Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepercayaan Tradisional Suku Batak Karo: Memahami Warisan Spiritual Pra-Kekristenan dan Pendekatan PI

6 Juni 2024   11:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   11:27 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepercayaan tradisional suku Batak Karo: Memahami warisan spiritual pra-Kekristenan & pendekatan PI. (Sumber gambar: medan.tribunnews.com)

Orang Batak Karo sejak zaman pra-historis percaya adanya Dibata (Tuhan), yakni Dibata Kaci-Kaci yang menciptakan bumi dan jagad raya.

Masyarakat Batak Karo percaya adanya tenaga atau jiwa yang hinggap di batu-batu besar, kayu-kayu besar, sungai, gunung ataupun tempat- tempat yang dianggap keramat lainnya.

Berkenaan dengan itu, Orang Batak Karo melakukan pemujaan dan penyembahan kepadanya karena benda-benda itu dianggap suci dan berkuasa. Pemujaan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Kepercayaan tradisional masyarakat Batak Karo ini disebut dengan Pemena. Sementara dalam pandangan Tambun, keyakinan Batak Karo juga disebut agama Pelbegu.

Agama Pelbegu disebut juga agama Pemena. Pemena artinya adalah pertama. Keyakinan ini banyak persamaannya dengan agama Hindu. Tetapi agama Pelbegu ini bukanlah agama Hindu, kemungkinan agama Pelbegu ini dipengaruhi agama Hindu.

Menurut Bangun Tridah walaupun masyarakat Batak Karo secara resmi telah dimasuki oleh ajaran agama formal seperti, Kristen Protestan, Katolik dan Islam, namun masih ditemui penganut agama tersebut menjalankan kepercayaan tradisionalnya, seperti kepercayaan pada roh-roh nenek moyang dan benda-benda yang mereka anggap keramat.

Praktik lain yang terkait dengan itu masih banyak pula ditemukan penggunaan jimat, pergi ke goa-goa, penghormatan kepada roh-roh nenek moyang dengan berbagai jenis upacara, adanya pengobatan-pengobatan tradisonal dan lain sebagainya.

Dari beberapa pandangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa sebahagian dari orang-orang suku Batak Karo sebelum dan sesudah menerima kepercayaan formal, maksudnya beragama Kristen, Katolik, Islam, ternyata masih melakukan kegiatan-kegiatan (ritual) kepercayaan lamanya di abad 21 ini.

Dalam hal ini, maka penulis menilai adanya masalah di dalam diri sebahagian orang-orang suku tersebut yang semestinya dicari dan ditemukan sebuah solusi untuk mengatasinya.

Dan penulis akan mengelaborasinya lebih lanjut dengan memberi judul pada artikel ini, "Kepercayaan Tradisional Suku Batak Karo: Memahami Warisan Spiritual Pra-Kekristenan dan Pendekatan PI."

Kepercayaan Suku Batak Karo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun