“Kalo Landung sudah punya pacar gimana?”
Mendadak kulitku seperti tersengat lebah mendengar ucapan Aziz barusan. Landung sudah punya cewek?
“Dia sudah punya cewek?” ada nada kekecewaan dalam perkataanku. Dadaku bergejolak seperti dipukul-pukul palu.
“Cemburu ya…!!” lagi-lagi Aziz berhasil menggodaku.
Aku menimpukinya dengan bantal. Aku gag suka digodain seperti ini.
“Tapi serius Ren….”
Aziz memanggilku Ren. Berarti dia memang ingin berbicara serius.
“Landung sudah punya pacar beneran?” tanyaku.
Aziz tersenyum kecil. “Kamu tanya sendiri lah ama dia. Oke?”
Aziz lalu berlalu dari kamarku dengan meninggalkan satu tanda tanya besar. Rasa penat, capek, dan ngantuk yang tadi menyerangku, tiba-tiba terbang. Lenyap seperti ditelan bumi. Di kamar aku seperti sepotong tempe yang dilumuri tepung. Diguling-guling dalam minyak panas. Aku berguling-guling, berselimut, di atas tempat tidur. Hatiku panas, sepanas minyak goring yang digunakan untuk menggoreng tempe.
Perasaan itu muncul tiba-tiba. Seperti perasaan cemburu. Semacam itu kurasa