Mohon tunggu...
.terang
.terang Mohon Tunggu... Lainnya - All you can read

Ketika kata jatuh ke mata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Polisi Tanpa Nama

21 Juni 2023   11:41 Diperbarui: 12 Juli 2023   17:54 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mari makan pak...” Ucap kami kepada Pak Polisi.

“Iya silahkan... loh, berapa bungkus kalian beli nasinya?”

“2 bungkus pak.”

“Wah... kalian ini hemat apa romantis?”

Ketika kami tengah lahap menyantap rezeki yang dianugerhkan Allah, beliau juga tengah asyik menelepon seseorang yang sepertinya teman beliau.

“Ya... aku lagi di pos, ini aku kedatangan tamu jauh. Ada orang Medan baru pulang dari Sabang terdampar disini, karena aku lihat mereka kelaparan jadi aku kasih aja mereka makan.” Ucap Pak Polisi dengan wajah tidak berdosa sambil melirik ke kami.

Kami makan sambil tersenyum dengan penuh heran melihat kelakuan polisi yang satu ini, sejak awal beliau emang terkesan aneh. Bagi dia kami juga aneh, apakah ini yang dinamakan jodoh? Ketika orang aneh dipertemukan dengan yang aneh juga. Dengan penuh percaya diri dan tanpa rasa berdosa, dia mengaku telah membelikan kami makan ke temannya, padahal kami membelinya dengan hasil keringat sendiri, maksudnya hasil keringat bertiga.

“TRRRRRUTTTTTHHHHHH!!!!!” Tiba-tiba terdengar suara yang menggemparkan kekhusyukan makan kami.

Tidak usah ku jelaskan itu bunyi apa, yang jelas bunyi cempreng dan menggelegar itu keluar dari lubang anus Pak Polisi yang masih asyik mengobrol lewat handphone-nya, jika kalian sudah tahu simpan saja di dalam hati. Seketika kami bertiga saling tatap-tatapan dengan mulut masih menguyah makanan, seakan tidak percaya akan yang baru saja terjadi. Seumur hidup baru kali ini aku mendengar suara “angin” seorang polisi, mengalahkan nyaringnya bunyi pruit. Kami hanya mampu menahan tawa dengan fenomena langka ini, meskipun demikian nafsu makan kami tidak berkurang sedikitpun.

Urusan lambung sudah kelar, sekarang tinggal urusan keberangkatan kami ke kota selanjutnya.

“Sudah kenyang kalian?” Tanya Pak Polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun