Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Namaku Jack Taylor

15 Januari 2015   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perlahan-lahan cahaya lembut lampu bohlam 10 watt asli produk Rusia itu menyinari wajah sang bocah. Seperti sebuah cerita misteri, sinar lampu itu enggan membawa wajah yang penuh tanda tanya itu ke terang yang segera. Diungkapnya bagian demi bagian, sedikit demi sedikit. Namun, dari senyuman yang pertama kali muncul, wajah Jack langsung berubah pucat. Senyum itu tidak akan bisa ia lupakan.

“Oh tidak.”

“Tidak mungkin, Antoine.”

“Kau Antoine, kenapa kau ada disini?”

“Bagaimana caranya? Oh, Tuhan.”

Seketika itu juga, pipinya telah basah oleh air mata. Dia tidak berusaha untuk mengusapnya. Dia takut ketika air mata itu terusap, kehadiran bocah lelaki dihadapannya ini juga akan turut menghilang.

“Kesini nak, ayah rindu,” bujuk Jack.

“Ayo sini, jangan takut, kau aman sekarang di sini.”

Jack mengulurkan kedua tangannya lemah. Jemari tangannya tak henti-hentinya membuka dan mengatup, memanggil-manggil. Si bocah hanya tersenyum. Rambutnya yang pirang sebentar-sebentar menutupi mata birunya yang indah, menatap kosong ke arah Jack.

Jack memelas.

Ingin sekali rasanya ia melompat ke arah bocah itu, merengkuh badannya, merasakan jemari-jemari kecilnya. Tapi, kakinya kaku. Seperti ada akar besar yang menahan kakinya untuk melangkah. Namun, matanya yang penuh rindu itu seakan masih memanjatkan doa, yang dengan perlahan merasuk lewat pori-pori kulitnya, mengalir lewat pembuluh darahnya. Memberinya kekuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun