Kring kring kring.
Dengan enggan Jack mengangkat gagang telepon tersebut. Terdengar suara lelaki. Suaranya agak berat dan parau. Mungkin usia lelaki itu di sekitar 40-50an. Dan aksennya tidak menunjukan identitas kebangsaannya. Yang Jack tahu pasti, dia bukan orang lokal. Bukan pasti bukan. Orang lokal, seberapapun pandainya mereka berbahasa Inggris, jika berbicara pasti langsung ketahuan asal-usulnya, Rusia.
“Hai, kawan. Bagaimana kabarmu! Persiapan besok lancar kan? Haha.”
Lelaki parau itu memulai dengan candaan yang malah menyulut api kemarahan dalam diri Jack.
“Setan! Siapa kau?” bentaknya.
“Kenapa kau lakukan ini kepadaku? Kenapa aku?”
Ia marah.
“Ayolah, Jack. Jangan gunakan nada itu padaku. Kau tahu posisimu kan? Untungnya aku sedang berbaik hati.”
Lelaki itu kemudian melanjutkan pembicaraan dengan nada dan intonasi yang lebih tegas. Saat itu jelas bagi Jack bahwa orang yang sedang ia ajak bicara ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kelompok “Orang-Orang Besar” yang membuatnya terjerumus dalam masalah ini.
“Kau hanya perlu melakukan tugasmu besok dan aku tak akan menggangumu hidupmu lagi. Kau ingat kode pesawat itu kan?” lanjutnya.
Jack tidak mengindahkan sama sekali perkataan lelaki itu.