Akhirnya, kukuatkan hati, kubeli perangkap berupa papan beroleskan lem. Dengan umpan di tengahnya, aku pasang perangkap itu suatu malam. Dan setelah beberapa jam kutinggal dalam kesunyian . . .
"Ayah. . . perangkapnya kena. . !" terdengar seruan ibunya anak-anak.
Spontan aku berlari ke arah lokasi perangkap terpasang. Tapi tak ada makhluk apa pun yang terlihat di atas papan berisi lem. Hanya terlihat segepok bulu hitam menempel di atasnya.
Hmm. . pasti tikus besar yang kena dan berhasil lepas meski sebagian bulunya terpaksa lengket di papan perangkap.
"Kena?" tanya istriku.
"Lepas, sepertinya terlalu besar tikusnya. Ada sebagian bulunya tertinggal di papan perangkap," jawabku.
"O"
Hanya itu komentarnya dan segera berlalu. Aku pasang lagi perangkap itu, siapa tahu berhasil. Benar saja. Beberapa puluh menit berselang terdengar suara cicit-cicit dari arah perangkap.
"YES" pekikku.
Ada curut nempel dengan sukses di papan perangkap. Bulunya terlihat basah kuyub terkena lem. Sepertinya ia tadi berguling-guling untuk melepaskan diri. Hal yang justru makin melengketkan tubuhnya pada papan perangkap.
Kapokmu kapan! Sukurin!