Mohon tunggu...
FithAndriyani
FithAndriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Read and Write

Write your own history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serendipity

15 April 2018   12:10 Diperbarui: 15 April 2018   12:37 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Istighfar, Fai. Astaghfiullahal'azhim" ucapnya kala potongan puisi pertama J yang berjudul 'Bara  dan Sepatu Cinderella' yang sampai saat ini selalu membuat kepalanya pening.


Dia menggeleng-gelengkan kepala.


Aku selalu iri pada hujan
Menghabiskan kerinduan setelah lama penantian
Diiringi nyanyian, melenakan
lalu bagaimana rinduku ini tersampaikan?
Mereka terus menumpuk dan membunuhku perlahan
Tolong bantu aku bertahan
.


"Biarkan aku tenang, J" erang Fai dengan menutup kedua telinganya. Napasnya menderu seolah dia sudah mengelilingi alun-alun seperti tadi.


"Jangankan kecap, tukar ID Line juga boleh"


Fai tahu siapa J, dan hal ini sangat mengganggu ketentraman hidupnya. Beberapa kali dia memergoki J sedang memasukkan kertas puisinya ke dalam Kotak Kata dalam Kaca yang disediakan bagian mading di depan kantor sekretariat Jurnalistik. Semalam sosok J dugaannya mengiriminya pesan-pesan receh via LINE. Mau tidak mau, hipotesa dan spekulasi siapa J yang misterius itu memenuhi kepalanya. Dan yang paling tidak masuk akal baginya adalah tentang puisi Bara dan Sepatu Cinderella.


Bara dan Sepatu Cinderella, matanya terpaku pada bekas sulutan rokok di sepatu kanannya. Bekas itu tidak besar, yang besar adalah kepercayaan dirinya. Dia menghela napas berat lagi menyadari mengapa ia menggunakan sepatu itu di saat dia sudah memiliki sepatu yang lain. TIDAK MUNGKIN karena ia terngiang puisi J yang satu itu.
Hei, aku bukan Cinderella, aku Fairuza, yakinnya sejak kemarin.


Telinganya berdengung tiba-tiba. Fai memperbaiki letak kerudungnya. Namun hal itu tidak membantu. Dia menikmatinya saja, siapa tahu sesudahnya akan selesai kelabilan jiwanya tentang J dan Cinderella.


GEDUBRAK!


"Yah... es cincau berhargaku!" seorang laki-laki yang terjatuh memandang miris pada es cincaunya yang sudah tumpah ke atas paving.


Melihat buku-buku dan alat tulis berserakan di depannya, Fai segera berjongkok memunguti. Matanya terpaku dan mulutnya menganga lebar melihat selembar kertas berwarna kuning gading yang ada di dekat kaki kanannya. Jantungnya berpacu cepat, ini tidak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun