Nama             : Farhan Ardiansyah
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 43222010018
Dosen Pengampu: Apollo,Prof.Dr,M.Si.Ak
Mata Kuliah      : Pendidikan Anti Korupsi dan ETIK UMB
PENDAHULUAN
      Jeremy Bentham lahir di London, Inggris pada tanggal 15 Februari 1748. Ia adalah seorang filsuf, ahli hukum, dan ekonom yang dikenal sebagai salah satu pendiri teori utilitarianisme.
Bentham dilahirkan dari keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang wanita terpelajar. Bentham menunjukkan kecerdasan yang luar biasa sejak usia dini. Ia masuk ke Universitas Oxford pada usia 12 tahun dan lulus dengan gelar sarjana muda pada usia 15 tahun.
Setelah lulus dari Oxford, Bentham bekerja sebagai pengacara di London. Namun, ia lebih tertarik pada filsafat dan hukum. Pada tahun 1776, ia menerbitkan karyanya yang paling terkenal, An Introduction to the Principles of Morals and Legislation. Dalam karya ini, Bentham mengembangkan teori utilitarianisme, yang menyatakan bahwa tindakan moral adalah tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak.
Teori utilitarianisme Bentham memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran moral dan politik. Ia menjadi dasar bagi banyak reformasi hukum dan sosial di abad ke-19 dan ke-20.
Bentham menghabiskan sisa hidupnya untuk mempromosikan teori utilitarianisme. Ia menulis banyak karya lain tentang filsafat, hukum, dan ekonomi. Ia juga aktif dalam reformasi hukum dan sosial.
Bentham meninggal di London pada tanggal 6 Juni 1832. Ia dimakamkan di Westminster Abbey, London.
Berikut adalah beberapa pencapaian penting Jeremy Bentham:
- Mengembangkan teori utilitarianisme, yang menjadi salah satu teori etika paling berpengaruh di dunia.
- Mendorong reformasi hukum dan sosial, termasuk penghapusan hukuman mati, pelepasan tahanan politik, dan peningkatan hak-hak perempuan.
- Menjadi salah satu pendiri University College London, universitas pertama di Inggris yang tidak mewajibkan agama.
Bentham adalah seorang pemikir yang visioner dan berpengaruh. Teorinya tentang utilitarianisme masih relevan hingga saat ini dan terus dipelajari dan didiskusikan oleh para filsuf dan ahli hukum.
     Apa itu Hedonistic Calculus ?
Hedonistic Calculus adalah sebuah teori etika yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham, seorang filsuf utilitarian asal Inggris abad ke-18. Teori ini berlandaskan pada prinsip bahwa kesenangan (pleasure) dan rasa sakit (pain) adalah satu-satunya motivator manusia dan satu-satunya kriteria yang menentukan moralitas suatu tindakan. Tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak adalah tindakan yang paling bermoral.
PEMBAHASAN
Jeremy Bentham, seorang filsuf utilitarian Inggris abad ke-18, mengembangkan "Hedonistic Calculus" sebagai metode untuk menilai moralitas suatu tindakan. Kalkulus ini didasarkan pada prinsip bahwa kesenangan dan rasa sakit adalah satu-satunya motivator manusia, dan tindakan yang menghasilkan paling banyak kesenangan bagi jumlah orang terbanyak adalah tindakan yang paling bermoral.
Komponen utama Hedonistic Calculus:
- Intensity (intensitas): Seberapa kuat kesenangan atau rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
- Duration (durasi): Berapa lama kesenangan atau rasa sakit berlangsung.
- Certainty (kepastian): Seberapa besar kemungkinan suatu tindakan menghasilkan kesenangan atau rasa sakit yang diharapkan.
- Propinquity (kedekatan): Seberapa cepat kesenangan atau rasa sakit dirasakan setelah tindakan dilakukan.
- Fecundity (kesuburan): Seberapa besar kemungkinan suatu tindakan menghasilkan kesenangan atau rasa sakit tambahan di masa depan.
- Purity (kemurnian): Tingkat kesenangan dibandingkan dengan rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
- Extent (jangkauan): Jumlah orang yang terpengaruh oleh kesenangan atau rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
Dengan menggunakan tujuh faktor ini, seseorang dapat menilai moralitas suatu tindakan dengan membandingkan jumlah kesenangan yang dihasilkan dengan jumlah rasa sakit yang dihasilkan. Tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan yang lebih besar daripada jumlah rasa sakit adalah tindakan yang paling bermoral.
Namun, hedonistis calculus juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah sulit untuk mengukur kesenangan dan rasa sakit secara objektif. Kesenangan dan rasa sakit bersifat subjektif dan dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. Selain itu, hedonistis calculus juga mengabaikan pentingnya kewajiban, hak, dan keadilan dalam menentukan moralitas suatu tindakan.
Prinsip-prinsip Hedonistic Calculus:
- Kesenangan dan rasa sakit adalah satu-satunya hal yang bernilai intrinsik. Artinya, mereka tidak bergantung pada hal lain untuk memiliki nilai. Semua hal lain, seperti kekayaan, kesehatan, dan kekuasaan, hanya bernilai sejauh mereka menghasilkan kesenangan atau mencegah rasa sakit.
- Kesenangan dan rasa sakit dapat diukur secara kuantitatif. Bentham mengusulkan tujuh faktor untuk mengukur kesenangan dan rasa sakit:
- Intensitas (Intensity): Seberapa kuat kesenangan atau rasa sakit tersebut.
- Durasi (Duration): Berapa lama kesenangan atau rasa sakit tersebut berlangsung.
- Kepastian (Certainty): Seberapa besar kemungkinan suatu tindakan menghasilkan kesenangan atau rasa sakit yang diharapkan.
- Kedekatan (Propinquity): Seberapa cepat kesenangan atau rasa sakit dirasakan setelah tindakan dilakukan.
- Kesuburan (Fecundity): Seberapa besar kemungkinan suatu tindakan menghasilkan kesenangan atau rasa sakit tambahan di masa depan.
- Kemurnian (Purity): Tingkat kesenangan dibandingkan dengan rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
- Jangkauan (Extent): Jumlah orang yang terpengaruh oleh kesenangan atau rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
- Moralitas suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya. Tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak adalah tindakan yang paling bermoral.
Setiap orang harus dihitung sama. Tidak ada yang kesenangan atau rasa sakitnya lebih penting daripada yang lain, terlepas dari status sosial, ras, atau gender.
Kritik Terhadap Hedonistic Calculus:
- Subjektivitas: Kesenangan dan rasa sakit bersifat subjektif dan sulit untuk diukur secara objektif. Apa yang menyenangkan bagi satu orang belum tentu bahagia buat orang lain dan sebaliknya
- Pengabaian kewajiban dan hak: Teori ini cenderung mengabaikan pentingnya kewajiban, hak, dan keadilan dalam menentukan moralitas suatu tindakan.
- Tirani minoritas: Jika diimplementasikan secara ketat, kalkulus dapat mengarah pada tindakan yang menyebabkan rasa sakit bagi minoritas untuk memaksimalkan kesenangan mayoritas.
- Pengabaian barang intrinsik: Teori ini hanya memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit yang dapat diukur secara kuantitatif, mengabaikan pentingnya barang-barang intrinsik seperti pengetahuan, cinta, dan persahabatan.
Relevansi Hedonistic Calculus:
Meskipun ada kritik, Hedonistic Calculus tetap menjadi model penting dalam pemikiran utilitarian. Teori ini menawarkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menganalisis dan membandingkan konsekuensi moral dari tindakan yang berbeda. Hedonistic Calculus juga telah diterapkan pada berbagai bidang, termasuk:
- Pembuatan kebijakan: Pemerintah dan organisasi dapat menggunakan kalkulus untuk membuat kebijakan yang memaksimalkan kesejahteraan publik.
- Etika bisnis: Bisnis dapat menggunakan kalkulus untuk membuat keputusan yang memperhitungkan kesejahteraan karyawan, pelanggan, dan masyarakat.
- Pengobatan: Dokter dan profesional medis dapat menggunakan kalkulus untuk membuat keputusan medis yang meminimalkan rasa sakit dan memaksimalkan kesenangan pasien.
Kelebihan Hedonistic Calculus
- Hedonistic Calculus adalah teori etika yang sederhana dan mudah diterapkan. Teori ini hanya mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu kesenangan dan rasa sakit. Hal ini membuat Hedonistic Calculus mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Hedonistic Calculus dapat digunakan untuk menilai moralitas suatu tindakan secara kuantitatif. Dengan menggunakan tujuh faktor yang diusulkan oleh Bentham, kita dapat menghitung secara kuantitatif jumlah kesenangan dan rasa sakit yang dihasilkan oleh suatu tindakan. Hal ini dapat membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih objektif tentang moralitas suatu tindakan.
- Hedonistic Calculus dapat digunakan untuk membandingkan moralitas berbagai tindakan. Dengan menggunakan Hedonistic Calculus, kita dapat membandingkan jumlah kesenangan dan rasa sakit yang dihasilkan oleh berbagai tindakan. Hal ini dapat membantu kita untuk menentukan tindakan mana yang paling bermoral.
Kekurangan Hedonistic Calculus
- Hedonistic Calculus mengabaikan pentingnya kualitas kesenangan. Teori ini menganggap bahwa semua kesenangan sama, baik itu kesenangan yang bersifat fisik, intelektual, atau spiritual. Namun, beberapa filsuf berpendapat bahwa kesenangan yang lebih tinggi, seperti kesenangan intelektual, lebih baik daripada kesenangan yang lebih rendah, seperti kesenangan fisik.
- Hedonistic Calculus mengabaikan pentingnya kewajiban. Teori ini menganggap bahwa tindakan yang moral adalah tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Namun, beberapa filsuf berpendapat bahwa tindakan yang moral adalah tindakan yang dilakukan karena kewajiban, bukan karena mencari kesenangan.
- Hedonistic Calculus mengabaikan pentingnya keadilan. Teori ini menganggap bahwa tindakan yang moral adalah tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Namun, beberapa filsuf berpendapat bahwa tindakan yang moral adalah tindakan yang adil, yaitu tindakan yang tidak merugikan orang lain.
Contoh
Seseorang yang memberikan sumbangan kepada panti asuhan.
Tindakan ini dapat menghasilkan kesenangan bagi orang yang memberikan sumbangan, yaitu kesenangan karena membantu orang lain. Tindakan ini juga dapat menghasilkan kesenangan bagi orang-orang yang tinggal di panti asuhan, yaitu kesenangan karena mendapatkan bantuan. Kesenangan yang dihasilkan oleh tindakan ini adalah kesenangan yang bersifat positif dan baik. Tindakan ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas, yaitu membantu orang-orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan yang moral.
Contoh 2
Seorang pejabat publik yang menerima suap dari pengusaha.
Tindakan ini dapat menghasilkan kesenangan bagi pejabat publik, yaitu kesenangan karena mendapatkan uang. Tindakan ini juga dapat menghasilkan kesenangan bagi pengusaha, yaitu kesenangan karena mendapatkan keuntungan. Namun, tindakan ini juga dapat menghasilkan rasa sakit bagi masyarakat, yaitu kerugian materi karena proyek pembangunan yang tidak berkualitas. Kesenangan yang dihasilkan oleh tindakan ini adalah kesenangan yang bersifat negatif dan buruk. Tindakan ini juga merugikan masyarakat luas, yaitu menyebabkan kerugian materi. Oleh karena itu, tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak moral.
Kritik terhadap Hedonistic Calculus
Hedonistic Calculus telah dikritik oleh beberapa filsuf, antara lain:
- John Stuart Mill : Mill berpendapat bahwa Hedonistic Calculus mengabaikan pentingnya kualitas kesenangan. Mill berpendapat bahwa kesenangan yang lebih tinggi, seperti kesenangan intelektual, lebih baik daripada kesenangan yang lebih rendah, seperti kesenangan fisik.
- Immanuel Kant : Kant berpendapat bahwa Hedonistic Calculus mengabaikan pentingnya kewajiban. Kant berpendapat bahwa tindakan yang moral adalah tindakan yang dilakukan karena kewajiban, bukan karena mencari kesenangan.
Kritik-kritik tersebut menunjukkan bahwa Hedonistic Calculus memiliki keterbatasan dalam menilai moralitas suatu tindakan. Hedonistic Calculus hanya mempertimbangkan faktor kesenangan dan rasa sakit, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kualitas kesenangan, kewajiban, dan keadilan.
mengapa John Stuart Mill dan Immanuel Kant meng kritik Hedonistic Calculus?
John Stuart Mill dan Immanuel Kant mengkritik Hedonistic Calculus karena mereka berpendapat bahwa aliran filsafat ini terlalu sederhana dan tidak realistis. Hedonistic Calculus berpendapat bahwa tindakan yang paling baik adalah tindakan yang menghasilkan kesenangan paling banyak dan rasa sakit paling sedikit. Namun, Mill dan Kant berpendapat bahwa ada banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan moral, seperti kewajiban, keadilan, dan kebaikan.
Mill berpendapat bahwa Hedonistic Calculus tidak memperhitungkan pentingnya kualitas kesenangan. Menurut Mill, kesenangan yang sederhana dan bersifat indera, seperti makan atau seks, tidak lebih baik daripada kesenangan yang lebih kompleks dan bersifat intelektual, seperti membaca atau berdiskusi.
Kant berpendapat bahwa Hedonistic Calculus tidak memperhitungkan pentingnya kewajiban. Menurut Kant, tindakan yang benar adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban, terlepas dari apakah tindakan itu menghasilkan kesenangan atau rasa sakit.
Berikut adalah beberapa kritik spesifik yang diajukan Mill dan Kant terhadap Hedonistic Calculus:
- Mill:
- Hedonistic Calculus terlalu sederhana dan tidak realistis.
- Kesenangan yang sederhana dan bersifat indera tidak lebih baik daripada kesenangan yang lebih kompleks dan bersifat intelektual.
- Kant:
- Hedonistic Calculus tidak memperhitungkan pentingnya kewajiban.
- Tindakan yang benar adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban, terlepas dari apakah tindakan itu menghasilkan kesenangan atau rasa sakit.
Kritik Mill dan Kant terhadap Hedonistic Calculus telah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan aliran filsafat ini menjadi kurang populer di abad ke-20.
Apakah Hedonistic Calculus masih relavan dizaman modern sekarang?
     Jawabannya iya masih, Hedonistic calculus adalah sebuah teori filsafat yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham pada abad ke-18. Teori ini menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mengejar kebahagiaan, dan bahwa kebahagiaan dapat diukur dengan tingkat kesenangan dan rasa sakit yang dialami seseorang.
Hedonistic calculus masih relevan di zaman modern sekarang, karena teori ini memberikan dasar yang kuat untuk memahami motivasi manusia. Teori ini dapat membantu kita untuk memahami mengapa orang-orang membuat keputusan tertentu, dan bagaimana mereka menilai situasi yang berbeda.
