang aliran itu. Kami adalah air yang mengalir, bersama. Penuh dengan terjangan batu yang besar dan kecil. Aliran itulah perjalanan kami nanti di kampus. Berkelok, penuh bebatuan. Dan bermuara di laut. Seperti saat lulus nanti.
Di awal, kami seperti menemukan keluarga baru. Menemukan kerabat baru dari berbagai daerah. Teman yang akan menemani hari-hari kami selama empat tahun kedepannya.
Aku menolak ajakan makan siang kali ini karena Landung. Aku khawatir mendengar kabar bahwa dia sakit.
“Kamu mau ke kos?” tanya Bari kepadaku.
Aku mengangguk.
“Gag ikut makan?”
Aku menggeleng.
“Aku ama Aziz ikut makan bareng anak-anak yang lain dulu. Nanti nyusul ke kos. Kamu mau nitip?”
Aku menggeleng lemah. Tak berselera.
Landung satu kos dengan Bari. Kamar mereka sebelahan.
Saat aku datang, pintu kamarnya terbuka sedikit. Kuketuk perlahan. Ada sahutan dari dalam. Aku membuka pintu itu perlahan.