“Entahlah,” balasnya, dan berlalu begitu saja melewati Jae Woon. Ia terduduk di sofa dan mulai membuka isi kado. Jae Woon menghela napas. Ia pun akhirnya menutup pintu kembali dan teruduk di samping gadisnya.
Sebuah buku panduan bermain piano. Cukup tebal. Pasti seratus halaman lebih. Samantha sibuk membuka tiap lembarnya. Sementara itu, seseorang di sampingnya meraih kotak itu dan mengambil secarik kertas berwarna merah muda dari dalamnya. Rupanya ia ingin mengetahui siapa pengirimnya.
Autumn.
Begitu nama yang tertulis di samping tulisan from.
“Autumn itu siapa?” Jae Woon menatap Samantha dengan pandangan mengintimidasi. Tetapi, gadis itu mengabaikannya. Ia masih bersibuk membuka tiap lembar buku panduan itu.
Kenapa gadis itu terlihat begitu tertarik dengan piano? Ya, karena ia ingin menguasainya. Baginya, berlatih piano sama saja dengan memakai high heel di medan yang berbatu. Dan, Samantha lebih kagum dengan lelaki yang mahir bermain piano ketimbang gitar.
“Autumn itu lelaki yang aku ceritakan tadi,” balas Samantha. Kini ia sudah mengalihkan pandangannya ke Jae Woon.
“Dia itu perhatian, ya?” tanya Siwon dengan nada sindiran.
“Dan, dia adalah orang pertama yang memberiku buku panduan bermain piano. Dan, kau tahu? Buku ini bagus. Tidak seperti yang pernah aku beli.”
Perkataan Samantha barang kali seperti batu yang menghujam tepat di hati Jae Woon. Ia teringat jika ia memang tidak pernah membelikan gadisnya buku panduan bermain piano.
“Kelihatannya dia buka ssaeng fans. Tapi, dia orang yang menyukaimu. Kau satu kampus dengannya?” Jae Woon menatap curiga.