Ingat umurmu ahjushi[4]!Samantha menatapnya tajam.
“Terserahlah. Kelezatan cokelat ini jauh lebih berharga ketimbang harus meladeni ahjushi mesum sepertimu!” gerutu Samantha saat memotong pastry coklat itu dengan sendok kecil.
***
Kembali, Samantha berada di halte bus. Sesekali ia memijit bahu kirinya yang terasa lelah karena membawa belanjaannya. Dan, keberuntungan kembali berpihak padanya.
Sekitar lima menit menunggu, bis itu pun datang. Tapi, kadar keberuntungannya tidak sebanyak keberangkatannya tadi. Semua bangku sudah ada yang menempati, ia berdiri, mendengus. Seharusnya ini terjadi saat ia berangkat. Kini ia lelah…
Gadis dengan beberapa kantung kresek besar di tangannya itu kerepotan membawanya. Akan tetapi, dari belakang, ada sebuah tangan kekar meraihnya kemudian membawakan semuanya.
“Kamsha—” ucap Samantha tidak sempurna saat menoleh ke belakang. Sedetik kemudian bulu kuduknya bergidik hebat. Tapi, lelaki di belakangnya hanya terdiam dan pandangannya tetap lurus ke depan.
Tidak tahan dengan keadaan yang tidak nyaman tersebut, akhirnya Samantha mengembalikan pandangannya lagi ke depan.
Tiga detik. Tiga detik kemudian tubuhnya bereaksi.
Tengkuknya seperti mendapat sebuah pukulan. Matanya terbelalak hebat. Lelaki di belakangnya itu adalah…
Autumn.