Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Namaku Jack Taylor

15 Januari 2015   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Jawablah sedikit saja, sayang,” pintanya.

“Biar saja aku jadi gila, aku hanya ingin mendengar suaramu.”

“Kau tahu aku kan? Aku tidak mungkin sanggup menjalankan perintah itu.”

“Dasar orang-orang konyol, arogan, tolol!” Jack bersungut.

Dia lalu menatap wajah wanita itu, menanti kerutan dahi yang selalu muncul bila istrinya mulai menghawatirkan keadaannya. Tapi, kerutan itu bukan saja tidak muncul. Bayangan wanita itupun akhirnya mulai memudar. Juga senyumnya, samar-samar.

“Huh, jadi kau hilang juga.”

“Pergi sana! Tinggalkan saja aku sendiri!” gumamnya.

Jack tenggelam dalam keputusasaannya. Matanya kini terpaku pada peluncur misil SA-18 yang tergeletak didekatnya.

“Jadi, kau si pengadil?” tanyanya pada senjata itu seakan benda itu punya akal, atau mulut, untuk menjawabnya.

“Kau tahu berapa orang yang akan kau bunuh besok, hah? 200? 300? Itu cuman bualan mereka agar kau tenang.”

“Mereka bilang semua akan terkendali. Sedikit korban diperlukan untuk kepentingan yang lebih besar. Bohong itu semua, bohong!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun