Dalam hal ini Walisomgo telah berhasil memasukan nilai-nilai lokal dalam islam yang khas
Keindonesiaan. Kreatifitas Walisongo ini melahirkan gugusan baru bagi nalar islam indonesia
Yang tidak harfiyah menurut islam Arab. Tidak ada Arabisasi dalam penyebaran islam pada
Awal di nusantara. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang dilakukan pada masa selanjutnya
(abad ke-17) oleh Abdurrauf Al-Singkili dan Muhammad Yusuf Al-makassari yang lebih corak
Purifikasi dalam pembaharuan islam.
Sejarah ini berulang menjadi kesadaran-kesadaran baru pada era 90-an melakukan kritik
Terhadap model keberagamaan yang bercorak puritan. Kiri islamnya Hasan Hanafi dab gagasan
Pos tradisionalisme islam Muhammad Abid Al-Jabiri, Muhammad Arkoun,Nasr Hamid Abu
Zaed dan Muhammad Syahrur telah menjadi rujukan utama dari kelompok-kelompok islam
Tradisional untuk melakukan kritik nalar islam, sekaligus menjadi tradisi sebagai jembatan