"Kang, pocong yang di pemakaman kok bukan cuma satu ya, yang muncul?" tanya Fikri.
"Iya, Fik. Saya juga masih bingung dengan penampakan tadi, begitu banyak yang muncul," jawab Kang Asep dengan raut muka bingung.
"Tapi setidaknya ritual tadi berhasil mengusir mereka," timpal Kang Asep.
"Lalu, bagaimana kelanjutannya, Kang?" tanya Budi.
"Besok saya coba menemui guru saya, Kang Bahrul, menanyakan tentang hal ini," jawab Kang Asep.
Mereka berlima pun beristirahat dengan perasaan lebih tenang, berharap bahwa hari-hari ke depan akan lebih damai tanpa gangguan pocong pinjol lagi.
Hari Ketujuh Tahlilan
Pagi itu, Kang Asep merasa perlu mencari penjelasan lebih lanjut mengenai kejadian-kejadian aneh yang terjadi sejak ia mulai membantu Fikri, Adam, Roby, dan Budi. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menemui gurunya, Kang Bahrul, seorang ahli spiritual yang sangat dihormati di daerah mereka.
Kang Asep tiba di rumah Kang Bahrul menjelang siang. Ia disambut dengan ramah oleh gurunya dan segera menceritakan semua kejadian yang mereka alami, termasuk penampakan banyak pocong di pemakaman.
"Kang Bahrul, saya merasa ada yang tidak beres. Semalam, penampakan pocong semakin banyak, dan mereka semakin agresif," kata Kang Asep dengan wajah serius.
Kang Bahrul mendengarkan dengan seksama, kemudian merenung sejenak sebelum berbicara. "Asep, keris yang kamu bawa memang memiliki kekuatan magis yang sangat kuat. Ritual yang kamu lakukan mungkin telah membuka portal gaib di pemakaman itu."