Seketika Santi lemas, dia langsung teringat pelajaran sejarah di sekolah. Hari ini dia sedang berada di masa lalu saat peristiwa Agresi Belanda Pertama. Santi semakin yakin, dia tidak akan bisa kembali lagi ke jamannya. Suara pesawat mulai menjauh keadaan tampak aman, tiba-tiba Mirah keluar dari tempat persembunyiannya. Para pekerja Pabrik berseru
“Hei, mau kemana kamu? Jangan keluar dulu, siapa tahu nanti pesawatnya masih akan kembali lagi!”
“Aku mau melihat sepedaku kena bom atau tidak, tadi sepedanya di luar,” jawab Mirah.
“Mirah, sepeda itu kan punya Santi, memangnya sekarang sudah jadi milikmu?” tanya Wari kakaknya.
“Aku sudah membelinya, aku bayar dengan kalungku,” Mirah berlari menghambur keluar.
“Hei, jangan keluar!” seru para pekerja pabrik.
Seorang pekerja berusaha mengejarnya, tapi sebelum dia bisa menangkap Mirah, terdengar suara pesawat kembali menderu-deru di sekitar pabrik. Pekerja itu mundur mengurungkan niatnya mengejar Mirah dan kembali bersembunyi.
“Blaaar…blaaar.…!”
Suara bom kembali terdengar memekakan telinga, kaca-kaca jendela bergetar keras bahkan sampai pecah.
“Blaaar!”
Bom menghancurkan bagian bangunan di depan pabrik, Wari mulai panik menyadari apa yang terjadi pada adiknya. Dia menangis memanggil adiknya