Hedonistic Calculus masih relevan di zaman modern sekarang karena beberapa alasan berikut:
- Manusia pada dasarnya adalah makhluk hedonis. Manusia selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Hal ini dapat dilihat dari perilaku manusia sehari-hari, seperti makan makanan yang enak, menonton film yang menyenangkan, atau menghindari pekerjaan yang membosankan.
- Hedonistic Calculus dapat digunakan untuk membuat keputusan yang rasional. Dengan mempertimbangkan konsekuensi kesenangan dan rasa sakit dari setiap pilihan, kita dapat membuat keputusan yang paling menguntungkan bagi diri kita.
- Hedonistic Calculus dapat digunakan untuk membuat keputusan yang baik untuk masyarakat. Dengan mempertimbangkan kesenangan dan rasa sakit dari semua orang yang terlibat dalam suatu tindakan, kita dapat membuat keputusan yang paling bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Contoh:
Misalnya, Anda ingin memutuskan apakah akan pergi ke pesta atau belajar untuk ujian. Dengan menggunakan Hedonistic Calculus, Anda dapat mempertimbangkan konsekuensi kesenangan dan rasa sakit dari kedua pilihan tersebut.
Jika Anda pergi ke pesta, Anda akan mendapatkan kesenangan dari berkumpul dengan teman-teman dan bersenang-senang. Namun, Anda juga akan mengalami rasa sakit karena kelelahan dan kurang tidur.
Jika Anda belajar untuk ujian, Anda akan mendapatkan kesenangan dari mendapatkan nilai yang baik dan lulus ujian. Namun, Anda juga akan mengalami rasa sakit karena harus belajar keras.
Dengan mempertimbangkan konsekuensi kesenangan dan rasa sakit dari kedua pilihan tersebut, Anda dapat memutuskan pilihan yang paling menguntungkan bagi diri Anda.
Dalam contoh ini, jika Anda adalah orang yang suka berkumpul dengan teman-teman dan bersenang-senang, Anda mungkin akan memutuskan untuk pergi ke pesta. Namun, jika Anda adalah orang yang serius dengan pendidikan Anda, Anda mungkin akan memutuskan untuk belajar untuk ujian.
Tentu saja, Hedonistic Calculus hanyalah salah satu teori etika yang dapat digunakan untuk membuat keputusan. Ada banyak teori etika lain yang juga dapat digunakan, seperti deontologi, utilitarianisme, dan moralitas sosial.
Â
KORUPSI
Pengertian korupsi menurut bahasa
Korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang berarti busuk, rusak, atau tidak baik. Dalam bahasa Indonesia, korupsi diartikan sebagai tindakan yang menggunakan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi.
Pengertian korupsi secara luas
Korupsi secara luas dapat diartikan sebagai tindakan yang menyimpang dari aturan yang berlaku untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Tindakan korupsi dapat terjadi di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.
Ada beberapaa teori dalam materi tentang korupsi diantaranya:
1.Teori GONE
ori GONE adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh Jack Bologne untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan korupsi. Teori ini berlandaskan pada empat faktor utama, yaitu:
- Greed (keserakahan): Keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, baik dalam bentuk uang, kekuasaan, atau kesenangan lainnya.
- Opportunity (kesempatan): Adanya peluang untuk melakukan korupsi, misalnya karena lemahnya pengawasan atau lemahnya penegakan hukum.
- Needs (kebutuhan): Adanya kebutuhan yang mendesak, misalnya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk membayar hutang.
- Exposure (pengungkapan): Adanya kemungkinan untuk terungkapnya tindakan korupsi, misalnya karena adanya whistleblowing atau karena adanya reformasi di bidang hukum dan pemerintahan.
Menurut teori GONE, korupsi akan terjadi jika keempat faktor tersebut ada dan saling berinteraksi. Misalnya, seorang pejabat publik yang memiliki keserakahan untuk mendapatkan kekayaan lebih banyak akan lebih mungkin melakukan korupsi jika ada kesempatan untuk melakukannya, misalnya karena lemahnya pengawasan. Selain itu, jika pejabat publik tersebut memiliki kebutuhan yang mendesak, misalnya untuk membayar hutang, maka kemungkinan untuk melakukan korupsi akan semakin besar.
2.TEORI CDMA
Teori CDMA (Corruption, Discretion, Monopoly, and Accountability) adalah teori yang dikembangkan oleh Robert Klitgaard untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan korupsi. Teori ini berlandaskan pada empat faktor utama, yaitu:
- Corruption (korupsi): Tindakan yang menggunakan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi.
- Discretion (diskresi): Kemampuan pejabat publik untuk membuat keputusan yang tidak terikat oleh aturan atau prosedur tertentu.
- Monopoly (monopoli): Keadaan di mana hanya ada satu pelaku usaha yang menguasai suatu pasar atau sektor tertentu.
- Accountability (akuntabilitas): Tanggung jawab pejabat publik kepada masyarakat atau atasan mereka.
Menurut teori CDMA, korupsi akan terjadi jika keempat faktor tersebut ada dan saling berinteraksi. Misalnya, seorang pejabat publik yang memiliki diskresi untuk membuat keputusan tertentu akan lebih mungkin melakukan korupsi jika ada monopoli di sektor tertentu, misalnya karena hanya ada satu perusahaan yang menyediakan jasa tertentu. Selain itu, jika pejabat publik tersebut tidak memiliki akuntabilitas yang kuat, maka kemungkinan untuk melakukan korupsi akan semakin besar.
Korupsi adalah salah satu masalah terbesar di Indonesia. Menurut Transparency International, Indonesia menempati peringkat ke-102 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun 2022.
Dampak korupsi di Indonesia sangat luas dan merugikan, baik bagi negara maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak korupsi di Indonesia:
- Kehilangan pendapatan negara: Korupsi menyebabkan negara kehilangan pendapatan yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut data dari KPK, kerugian negara akibat korupsi dari tahun 2004 hingga 2022 mencapai Rp1.500 triliun.
- Ketidakadilan: Korupsi menyebabkan terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat, karena hanya segelintir orang yang diuntungkan. Korupsi dapat memunculkan berbagai bentuk ketidakadilan, seperti diskriminasi, kesenjangan sosial, dan kemiskinan.
- Kerusakan moral: Korupsi merusak moral masyarakat dan mendorong perilaku menyimpang. Korupsi dapat menyebabkan masyarakat menjadi tidak percaya pada pemerintah, tidak menghargai hukum, dan bahkan melakukan korupsi sendiri.
- Kemunduran pembangunan: Korupsi menghambat pembangunan di Indonesia. Korupsi dapat menyebabkan proyek-proyek pembangunan tidak berjalan sesuai rencana, tidak efektif, atau bahkan tidak selesai.
- Menurunnya daya saing bangsa: Korupsi dapat menurunkan daya saing bangsa di kancah internasional. Korupsi dapat membuat Indonesia menjadi negara yang tidak menarik bagi investor dan pelaku usaha, sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Contoh kasus korupsi di indonesia
Salah satu kasus korupsi terbesar di Indonesia adalah kasus korupsi penyerobotan lahan di Riau yang melibatkan Surya Darmadi, pemilik PT Duta Palma Group, dan mantan Bupati Indragiri Hulu periode 1999-2008, Raja Thamsir Rachman. Kasus ini merugikan negara sebesar Rp 78 triliun.
Kasus ini bermula dari penerbitan izin Hak Guna Usaha (HGU) seluas 37.095 hektar kepada PT Duta Palma Group di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Izin HGU tersebut diterbitkan oleh Bupati Indragiri Hulu, Raja Thamsir Rachman, pada tahun 2003.
Namun, izin HGU tersebut diduga diterbitkan secara tidak sah. PT Duta Palma Group diduga tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan izin HGU, yaitu tidak memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang jelas. Selain itu, PT Duta Palma Group juga diduga tidak membayar pajak HGU.
Pada tahun 2022, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Surya Darmadi dan Raja Thamsir Rachman sebagai tersangka dalam kasus ini. KPK menduga bahwa Surya Darmadi memberikan suap kepada Raja Thamsir Rachman sebesar Rp 20 miliar untuk mendapatkan izin HGU.
Kasus ini masih dalam proses persidangan. Namun, jika terbukti bersalah, Surya Darmadi dan Raja Thamsir Rachman terancam hukuman penjara seumur hidup atau pidana mati.
Selain kasus penyerobotan lahan di Riau, berikut adalah beberapa kasus korupsi terbesar di Indonesia:
- Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara indonesia sebesar Rp 136,6 triliun.
- Kasus korupsi PT Asabri yang merugikan negara indonesia sebesar Rp 23,7 triliun.
- Kasus korupsi PT Jiwasraya yang merugikan negara sebesar Rp 16,8 triliun.
- Kasus korupsi Bank Century yang merugikan negara sebesar Rp 6,7 triliun.
Kasus-kasus korupsi tersebut menunjukkan bahwa korupsi merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Pemerintah harus terus berupaya untuk mencegah dan memberantas korupsi agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi negara dan masyarakat.
Bagaiamana hubungan antara Hedonistic Calculus dengan korupsi ?
Hedonistic Calculus adalah sebuah teori etika yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham, seorang filsuf utilitarian asal Inggris abad ke-18. Teori ini berlandaskan pada prinsip bahwa kesenangan dan rasa sakit adalah satu-satunya motivator manusia dan satu-satunya kriteria yang menentukan moralitas suatu tindakan. Tindakan yang menghasilkan jumlah kesenangan terbesar bagi jumlah orang terbanyak adalah tindakan yang paling bermoral.
Korupsi adalah tindakan yang menggunakan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi. Tindakan korupsi dapat menghasilkan kesenangan bagi pelakunya, baik dalam bentuk uang, kekuasaan, atau kesenangan lainnya. Namun, tindakan korupsi juga dapat menyebabkan rasa sakit bagi orang lain, baik dalam bentuk kerugian materi, kerugian moral, atau kerugian sosial.
Jika Hedonistic Calculus diterapkan secara ketat, maka korupsi dapat dianggap sebagai tindakan yang moral, asalkan tindakan tersebut menghasilkan jumlah kesenangan yang lebih besar daripada jumlah rasa sakit. Misalnya, seorang pejabat publik yang menerima suap dari pengusaha dapat dianggap sebagai tindakan yang moral, asalkan suap tersebut digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, hal ini mengabaikan pentingnya kewajiban, hak, dan keadilan dalam menentukan moralitas suatu tindakan. Seorang pejabat publik memiliki kewajiban untuk melayani kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi. Selain itu, hak-hak masyarakat harus dilindungi, termasuk hak untuk mendapatkan pelayanan publik yang jujur dan tidak korup.
Oleh karena itu, kritik terhadap Hedonistic Calculus ini menunjukkan bahwa teori ini tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menilai moralitas suatu tindakan, termasuk korupsi. Tindakan korupsi harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip etika yang lebih luas, seperti kewajiban, hak, dan keadilan.
Berikut adalah beberapa contoh hubungan antara Hedonistic Calculus dengan korupsi:
- Korupsi dapat menghasilkan kesenangan bagi pelakunya, tetapi juga dapat menyebabkan rasa sakit bagi orang lain. Misalnya, seorang pejabat publik yang menerima suap dari pengusaha dapat menikmati kekayaan yang diperolehnya, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat, misalnya dalam bentuk korupsi proyek pembangunan.
- Korupsi dapat mengabaikan hak-hak masyarakat. Misalnya, seorang pejabat publik yang menggunakan kekuasaannya untuk menguntungkan kelompok tertentu dapat melanggar hak-hak kelompok lain.
