"Biyuh, puisiku, Beh!" seru suara berat pemilik buku yang kini berada di tangan Fai yang kaku.
"Fai-"
Fai tersadar dalam keterkejutannya. "Eh, ini" dia selipkan kertas itu di antara buku-buku di tangannya. Jackson mengambil buku-bukunya dengan wajah tegang. Kecewa karena es cincau yang tumpah sudah tidak lagi diberatkannya. Dia mengikuti Fai yang duduk di atas bangku penyebab dia terjatuh.
Hening.
Jackson bingung bagaimana menanyakan statusnya dan dia hanya duduk membatu di tempatnya seperti apa yang dilakukan gadis di sampingnya.
"Sialan itu yang buang permen karet sembarangan" Jackson menggerutu sembari membersihkan permen karet yang menempel di sepatunya. Dalam hati dia menebak jika sikap diam Fai karena gadis itu sedang terkejut.Â
Dia mendesah pelan.Â
Permen karet sialan. Coba aja tadibodo amat sepatuku lengket, gak mungkin ada adegan sinetron jatuh dan ketahuan gini kan. Mana Fai diam begitu, padahal sepikan semalem lumayan lah. Tsk!
"Maaf ya" ucap Fai pelan.
Jackson menolehkan wajahnya, dia menangkap alasan Fai meminta maaf.Â
"Kamu li... hat ng... tadi itu?" tanyanya memastikan. Aku kok gak berharap dia jawab 'gue gak lihat, gue pake kacamata Rayban.'
Fai menunduk, "Jadi kamu beneran J si Penyair Misterius?" tanyanya.