Pendahuluan
Tentulah secara umum kita sepakat bahwa di setiap suku-suku yang ada di Indonesia memiliki berbagai aliran-aliran kepercayaan yang beragam.
Baik di pulau-pulau besar maupun kecil yang ada di sepanjang hamparan khatulistiwa Indonesia, seperti pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan masih banyak lagi.
Teristimewa di pulau Sumatera Utara ada begitu banyak suku-suku yang mendiami pulau tersebut. Pun demikian kepercayaan-kepercayaan di pulau Sumatera Utara, ada beragam banyaknya.
Suku Batak Karo misalnya, sebelum menerima dan memercayai kepercayaan (agama formal) Kristen.
Untuk mengetahui kepercayaan Batak Karo sebelum Kekristenan masuk di suku tersebut, ada baiknya kita melihat dulu beberapa pandangan menurut para ahli yang mengartikan apa itu kepercayaan? Seperti apa kepercayaan Batak Karo?
Koentjaraningrat mengartikan kepercayaan sebagai adanya Yang Maha Tunggal (Tuhan) atau sebagai Penguasa Tunggal yang ada di bumi ini.
Sebagai contoh kepercayaan, menurut Rijoatmodjo, pada suku Batak terdapat tiga tingkatan kepercayaan; tingkatan pertama percaya akan adanya Sang Pencipta Alam. Sang pencipta ini bersemayam di langit yang tinggi.
Tingkatan kedua, tempat berdiamnya Batara Guru, Soripada, Manggala Bulan, dan tingkatan ketiga tempat bersemayamnya para dewa dan ruh.
Dalam masyarakat Karo khususnya, tingkatan kepercayaan ini, tingkat pertama disebut dengan Guru Butara, tingkat kedua disebut Tuhan Padukah ni Aji dan tingkat ketiga disebut Tuhan Banua Koling. Ketiganya disebut Satu Dibata (Tuhan Yang Esa).
Orang Batak Karo sejak zaman pra-historis percaya adanya Dibata (Tuhan), yakni Dibata Kaci-Kaci yang menciptakan bumi dan jagad raya.
Masyarakat Batak Karo percaya adanya tenaga atau jiwa yang hinggap di batu-batu besar, kayu-kayu besar, sungai, gunung ataupun tempat- tempat yang dianggap keramat lainnya.
Berkenaan dengan itu, Orang Batak Karo melakukan pemujaan dan penyembahan kepadanya karena benda-benda itu dianggap suci dan berkuasa. Pemujaan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Kepercayaan tradisional masyarakat Batak Karo ini disebut dengan Pemena. Sementara dalam pandangan Tambun, keyakinan Batak Karo juga disebut agama Pelbegu.
Agama Pelbegu disebut juga agama Pemena. Pemena artinya adalah pertama. Keyakinan ini banyak persamaannya dengan agama Hindu. Tetapi agama Pelbegu ini bukanlah agama Hindu, kemungkinan agama Pelbegu ini dipengaruhi agama Hindu.
Menurut Bangun Tridah walaupun masyarakat Batak Karo secara resmi telah dimasuki oleh ajaran agama formal seperti, Kristen Protestan, Katolik dan Islam, namun masih ditemui penganut agama tersebut menjalankan kepercayaan tradisionalnya, seperti kepercayaan pada roh-roh nenek moyang dan benda-benda yang mereka anggap keramat.
Praktik lain yang terkait dengan itu masih banyak pula ditemukan penggunaan jimat, pergi ke goa-goa, penghormatan kepada roh-roh nenek moyang dengan berbagai jenis upacara, adanya pengobatan-pengobatan tradisonal dan lain sebagainya.
Dari beberapa pandangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa sebahagian dari orang-orang suku Batak Karo sebelum dan sesudah menerima kepercayaan formal, maksudnya beragama Kristen, Katolik, Islam, ternyata masih melakukan kegiatan-kegiatan (ritual) kepercayaan lamanya di abad 21 ini.
Dalam hal ini, maka penulis menilai adanya masalah di dalam diri sebahagian orang-orang suku tersebut yang semestinya dicari dan ditemukan sebuah solusi untuk mengatasinya.
Dan penulis akan mengelaborasinya lebih lanjut dengan memberi judul pada artikel ini, "Kepercayaan Tradisional Suku Batak Karo: Memahami Warisan Spiritual Pra-Kekristenan dan Pendekatan PI."
Kepercayaan Suku Batak Karo
Apa dan Bagaimana Kepercayaan Suku Batak Karo? Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa suku Batak Karo juga memercayai adanya Sang Maha Esa (menurut kepercayaan lamanya).
Dalam masyarakat Batak Karo percaya akan adanya Yang Maha Esa, suatu bukti, suatu kesadaran akan adanya kekuatan-kekuatan di luar diri manusia, di luar kelompoknya.
Kesadaran ini mereka ekspresikan ke dalam beberapa perbuatan dan kegiatan-kegiatan (ritual).
Adapun bentuk-bentuk kepercayaan masyarakat Suku Batak Karo dahulu adalah sebagai berikut:
- Silan
Silan ini adalah suatu kepercayaan yang menganggap pohon-pohon kayu yang besar atau batu yang besar dianggap ada mahluk halus sebagai penghuninya.
Agar penghuninya tidak mengganggu, maka kepadanya disediakan persembahan/sesajen.
-Â Pagar
Pagar adalah roh nenek moyang yang menjadi pelindung keluarga. Pagar ini merupakan pemujaan penduduk kampung sebagai penghormatan kepada arwah leluhur. Letak pagar ini umumnya di sekeliling kampung.
-Â Buah Huta-Huta
Buah Huta-Huta sama dengan pagar, bedanya, Buah Huta-Huta ini lokasinya di tengah kampung. Buah huta-huta biasanya pohon besar di desa, yang dipercayai ditunggui oleh tenaga gaib yang dikeramatkan.
Pada waktu-waktu tertentu Buah huta-huta ini diupacarai dipimpin oleh Guru Sibaso.
-Â Ndilo Tendi
Ndilo Tendi, memanggil roh orang yang telah meninggal dunia untuk diajak berdialog dengan keluarganya, melalui perantaraan seorang dukun wanita.
-Â Erpangir Kulau
Erpangir Kulau adalah satu kebudayaan masyarakat Karo yang bersifat kepercayaan, fungsinya untuk membersihkan diri, agar terhindar dari berbagai kesulitan, malapetaka dan lain sejenisnya.
Kegiatan ini dapat dilakukan perorangan maupun bersama keluarga. Pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Guru Sibaso, seorang dukun wanita.
-Â Perumah Begu
Perumah Begu adalah salah satu kepercayaan pada masyarakat Karo. Dalam kepercayaan ini masyarakat Karo percaya orang yang telah meninggal dunia, rohnya dapat dipanggil dan diajak berdialog, melalui seorang dukun (Guru Sibaso).
Untuk melaksanakan upacara, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, dan ada tahap-tahap tertentu yang harus dilalui.
-Â Nengget
Nengget adalah upacara yang dilakukan terhadap suami istri yang sudah lama berumah tangga, tetapi belum juga dikarunia anak. Atau kepada pasang suami istri yang jenis kelamin anaknya hanya wanita saja.
Melalui upacara Nengget (membuat terkejut), diharapkan ada perubahan, bagi pasangan suami istri yang belum dikarunia anak, diharapkan akan mendapat anak.
Bagi pasangan suami istri yang anaknya semua misalnya wanita saja, diharapkan akan segera mendapatkan anak laki-laki, sebagai penerus klan (marga) suaminya.
-Â Ngarkari
Ngarkali adalah upacara untuk menghindarkan keluarga dari kemalangan atau kesialan. Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Guru Sibaso.
-Â Perselihi
Perselihi adalah upacara untuk menghindari kemalangan yang mungkin terjadi di dalam sebuah keluarga. Atau upacara pengobatan atas diri seseorang, untuk agar terhindari dari penyakit yang lebih besar.