- Korupsi dapat menyebabkan ketidakadilan. Misalnya, seorang pejabat publik yang menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri dapat menyebabkan ketidakadilan bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami kritik terhadap Hedonistic Calculus untuk dapat menilai moralitas suatu tindakan, termasuk korupsi, secara lebih komprehensif.
KESIMPULAN
Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus adalah kerangka kerja etis yang dikembangkan oleh filsuf Inggris Jeremy Bentham untuk menilai tindakan berdasarkan potensi mereka untuk memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan penderitaan. Kerangka kerja ini didasarkan pada gagasan bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir dari semua tindakan moral.
Korupsi adalah salah satu masalah terbesar di Indonesia. Menurut Transparency International, Indonesia menempati peringkat ke-102 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun 2022.
Korupsi memiliki dampak yang sangat merugikan bagi Indonesia, baik bagi negara maupun masyarakat. Dampak korupsi di Indonesia antara lain:
- Kehilangan pendapatan negara: Korupsi menyebabkan negara kehilangan pendapatan yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
- Ketidakadilan: Korupsi menyebabkan terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat, karena hanya segelintir orang yang diuntungkan.
- Kerusakan moral: Korupsi merusak moral masyarakat dan mendorong perilaku menyimpang.
Diskursus Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus dan fenomena kejahatan korupsi di Indonesia dapat dibahas dari beberapa sudut pandang, antara lain:
- Dari sudut pandang Hedonistic Calculus, korupsi dapat dipandang sebagai tindakan yang tidak etis, karena menyebabkan penderitaan bagi masyarakat luas. Korupsi menyebabkan negara kehilangan pendapatan yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi lebih miskin dan menderita. Selain itu, korupsi juga menyebabkan terjadinya ketidakadilan dan kerusakan moral dalam masyarakat.
- Namun, dari sudut pandang pelaku korupsi, korupsi dapat dipandang sebagai tindakan yang etis, karena dapat meningkatkan kebahagiaan mereka. Pelaku korupsi dapat memperoleh keuntungan pribadi, seperti uang, kekuasaan, atau status sosial. Hal ini dapat meningkatkan kebahagiaan mereka, meskipun hal tersebut menyebabkan penderitaan bagi orang lain.
- Oleh karena itu, untuk memerangi korupsi, diperlukan pendekatan yang komprehensif, yang tidak hanya berfokus pada penegakan hukum, tetapi juga pada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak korupsi. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari korupsi.
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memerangi korupsi di Indonesia:
- Meningkatkan penegakan hukum: Pemerintah harus terus meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku korupsi. KPK harus diberikan kewenangan yang lebih luas dan anggaran yang lebih besar untuk melakukan tugasnya.
- Meningkatkan pendidikan antikorupsi: Pemerintah harus melakukan berbagai program pendidikan antikorupsi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang korupsi. Pendidikan antikorupsi harus dilakukan sejak dini, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang lebih ketat tentang keterbukaan informasi publik dan dengan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja pemerintah.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan korupsi di Indonesia dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup dalam lingkungan yang bersih dari korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
- Bentham, Jeremy. An Introduction to the Principles of Morals and Legislation. 2001 ed. Ontario: Batoche Books Kitchener, 2001.
- Bertens, Kees. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
- Blackstone, William. Commentaries on the Laws of England. Chicago: Chicago University Press, 1979.
- Fariduddin, Ahmad Mukhlish, and Nicolaus Yudistira Dwi Tetono, 'Penjatuhan Pidana Mati Bagi Koruptor Di Indonesia Dalam Perspektif Utilitarianisme', Integritas : Jurnal Antikorupsi, 8.1 (2022)
- Pratiwi, Endang, Theo Negoro, and Hassanain Haykal, 'Teori Utilitarianisme', Jurnal Konstitusi, 19.2 (2022), 268
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI