Suasana seketika hening. Tejo meneteskan air mata. Tak terdengar hela napas para polisi yang menginterogasi Tejo. Tejo terus menangis.
“Sudah-sudah. Kita break dulu.”
***
Seorang perempuan paruh baya berjalan mondar-mandir di depan rumah Tejo. Tinggi dan ramping. Ia mengenakan jilbab hijau muda dan mengenakan gamis pink. Sebuah rantang susun lima ia tenteng ditangan sebelah kanannya. Ia memperhatikan rumah Tejo dengan seksama dari warung di sebrang jalan.
“Tante.” Ilham menegur wanita itu.
“Eh. Iya. Siapa, ya?”
“Saya Ilham. Anak bapak Tejo. Pemilik rumah itu.”
Wanita diam tak mengatakan apa-apa lagi. Ia memandangi anak itu dengan seksama.
“Bukankah mas Tejo itu masih bujangan?” batinnya.
“Tante.”
“Eh. Boleh tante masuk? Kalau mas, eh, bapak kamu ada, sampaikan salam dari tante maryati, ya.”