“Saya, dok.”
“Mari ikut saya.”
Maryati dan dokter itu masuk ke sebuah ruangan. Mereka berbincang masalah Tejo. Dokter menyampaiakn keadaan Tejo membaik.
“Nyawanya hamper dan bahkan sempat terpisah dari raga. Namun tiba-tiba ia menyerukan nama anda. Mari ikut saya ke dalam.”
Dipandanginya wajah Tejo. Ia terlihat bersih meskipun lebam di wajahnya sangat nampak. Maryati mendekatinya dan mengelus kepalanya. Ia mnecium kening Tejo perlahan. Air matanya tak lagi sanggu ia sembunyikan. Tetes demi tetes ia tumpahkan.
“Maryati.”
“Mas. Mas sudah sadar?”
“Aku ingin melamarmu, menjadi ibu dari anak-anakku.”
“Ya, aku mau, mas. Aku bersedia menjadi ibu dari mereka.”
***
“Saya terima nikah dan kawinnya Maryati binti Daud dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai.”