-Â Ngulakken
Ngulakken adalah upacara pengobatan dari sesuatu penyakit. Atau suatu upacara agar penyakit yang menyerang seseorang karena diguna-gunai orang bisa hilang, dan kalau memungkinkan penyakit kiriman tersebut dikembalikan kepada si pembuatnya.
-Â Ngeluncang
Ngeluncang, adalah upacara pengobatan terhadap sesuatu penyakit yang dibuat oleh orang lain, atas bantuan si dukun, penyakit tersebut dikembalikan kepada sipembuatnya.Â
Atau upcara mengusir pengganggu seperti roh halus agar terhindar dari penyakit atau malapetaka.
-Â Njunjungi Beras Piher
Njunjungi Beras Piher adalah upacara ritual mengusir roh-roh jahat dari desa, sehingga masyarakat desa terhindar dari segala malapetaka.
Atau suatu upacara berupa ucapan selamatan dan doa agar dapat diberikan ketenangan iman dan lainnya.
-Â Ndilo Wari Udan
Ndilo Wari Udan, adalah upacara memanggil turunnya hujan agar musim kemarau berlalu. Upacara ini dilakukan ketika musim kemarau berkepanjangan sehingga tanaman-tanaman penduduk di suatu desa mati (gagal panen).Â
Oleh tokoh agama tertentu upacara ini dilarang, Namun melalui keyakinan para tokoh agama dimintakan agar hujan turun tidak juga berhasil.
-Â Erpangir Ku Lau
Erpangir Ku Lau, adalah upacara membersihkan diri seseorang atau satu keluarga agar terhindar dari, kesulitan, atau malapetaka dan lainnya.
-Â Ngarkari
Ngarkari, ialah upacara untuk menghindari kemalangan yang dipimpin oleh guru sibaso.
-Â Jinujung
Jinujung adalah roh pelindung seseorang. Kemudian ada lagi yang disebut Guru. Guru ini adalah orang yang mempunyai indra keenam, fungsinya selain sebagai "dokter" juga sebagai peramal.
Dalam suku Batak Karo juga ada namanya Cawir Bulungken. Upacara ini adalah salah satu jenis upacara tradisional yang sampai saat sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat Batak Karo.
Cawir Bulungken merupakan suatu bentuk perkawinan yang dilaksanakan ketika seseorang masih anak-anak. Perkawinan ini dilakukan antara anak Kalimbubu (pihak pemberi gadis) dengan anak dari anak beru (pihak penerima gadis) dalam masyarakat Batak Karo.
Upacara Cawir Bulungken ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Batak Karo juga, dimana dalam masyarakat ini masih menganut kepercayaan pada roh nenek moyang dan benda-benda yang mereka anggap keramat.
Setelah mengetahui apa-apa sajakah kepercayaan yang ada dalam suku Batak Karo, maka penulis akan mencari pendekatan-pendekatan PI yang sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab. Berikut akan dijelaskan pendekatannya:
Bagaimana Pendekatan PI Terhadap Kepercayaan Batak Karo?
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, rasul Paulus telah memberikan contoh dalam pendekatan PI bagi adat istiadat dan tradisi suku tertentu.
Dalam hal ini, rasul Paulus memberikan contoh pendekatan PI terhadap tradisi orang-orang Yunani. Kita bisa melihatnya dalam Kisah Para Rasul 17:16-34.
Dengan dasar firman Tuhan di atas, kita pun diberi kuasa dan hikmat oleh Allah lewat Roh Kudus untuk menemukan strategi pendekatan untuk memberitakan Injil bagi kepercayaan-kepercayaan masyarakat setempat. Dalam hal ini masyarakat suku Batak Karo.
Menurut penulis, strategi dan atau pendekatan yang relevan untuk memberitakan Injil kepada kepercayaan (lama) suku Batak Karo ialah dengan masuk melalui jembatan kepercayaan mereka, seperti Pemena, Ngulakken, Nengget, Perumah Begu, dan Ndilo Tendi.
Untuk mengurai pendekatan PI terhadap kepercayaan-kepercayaan suku Batak Karo yang disebutkan di atas, perlu penulis menuliskan dan menjelaskannya lagi, setidak-tidaknya ada lima (5) yang ingin penulis uraikan dari kepercayaan-kepercayaan tersebut beserta dengan pendekatan ayat-ayat firman Tuhan berikut ini:
-Â Pemena
Kepercayaan Pemena sangat berkaitan dengan roh-roh, di mana hubungan dengan roh-roh tersebut dilakukan melalui perantara guru yang dikenal dengan nama guru Sibaso.
Singkatnya, di dalam alam ini, seperti pohon-pohon besar, batu-batu besar, sungai besar dll memiliki jiwa atau roh yang mana manusia bisa berhubungan melaluinya lewat guru Sibaso.
- Pendekatan PI
Pendekatan PI untuk Pemena bisa kita lihat di Kisah Para Rasul 17:24-25. Dimana di dalam kedua ayat tersebut, dikisahkan secara spesifik bahwa Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya.
Ia yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.
Segala apa yang ada dan telah jadi di dunia ini diciptakan melalui Firman. Dan Firman itu sendiri ialah Yesus Kristus (Yohanes 1:1-4).
Allah menciptakan pohon-pohon, bebatuan, sungai-sungai dll (Kejadian 1) tidak memiliki roh, yang memiliki roh ialah hanya manusia saja (Kejadian 2:7) dan manusia selayaknya hanya memuji dan memuliakan Allah saja.
Tidak memuji dan memuliakan lewat pohon-pohon besar, batu-batu-besar, sungai-sungai besar dll, tetapi manusia yang sudah ditetapkan untuk mengenal Allah yang benar hanya memuji dan memuliakan Allah lewat Yesus Kristus yang telah berkorban bagi hidupnya lewat karya Salib-Nya.
-Â Pagar
Pagar adalah roh nenek moyang yang menjadi pelindung keluarga. Pagar ini merupakan pemujaan penduduk kampung sebagai penghormatan kepada arwah leluhur. Letak Pagar ini umumnya di sekeliling kampong.
- Pendekatan PI
Bahwa dalam Kebenaran (di Alkitab) tidak ada orang lain atau apa pun juga yang menjadi tempat perlindungan, tetapi ada Satu Pribadi yang menjadi tempat perlindungan yang abadi/kekal, yaitu Yesus yang adalah Allah (Mazmur 46:2; band. Yohanes 20:28).
-Â Nengget
Nengget adalah upacara yang dilakukan terhadap suami istri yang sudah lama berumah tangga, tetapi belum juga dikarunia anak. Atau kepada pasang suami istri yang jenis kelamin anaknya hanya wanita saja.
Melalui upacara nengget (membuat terkejut), diharapkan ada perubahan, bagi pasangan suami istri yang belum dikarunia anak, diharapkan akan mendapat anak.
Bagi pasangan suami istri yang anaknya semua misalnya wanita saja, diharapkan akan segera mendapatkan anak laki-laki, sebagai penerus klan (marga)Â suaminya.
- Pendekatan PI
Ada banyak ayat firman Tuhan yang mana para tokoh Alkitab dikisahkan mengalami kemandulan atau tidak mendapat anak, namun oleh Karena anugerah Allah dan imannya serta ketekunan dalam doa, sehingga memiliki anak, seperti Sarah (Kejadian 11:30; 21:1-3), Rahel (Kejadian 29:31; 30:23), Hana (1 Samuel 1:5, 20) dll.Â
Orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamatnya yang telah mati dan hidup kembali untuk menebusnya dari segala dosanya, pasti ketaatan dan ketekunannya dalam doa kepada Allah lewat Yesus dikabulkan (Yohanes 15:7). Apalagi dalam hal meminta anak bagi sepasang suami istri.
-Â Ndilo Wari Udan
Ndilo Wari Udan adalah upacara memanggil turunnya hujan agar musim kemarau berlalu. Upacara ini dilakukan ketika musim kemarau berkepanjangan sehingga tanaman-tanaman penduduk di suatu desa mati (gagal panen).
-Â Pendekatan PI
Mata pencaharian utama dari masyarakat suku Batak Karo umumnya adalah bertani atau bercocok tanam. Sejak jaman penjajahan dan sampai saat ini hasil bui di tanah Karo, seperti sayur-sayuran, buah-buahan yang menjadi komoditas eksport.
Jika terjadi kemarau yang panjang, maka masyarakat suku Batak Karo melaksanakan Ndilo wari Udan (memanggil turunnya hujan), yaitu penduduk membuat sesajen.
Dalam Kebenaran (Alkitab) bahwa yang berhak memberikan hujan ialah Dia, yaitu Allah (Ulangan 11:14) dengan cara kita berdoa kepada-Nya (Matius 7:7-8). Bukan dengan mengadakan ritual dengan membuat sesajen.
-Â Erpangir Ku Lau
Erpangir Ku Lau adalah upacara membersihkan diri seseorang atau satu keluarga agar terhindar dari kesulitan atau malapetaka dan lainnya.
- Pendekatan PI
Di dalam Kebenaran (Alkitab) hanya ada Satu Pribadi yang membersihkan diri manusia dari segala apapun, yakni Yesus Kristus, melalui kita percaya dan beriman kepada Dia (Yesus) bahwa Dia yang sudah mati, lalu Dia bangkit dari kematian pada hari yang ketiga untuk menebus atau membersihkan segala apa yang ada pada diri kita, bahkan seluruh hutang dosa manusia.
Dengan demikian, bahwa setiap orang (pun suku tertentu) yang telah ditetapkan dan dipilih Allah untuk percaya dan beriman sungguh kepada Yesus Kristus, maka salib adalah kesembuhan sejati, disamping kesembuhan jasmani.
"Salib adalah kesembuhan sejati, disamping kesembuhan jasmani."
Sebab hal esensial yang harus disembuhkan pertama-tama dari diri seseorang (dan atau suku tertentu) ialah kesembuhan rohaninya.
Hubungannya dengan Allah dipulihkan lewat salib Kristus. Dan salib Kristus menyembuhkan sakit penyakit bagi mereka yang mengimani-Nya dan diselamatkan.
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Roma 10:9).
Kesimpulan
Suku Batak Karo juga memercayai adanya Sang Maha Esa (menurut kepercayaan lamanya) yang dikenal dengan, "Guru Butara, Tuhan Padukah ni Aji, Tuhan Banua Koling yang ketiganya disebut Satu Dibata (Tuhan yang maha esa).
Juga faktanya di masa kini, ada sebahagian orang-orang suku Batak Karo masih melakukan kegiatan-kegiatan (ritual) kepercayaan lamanya tersebut.
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, rasul Paulus telah memberikan contoh dalam pendekatan PI bagi adat istiadat dan tradisi suku tertentu.
Dalam hal ini, rasul Paulus memberikan contoh pendekatan PI terhadap tradisi orang-orang Yunani yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 17:16-34.
Kita pun orang-orang Kristen sejati telah diberi kuasa dan hikmat oleh Allah lewat Roh Kudus untuk menemukan strategi pendekatan untuk memberitakan Injil bagi kepercayaan-kepercayaan masyarakat setempat. Dalam hal ini orang-orang suku Batak Karo.
Dengan demikian, bahwa setiap orang (pun suku tertentu) yang telah ditetapkan dan dipilih Allah untuk percaya dan beriman sungguh kepada Yesus Kristus, maka salib adalah kesembuhan sejati, disamping kesembuhan jasmani.
Sebab hal esensial yang harus disembuhkan pertama-tama dari diri seseorang (dan atau suku tertentu) ialah kesembuhan rohani.
Hubungan dengan Allah dipulihkan lewat salib Kristus. Dan salib Kristus menyembuhkan sakit penyakit bagi mereka yang mengimani-Nya dan diselamatkan.
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Roma 10:9).
Penerapan
Biarlah melalui artikel sederhana ini, penulis dan pembaca dibukakan hati dan pikiran oleh Roh Kudus untuk terus bergumul, berdoa, dan menemukan pendekatan-pendekatan yang benar dan efektif berdasar kebenaran firman Tuhan (dalam Alkitab) untuk memberitakan Injil-Nya.
Pastilah Roh Kudus menolong umat yang beriman dan setia. Soli Deo Gloria!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H