"Dua juta saja, Sep," jawab Pak Dulloh.
Kang Asep merasa ayam milik Pak Dulloh kemahalan, namun Kang Asep dengan gigih negosiasi harga agar bisa sesuai dengan kantongnya.
"Okelah, Sep. Deal," setelah negosiasi panjang akhirnya Pak Dulloh menyetujui harga dari Kang Asep.
Sore harinya, Kang Asep kembali ke rumah Budi dan mengumpulkan Fikri, Adam, dan Roby. Ia menceritakan hasil pertemuannya dengan Kang Bahrul dan penyebab sebenarnya dari penampakan pocong yang semakin banyak.
"Jadi, Kang, kita harus menutup portal itu?" tanya Roby dengan cemas.
"Betul, Roby. Kita harus melakukan ritual penutupan portal. Saya akan mempersiapkan semuanya nanti malam setelah tahlilan. Saya juga sudah membeli persyaratannya, yaitu kembang tujuh rupa dan ayam cemani," jawab Kang Asep.
"Hah, ayam cemani kan mahal, Kang Asep," ucap Budi.
"Benar, Bud, mahal," saut Kang Asep.
"Wah, Kang Asep totalitas banget ini dalam membasmi pocong. Bagaimana kalau kita juga patungan, teman-teman, agar beban Kang Asep sedikit berkurang?" tanya Budi kepada Adam, Fikri, dan Roby.
"Jangan! Kalian belum ada penghasilan, biar saya saja yang nanggung semuanya," tegas Kang Asep.
"Bener nih, Kang?" tanya Adam, Roby, Fikri, dan Budi.