Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Namaku Jack Taylor

15 Januari 2015   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia melompat.

Tapi, ketika tangannya akhirnya dapat mencapai sang bocah, yang inderanya rasakan hanya kehampaan. Bocah itu tak hadir lagi. Namun bayang-bayangnya tetap melekat kuat pada otak Jack.

“Aaah! Jangan, jangan!”

Jack berteriak sepenuh tenaga. Urat-urat lehernya menyembul. Dia menghantam-hantamkan kedua tangannya ke lantai kayu dibawahnya sembari meringkuk.

“Oh, Tuhan. Kenapa kau permainkan aku? Apa aku sudah gila?” tanyanya.

Seperti yang Jack duga tidak ada jawaban. Tidak ada penanda. Tidak ada petanda. Jack hampir mencapai batasnya.

Namun, belaian lembut itu menyadarkannya. Kepalanya mendongak perlahan. Dilihatnya wanita yang selama ini memenuhi hatinya. Dengan senyum hangat yang mengingatkannya pada bayangan anaknya tadi. Dia tahu, wanita yang berada didepannya ini hanya rekayasa otaknya. Sebagian karena tekanan fisik dan mental yang sangat berat melanda dirinya, dan sebagian lagi karena pengaruh sebotol wiski yang dia habiskan dalam sekali tenggak. Tapi Jack sudah tak peduli lagi. Baginya, ilusi ini jauh lebih baik dari realita yang harus ia hadapi.

“Kenapa kau tersenyum, Mary? Ingin meledekku?” gumamnya.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan.”

Tuh kan, aku bilang apa. Pasti begitu, ya kan?”

Jack teringat kata yang selalu diucapkan istrinya ketika ada hal yang tidak beres terjadi karena pilihan hidup Jack. Biasanya Jack tidak pernah mau ambil pusing dengan sindiran istrinya itu. Ia selalu mengganggap bahwa semua ada di dalam kendalinya. Tapi malam ini memang bukan malam biasa. Sindiran itu menjadi hal yang paling ingin Jack dengar saat ini. Bukan Prelude karya Bethoven. Bukan Pink Floyd. Bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun