Nama  : Farhan Ardiansyah
NIM Â Â Â : 43222010018
Dosen Pengampu : Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak
Mata Kuliah  : Pendidikan Anti Korupsi dan ETIK UMB
LATAR BELAKANG
Pengertian korupsi
Dalam bahasa, korupsi dapat dijelaskan sebagai tindakan atau praktik yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan, posisi, atau sumber daya publik untuk tujuan pribadi atau keuntungan pribadi. Istilah ini seringkali digunakan untuk merujuk pada tindakan yang melanggar etika, hukum, atau tata nilai moral, dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, seringkali melibatkan penyuapan, nepotisme, pemerasan, atau penyalahgunaan wewenang. Korupsi dapat merusak integritas lembaga-lembaga publik, melemahkan kepercayaan masyarakat, dan merugikan kepentingan umum. Dalam banyak bahasa di seluruh dunia, istilah-istilah serupa digunakan untuk menggambarkan konsep korupsi.
Para ahli dan pakar telah memberikan berbagai definisi tentang korupsi, dan definisi ini dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang dan bidang keahlian masing-masing. Berikut adalah beberapa pengertian korupsi menurut beberapa ahli dan pakar:
1. Transparency International: Transparency International, organisasi non-pemerintah yang fokus pada pemberantasan korupsi, mendefinisikan korupsi sebagai "penyalahgunaan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang untuk keuntungan pribadi." Definisi ini mencakup penyalahgunaan kekuasaan dalam berbagai bentuk, termasuk penyuapan, nepotisme, pemerasan, dan tindakan yang merugikan kepentingan umum.
2. Lawrence Rosenbloom: Menurut Rosenbloom, seorang ahli administrasi publik, korupsi adalah "tindakan yang tidak sah dan tidak etis yang melibatkan penyalahgunaan wewenang publik oleh individu atau kelompok yang memiliki wewenang itu."
3. Robert Klitgaard: Klitgaard, seorang ekonom yang mengkhususkan diri dalam masalah korupsi, menyatakan bahwa korupsi adalah "penggunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi." Dia juga mengembangkan rumus terkenal, yaitu "Korupsi = Monopoli + Diskresi - Akuntabilitas."
4. William P. Myers: Myers, seorang peneliti yang mempelajari etika dalam pemerintahan, menggambarkan korupsi sebagai "penyalahgunaan wewenang pemerintah untuk mendapatkan manfaat pribadi atau kelompok tertentu."
5. Fredricka Stoller: Stoller, seorang akademisi yang mengkaji hubungan antara korupsi dan pengembangan ekonomi, menyebut korupsi sebagai "penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi, dengan dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi dan sosial."
Perlu diingat bahwa pengertian korupsi dapat bervariasi, tetapi intinya adalah penyalahgunaan kekuasaan, posisi, atau sumber daya publik untuk tujuan pribadi atau kelompok tertentu yang merugikan kepentingan umum. Bekalang korupsi melibatkan upaya untuk mengidentifikasi, mencegah, dan memerangi praktik-praktik ini demi menciptakan sistem yang lebih adil, transparan, dan berintegritas.
Selanjutnya terdapat beberapa teori dalam membahas korupsi ini. Berikut beberapa teori untuk membahas tentang korupsi
1. Teori Korupsi GONE
Teori korupsi GONE (Greed, Opportunity, Need, Exposure) adalah teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne pada tahun 1993. Teori ini menyatakan bahwa korupsi terjadi karena adanya empat faktor utama, yaitu:
- Keserakahan (Greed)
Keserakahan adalah faktor internal yang dimiliki oleh setiap orang. Keserakahan dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
- Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan adalah faktor eksternal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Kesempatan dapat berupa kelemahan sistem atau peraturan, atau pengawasan yang lemah.
- Kebutuhan (Need)
Kebutuhan adalah faktor internal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, atau psikologis.
- Pengungkapan (Exposure)
Pengungkapan adalah faktor eksternal yang dapat mencegah seseorang untuk melakukan korupsi. Pengungkapan dapat berupa hukuman yang berat bagi pelaku korupsi, atau pengawasan yang ketat.
2. Teori Korupsi CDMA (Robert Klitgaard)
Teori korupsi CDMA (Directionary, Monopoly, Discretion, Accountability) adalah teori yang dikemukakan oleh Robert Klitgaard pada tahun 1988. Teori ini menyatakan bahwa korupsi terjadi karena adanya empat faktor utama, yaitu:
- Kekuasaan yang mengarah (Directionary)
Kekuasaan yang mengarah adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi orang lain. Kekuasaan ini dapat berupa kekuasaan politik, ekonomi, atau sosial.
- Monopoli
Monopoli adalah situasi di mana hanya ada satu penyedia barang atau jasa tertentu. Monopoli dapat menciptakan peluang korupsi, karena pemberi monopoli memiliki kekuasaan yang besar untuk mempengaruhi harga barang atau jasa tersebut.
- Kewenangan yang bersifat diskresioner (Discretion)
Kewenangan yang bersifat diskresioner adalah kewenangan yang memberikan kebebasan kepada seseorang atau kelompok untuk mengambil keputusan tanpa ada batasan yang jelas. Kewenangan ini dapat menciptakan peluang korupsi, karena pemberi kewenangan memiliki kekuasaan yang besar untuk mempengaruhi keputusan tersebut.
- Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan tindakan kepada pihak lain. Akuntabilitas yang lemah dapat menciptakan peluang korupsi, karena pelaku korupsi tidak perlu mempertanggungjawabkan tindakannya.
GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
MACAM MACAM GAYA KEPEMIMPINAN
- Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang berpusat pada pemimpin. Dalam gaya ini, pemimpin mengambil semua keputusan dan mengarahkan bawahan secara ketat. Gaya kepemimpinan ini dapat efektif dalam situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat dan tegas, atau dalam situasi di mana bawahan membutuhkan bimbingan dan pengarahan yang jelas.
- Gaya kepemimpinan demokratis
 Dalam gaya ini, pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan ini dapat efektif dalam situasi yang membutuhkan kreativitas dan inovasi, atau dalam situasi di mana bawahan memiliki motivasi dan keterampilan yang tinggi.
- Gaya kepemimpinan laissez-faire
Gaya kepemimpinan laissez-faire adalah gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri. Dalam gaya ini, pemimpin memberikan sedikit pengarahan atau bimbingan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini dapat efektif dalam situasi di mana bawahan memiliki motivasi dan keterampilan yang tinggi, atau dalam situasi di mana pemimpin tidak memiliki cukup waktu atau informasi untuk membuat keputusan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:
- Kepribadian pemimpin
- Pengalaman dan pendidikan pemimpin
- Situasi organisasi
- Karakteristik bawahan
Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja organisasi
Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja organisasi dengan berbagai cara. Gaya kepemimpinan yang efektif dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja bawahan. Gaya kepemimpinan yang tidak efektif dapat menurunkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja bawahan.
PEMBAHASAN
ASAL USUL WAYANG SEMAR
Semar adalah salah satu tokoh yang paling penting dalam wayang kulit Jawa. Semar digambarkan sebagai sosok yang lucu, bijaksana, dan selalu mengutamakan kepentingan rakyat jelata. Semar seringkali menjadi penengah dalam pertikaian antara para ksatria dan selalu memberikan nasihat yang baik kepada mereka.
Semar adalah nama tokoh utama dalam wayang Jawa, bahkan dalam wayang Sunda dan Bali. Tokoh ini konon merupakan penjaga dan penasehat para pendekar dalam penggambaran cerita Mahabarata dan Ramayana. Penokohan Semar pertama kali terdapat pada karya sastra masa Majapahit berjudul Sudamala. Semar dikisahkan sebagai pelayan tokoh utama cerita, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Dalam perannya sebagai abdi, Semar tidak hanya berperan sebagai abdi, namun juga penyampai humor, candaan, dan sosok pemecah ketegangan  dalam sebuah cerita.
Semar adalah penjelmaan Sang Hyang Ismaya yang menempuh jalan kematian. Pada suatu hari, Semar disuruh turun ke alam Sang Hyang Tunggal. Oleh karena itu Sang Hyang Ismaya yang semula atau awalnya berwajah sangat amat  tampan dan berbadan bagus berubah menjadi jelek dan buruk rupa. Namun sebelum turun ke bumi, Semar meminta untuk berteman.
Menurut serat Paramayoga dalam buku Rupa dan karakter Wayang Purwa yang ditulis oleh Heru S Sudjaruto, Sumari, Udang Wiyono, dikatakan bahwa:
Sang Hyang Ismaya adalah salah satu dari tiga putra Hyang Tunggal. Ibunya bernama Dewi Rakti. Namun dalam bidang pedalangan pada umumnya khususnya Wayang Purwa, ibu Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Rekatawati. Menurut Paramayoga, istri Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Senggani, dan dalam pewayangan adalah Dewi Kanastri atau Kanastren. Sang Hyang Ismaya muncul atau lahir dimuka bumi ini dengan kedua saudaranya, Sang Hyang Manikmaya dan Sang Hyang Antaga.
Mulanya mereka lahir dalam wujud cahaya yang kemudian berubah wujud menjadi sebutir telur. Oleh Sang Hyang Tunggal, sebutir telur tersebut langsung dipuja menjadi tiga orang anak laki-laki . Kulit sebutir telur tersebut menjadi seorang Sang Hyang Antaga, dan sebutir putih telurnya menjadi Sang Hyang Ismaya, sedangkan sebutir kuning telurnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Ketiga anak laki laki tersebut semua merasa dirinya paling sakti dan hebat dan  paling pantas menjadi sang  pewaris kedudukan dari Sang Hyang Tunggal sebagai penguasa alam kahyangan. Karena tidak ada satupun dari mereka yang mau menyerah.
Sang Hyang Tunggal memberi syarat: "Barangsiapa mampu menelan Gunung Mahameru  dan memuntahkannya, berhak untuk tinggal di surga." Sang Hyang Antaga berkesempatan memamerkan kesaktiannya untuk pertama kalinya. Ia berusaha  menelan gunung tersebut, namun hingga mulutnya terkoyak, gunung tersebut tidak dapat ditelan. Pada ronde kedua, Sang Hyang Ismaya dengan kesaktiannya menelan Mahameru namun tidak dapat dimuntahkan. Dia berusaha mengeluarkan gunung itu melalui rektum tetapi juga tidak berhasil. Gunung itu berhenti di perut Ismaya. Karena gunung tersebut tenggelam, Sang Hyang Manikmaya tidak sempat mempertontonkan kesaktiannya. Oleh karena itu, Sang Hyang Manikmaya diangkat menjadi pewaris takhta oleh Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Ismaya diperintahkan oleh ayahnya untuk turun ke bumi dan menjadi pelindung orang-orang shaleh. Sebagai pengasuh dan pembantu, Ismaya menggunakan nama Semar, Samarasanta, Semarsanta, Janabadra dan Badranaya. Kedatangan Batara Ismaya di Marcapada (Bumi) sebagai Semar bertepatan dengan lahirnya Bambang Manunumasa, putra Bambang Parikenan. Manumansa adalah orang pertama yang menjadi anak Semar.
Demikian pula dalam kitab lain disebutkan bahwa langit dan bumi pada zaman dahulu dikuasai oleh Sang Hyang Wenang yang mempunyai seorang putra bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rekatawati, putri seekor kepiting raksasa bernama Rekatama. Suatu hari, Dewi Rekatawati bertelur dan seketika itu juga telur tersebut terbang ke langit menuju Yang Maha Kuasa. Telurnya menetes, lalu muncul tiga makhluk  dari cangkang telur, putih telur, dan kuning telur. Makhluk yang terbuat dari cangkang telur disebut Tejamantri, makhluk yang terbuat dari putih telur disebut Ismaya, dan makhluk yang terbuat dari kuning telur disebut Manikmaya. Dalam cerita lain, telur terbang ke langit, bumi dan cahaya atau teja.
Suatu hari, mereka bertengkar mengenai siapa yang akan menggantikan ayah mereka sebagai penguasa. Manikmaya menyarankan untuk mengadakan sayembara menelan gunung tersebut dan memuntahkannya. Tejamantri melakukannya lebih dulu tetapi gagal. Â Ismaya kemudian bisa menelannya tapi tidak bisa meludahkannya. Kejadian ini menimbulkan bencana atau malapetaka. Oleh karena itu, Sang Hyang Wenang turun tangan dan memutuskan suatu saat nanti Manikmaya akan menjadi raja para dewa, pengusaha kahyangan dan akan mempunyai keturunan yang akan menjadi penghuni bumi. Sementara itu, Tejamantri dan Ismaya harus kembali ke bumi untuk menjaga keturunan Manimaya. Keduanya bisa menghadapi Sang Hyang Wenang jika Manimaya berbuat tidak adil. Nama mereka telah diubah. Tejamantri menjadi Togog, Ismaya disebut Semar dan Manikmaya menjadi Batara Guru. Karena menelan gunung, bentuk tubuh Semar menjadi tinggi gemuk dan bulat.
Selanjutnya menurut Dr. G.A.J. Haezu dalam buku Ardian Kresna menyebutkan bahwa Semar bukan berasal dari India melainkan dari Jawa. Nama, gambaran dan penampakannya menunjukkan bahwa Semar dan anak-anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) berasal dari Pulau Jawa. Pasalnya, lawakan atau lawakan  sering disebutkan dalam naskah-naskah kuno sebagai bagian dari pertunjukan khusus. Misalnya: banyaol, baringgit abanyol, banabanwal atau pukana ringgit tampil. Semar adalah nama  seorang leluhur dalam masyarakat Jawa yang bayangannya direpresentasikan dalam wayang kulit atau wayang kulit yang  dianggap bersifat religius. Semar merupakan nenek moyang masyarakat Jawa dan tokoh favorit dalam mitologi agama primitif Jawa.
B. Simbolisme dan Makna Semar
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengatakan bahwa istilah hidup itu ibarat roda yang berputar, yaitu jalan hidup seseorang  kadang susah, kadang bahagia, kadang naik turun, naik turun, dan sebagainya. Agama Jawa menganut konsep hidup melingkar yang diungkapkan melalui simbol-simbol spiritual. Mereka membayangkan simbol-simbol kebatinan Jawa  sebagai tempat moral yang harus dihormati ketika datang ke sangkan paran. Di satu sisi lambang melambangkan kebanggaan orang beriman dan mempunyai keutamaan tertentu, di sisi lain lambang melambangkan cita-cita luhur. Wayang Semar memang hanya selembar kulit kerbau atau Sapi. Tetapi, dia merupakan suatu macam simbol atau lamabang yang sangat berharga untuk dipelajari secara mendalam dan seksama.
Huruf dan gambar adalah simbol untuk bahasa, sedangkan bahasa adalah simbol bagi manusia. Apakah sesungguhnya simbol atau lambang itu? lambang adalah sarana atau alat bagi konsep manusia tentang objek. Karena itu, simbol juga merupakan suatu pernyataan mental atau pengetahuan jiwa dari Diri atau wujud diri dari manusia. karenanya, lambang selalu menujukkan pada konsep.
Menurut Coleridge dalam buku The Power Of Symbol menyatakan bahwa "simbol sesungguhnya bagian dari Perwujudan manusia, bisa disebutkan sebagai salah satu cara alat dalam berkomunikasi, mengandung makna dan arti tersendiri". Karena simbol adalah kegiatan inti dari diri manusia, maka dengan simbol itu pula akan diketemukan pemecahanan masalah yang hakiki dari manusia yang memilikinya, baik tentang hal yang bersifat fisik maupun non fisik, seperti mental, religi atau agama atau adab , mitos atau khayalan , ritual atau upacara adat , upacara peribadatan dan lainnya.
Disinilah letak dari wayang Semar. Lambang Semar adalah lambang yang mempunyai sifat yang halus atau mengajarkan toleransi . Oleh karena itu dengan mempelajari tokoh wayang Semar diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang peribadatan, mitos ritual atau upacara adat , religi atau agama , watak atau sifat, dan sifat para pendukungnya. Dengan demikian tokoh ini banyak dipertanyakan, mengapa? Karena tokoh Semar ini dianggap memiliki nilai lebih dan mitologi masyarakat Jawa dan tentu saja banyak terkandung filosofis yang melekat didalam dirinya.
- Semar BentukÂ
semar merupakan tokoh pewayangan yang memiliki banyak ciri khas yang menonjol, banyak orang Jawa yang  tertarik dengan dunia pewayangan dan menganggap Semar merupakan tokoh idaman yang patut dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sosok
Semar digambarkan sebagai makhluk tak dikenal, maknanya serba ambigu. Konon laki-laki sering dipanggil rama atau kakang, namun berpenampilan seperti perempuan, montok dengan payudara berkembang seperti  perempuan. Konon lelaki tua itu mengikat rambutnya  seperti anak kecil, wajahnya tampak seperti sedang menangis dan tersenyum sehingga sulit membedakan antara menangis dan tertawa.
 Dibuktikan dalam buku Dunia Semar karya Ardian Kresna. Secara umum bentuk ekspresi ciri-ciri  Semar dalam wayang kulit adalah sebagai berikut:
- Semar berkepala anak-anak namun juga berwajah sangat tua
- Kalau Semar tertawa selalu menangis
- Mata Semar seperti menangis tetapi mulutnya tersenyum
- Semar mempunyai postur berdiri dan membungkuk
- Semar tidak pernah memberi perintah. namun memberikan konsekuensi atas nasehatnya
Sementara itu, buku lain terbitan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Cirebon berjudul Sejarah Jalur Wayang Kulit Purwa Cirebon menguraikan gambar-gambar wayang kulit Semar, antara lain Semar:
- a. Badan Bulat
- b. kulit hitam Â
- c. mempunyai mata yang kecil atau sipit
- d. Dagu atau mulutnya diikat dengan rantai  sampai di kakinya
- Â e. Tangan kanan dengan lima jari terbuka
- f. Tangan kiri memegang lima jari seberat
- g.pada satu gigih berwarna putih.
- h.Mengenakan kuncung (berambut putih di kepala)
Lahirnya karya yang sengaja tidak sempurna, seperti Ki Semarasanta atau Semar, merupakan  konsep kerendahan hati pribadi, kesadaran diri dan keterbukaan terhadap kelemahan, kesalahan dan kekurangan. Karena dengan sikap tersebut, masyarakat meyakini bahwa manusia  mampu menyajikan Hal Yang Maha Sempurna.
Selain Semar, rasanya tidak tepat jika membicarakan Semar tanpa anak-anaknya. Sebagaimana tertuang dalam buku Dunia Semar karya Ardian Kresna, dalam pertunjukan wayang di  Jawa Tengah. Semar selalu ditemani oleh anak-anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Sedangkan Togog selalu menemani Bilung. Namun dalam pewayangan Sunda urutan anak Semar adalah Cepot, Dawala dan Gareng. Terdapat perbedaan urutan anak Semar dalam bahasa Jawa dan Sunda. Di kalangan wayang Sunda, yang paling besar disebut cepot alias astrajingga alias Bagong, yang kedua disebut Dawala dengan yang kecil Udel, dan yang bungsu disebut Gareng alias Nala gareng. Sedangkan dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar disebut Gareng, kemudian Petruk, dan anak bungsu disebut Bagong. Sedangkan Togog selalu menemani Bilung. Namun dalam pewayangan Sunda urutan anak Semar adalah Cepot, Dawala dan Gareng.
Terdapat perbedaan urutan anak Semar dalam dunia perwayangan Jawa dan Sunda. Di kalangan wayang Sunda, yang paling besar disebut cepot alias astrajingga alias Bagong, yang kedua disebut Dawala dengan yang kecil Udel, dan yang bungsu disebut Gareng alias Nala gareng. Sedangkan dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar disebut Gareng, kemudian Petruk, dan anak bungsu disebut Bagong.
Gaya kepemimpinan dari semar sendiri yaitu Gaya kepemimpinan Semar dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan patembayan. Gaya kepemimpinan patembayan adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat. Pemimpin yang bergaya patembayan selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya sendiri.
Gaya kepemimpinan Semar dapat digambarkan sebagai berikut:
- Kebijaksanaan
Semar adalah sosok yang bijaksana. Ia selalu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Ia juga selalu memberikan solusi yang terbaik bagi rakyatnya.
- Keadilan
Semar adalah sosok yang adil. Ia tidak pernah membeda-bedakan rakyatnya berdasarkan status sosial atau latar belakangnya. Ia selalu memberikan perlakuan yang sama kepada semua rakyatnya.
- Kepedulian
Semar adalah sosok yang peduli terhadap rakyatnya. Ia selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia juga selalu mendengarkan aspirasi rakyatnya. Dan semar selalu mendahulukan kepentingan rakyatnya dibandingkan dengan kepentingan pribadi diri dia sendiri
- Keberanian
Semar adalah sosok yang berani. Ia tidak pernah takut untuk membela kebenaran. Ia juga selalu siap menghadapi tantangan yang ada.
Gaya kepemimpinan Semar dapat dijadikan sebagai teladan bagi para pemimpin di masa kini. Pemimpin yang bergaya patembayan akan mampu membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik.
Berikut adalah beberapa contoh gaya kepemimpinan Semar dalam pewayangan Jawa:
- Semar selalu mengutamakan kepentingan rakyat. Ia tidak pernah mementingkan kepentingan pribadinya sendiri. Ia selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
- Semar selalu mengedepankan musyawarah. Ia tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri. Ia selalu meminta pendapat dari orang lain sebelum mengambil keputusan.
- Semar selalu mengajarkan kebaikan dan kebenaran. Ia selalu mengingatkan para Pandawa untuk selalu berbuat baik dan benar.
- Semar selalu bijaksana dalam mengambil keputusan.
- Gaya kepemimpinan Semar dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan politik, kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan masyarakat.
Selanjutnya juga ada yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan semar sebagai berikut :
Semar merupakan sosok yang bijaksana, adil, dan penuh kasih sayang. Ia juga merupakan pemimpin dari para punakawan, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Gaya kepemimpinan Semar dalam wayang kulit Jawa dapat dikaji dari berbagai aspek, seperti aspek kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan karismatik.
- Aspek kepemimpinan transformasional
 Semar terlihat dari kemampuannya untuk menginspirasi dan memotivasi para punakawan untuk berbuat baik dan membela kebenaran. Ia juga mampu menciptakan perubahan positif dalam diri para punakawan. Aspek kepemimpinan transaksional Semar terlihat dari kemampuannya untuk memberikan imbalan dan hukuman kepada para punakawan sesuai dengan kinerja mereka. Aspek kepemimpinan karismatik Semar terlihat dari karismanya yang mampu menarik perhatian dan kekaguman para punakawan.
Gaya kepemimpinan Semar dalam wayang kulit Jawa dapat memberikan inspirasi bagi para pemimpin di dunia nyata. Semar menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu menginspirasi, memotivasi, dan memberikan perubahan positif bagi masyarakat.
Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisional Indonesia yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Wayang kulit menceritakan berbagai kisah, baik kisah sejarah, legenda, maupun cerita rakyat. Salah satu tokoh wayang kulit yang paling terkenal adalah Semar.
- Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan diri para pengikutnya. Pemimpin transformasional mampu menginspirasi dan memotivasi para pengikutnya untuk berbuat baik dan mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Semar merupakan pemimpin transformasional yang mampu menginspirasi dan memotivasi para punakawan. Ia selalu mengajarkan para punakawan untuk berbuat baik dan membela kebenaran. Semar juga mampu menciptakan perubahan positif dalam diri para punakawan.
Salah satu contoh gaya kepemimpinan transformasional Semar adalah ketika ia berhasil mengubah Gareng yang awalnya pemalas dan tukang melawak menjadi sosok yang bijaksana dan bertanggung jawab. Semar berhasil menginspirasi Gareng untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
- Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada transaksi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin transaksional memberikan imbalan kepada pengikutnya yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada pengikutnya yang tidak berprestasi.
Semar juga menggunakan gaya kepemimpinan transaksional dalam memimpin para punakawan. Ia memberikan imbalan kepada para punakawan yang berprestasi, seperti dengan memberikan pujian atau hadiah. Semar juga memberikan hukuman kepada para punakawan yang tidak berprestasi, seperti dengan memarahi atau menegur mereka.
Salah satu contoh gaya kepemimpinan transaksional Semar adalah ketika ia memberikan pujian kepada Gareng yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Semar juga memberikan teguran kepada Petruk yang tidak serius dalam bekerja.
- Gaya Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada karisma pemimpin. Pemimpin karismatik memiliki daya tarik yang mampu menarik perhatian dan kekaguman para pengikutnya.
Semar merupakan pemimpin karismatik yang mampu menarik perhatian dan kekaguman para punakawan. Ia memiliki sifat-sifat yang dikagumi oleh para punakawan, seperti sifatnya yang bijaksana, adil, dan penuh kasih sayang.
Salah satu contoh gaya kepemimpinan karismatik Semar adalah ketika ia berhasil meredam konflik antara Gareng dan Petruk. Semar berhasil menggunakan karismanya untuk membuat Gareng dan Petruk menyadari kesalahan mereka dan berbaikan kembali.
Semar tidak haus kekuasaan dan menonjol dengan jasanya. Fungsi dan peranannya adalah membimbing, menolong, merawat dan menyetujui jalan kebaikan, kebenaran dan keadilan. Saran dan nasehat yang diberikan adalah tanpa kewajiban atau keharusan. Bahkan ia senang mengolah, mendidik dan mengembangkan, menumbuhkan, melindungi dan menyempurnakan segala sesuatu yang sesuai dengan karakter pendekar yang ia bina.
dalam buku 51 Karakter Tokoh Wayang Populer yang ditulis oleh Warih Ja ti Rahayu dan Margono Notopertomo, pertama, jangan menilai seseorang dari bentuk tubuhnya atau wujudnya atau fisiknya , karena orang yang buruk wujudnya atau bentuk tubuhnya belum tentu buruk hatinya dan begitupun sebaliknya. Kedua, seorang abdi atau pengasuh harus tunduk taat patuh setia dan sayang pada junjungannya. Ketiga, semua makhluk tanpa terkecuali  harus dapat menerima takdir yang dari tuhan yang maha kuasa. Keempat, jangan pernah memaksakan diri sendiri pada hal-hal tidak sepatutnya,karena akan mengakibatkan celaka.
Beberapa ajaran hidup Semar lainnya meliputi konsep ketuhanan, yang disebut dengan Gusti Kang Mubeng Dumadi, tatanan paugeraning urip, dan tuntutan sikap terhadap pauganing urip.
- Gusti Kang Murbeng Dumadi
Masyarakat Jawa sudah mengenal suatu kekuatan atau kesaktian yang maha kuasa dengan sebutan Gusti Kang Murbeng Dumadi sebelum agama masuk ke tanah pulau jawa. Tradisi ini yang dikenal dengan kajawen merupakan tatanan paugeraning urip atau tatanan berdasarkan budi pekerti luhur atau adab budi pekerti. Mengenai sang Murbeng Dumadi, kaki semar mengatakan bahwa "Gusti kang Murbeng ing ngendi papan tetep siji, amergane tbukule kepercayaan lan agama saka kabanan, jaman, bongso lan budoyo kang bedo-bedo. Kang Murbeng Dumadi iso maujud opo wae ananging mewujudan iku dede Gusti Kang Murbeng Dumadi."
Artinya:
- (Tuhan Yang Maha Esa itu disembah dan dijunjung oleh semua manusia tanpa kecuali, oleh semua agama dan kepercayaan. Sejatinya Tuhan Yang Maha Esa itu satu dan tidak ada yang lain, yang membedakan hanya cara menyembah dan memujah-Nya dimana hal tersebut terjadi karena munculnya agama dan kebudayaan dari zaman atau waktu, atau bangsa yang berbeda-beda.)
Tiga hal yang mendasari masyarakat Jawa mengenai konsep ketuhanan, yaitu
-  1) Kita bisa hidup karena ada yang menghidupkan, memberi kita  hidup, dan ada menghidupkan kita, yakni Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
- Â 2) Hendaknya dalam hidup ini, kita berpegang pada "rasa", yang dikenal dengan tepo seliro, artinya bila kita merasa sakit dicubit, maka hendaklah jangan mencubit orang lain.
- 3) Dalam kehidupan ini, jangan suka memaksakan sesuatu atau  kehendak kepada orang lain. Ojo seneng mekso, seperti apabila kita memiliki sesuatu pakaian yang sangat cocok dengan kita, belum tentu baju itu akan sangat cocok dengan orang lain.
b. Tatanan Paugeraning UripÂ
- Urip lan bekti maring kang Gusti mubeng Dumadi(Hidup dan bakti kepada Sang Pencipta)Â
- Percaya lan bekti mareng utusane Gusti (percaya dan berbakti kepada utusan Allah)Â
- Setya marang Khalifatullah utawa penggede negera(setia kepada khalifatullah atau wali Allah. pemimpin negara)Â
- Bekti marang bbumi nusantara(berbakti kepada bumi nusantara)Â
- Bekti marang wong tuwa(berbakti kepada orang tua)Â
- Bekti marang sedulur tuwa (berbakti kepada saudara tua)Â
- Tresna bareng kabeh kawula muda (cinta kepada sesame anak kecil)Â
- Tresna maring sepapadaning manungsa (cinta kepada sesame manusia)Â
- Tresna marang sepapadane urip(cinta kepada semua makhluk hidup)Â
- Hormat marang kabeh agama (hormat kepada semua agama)Percaya marang hukum alam(percaya pada hukum alam)Â
- Percaya maring pribaden dhwe tan owah gangsir(percaya kepada pribadi diri dan ubah jenis)
c. Tuntunan sikap terhadap paunggeraning UripÂ
Ki Semar dalam hal ini menyampaikan pesan atau petuah yaitu " ojo dumeh.eling lan waspada. "
Ojo dumeh yang maknanya "jangan mentang-mentang", merupakan suatu peringatan atau larangan  agar manusia tidak selalu dengan apa yang dimiliki atau dijalaninya sehingga cencerung menjalani hidup yang lebih buruk.
Eling lan waspada, maksudanya ingat dan wapada. Ingat yang dijalani adalah ingat dalam hal menyembah atau beribadah kepada Tuhan yang maha esa. Dengan demikian akan lahirlah budi pekerti atau sifat yang luhur sehingga sikap eling ini akan melahirkan kepedulian kepada manusia dan lingkungan sekitarnya waspada adalah bentuk hati-hatian manusia dalam menjalankan hidup, teliti dan mengakibatkan kita menjadi wara dalam memilih dalam mengambil keputusan.
Ojo dumeh.eling lan wapada merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh sehingga manusia diharapkan menjadi pasrah atau takut dan yakin pada kekuasaan Tuhan yang maha esa serta menjadi bijaksana, sederhana dan hati-hati. Manusia akan mampu merasakan, bukan merasa bisa, yang artinya sama juga dengan mentang-mentang.
Dengan ojo dumadi, eling, lan waspada maka dalam bahasa Jawa disebutkan bahwa ana luwih sak ona; kang kebak, luwih dening kebak; kang suwung, luwih dening suwung; kang pnter lewih dening pinter; dan kang sugih. luwih dening sugih.
Semar bukanlah makhluk jin atau siluman. Semar adalah lambang puncak spiritual seseorang dalam pencapaian manunggaling kaula gusti yang mengejawantah di bumi.
Semar menjadi simbol di pulau Jawa karena memiliki makna yang mendalam dan universal bagi masyarakat Jawa. Semar adalah sosok yang diyakini sebagai leluhur orang Jawa, sekaligus sebagai penjelmaan dewa. Ia memiliki sifat yang bijaksana, sabar, dan selalu menegakkan kebenaran.
Semar juga memiliki simbolisme yang kuat. Tubuhnya yang bulat melambangkan bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Matanya yang sembab melambangkan suka dan duka yang dialami oleh manusia. Pakaian dan hiasannya yang sederhana melambangkan kesederhanaan dan kesetaraan.
Dalam pewayangan, Semar sering digambarkan sebagai pengasuh para kesatria. Ia selalu memberikan nasihat dan bimbingan kepada para kesatria agar mereka dapat berbuat baik dan menegakkan kebenaran. Semar juga sering berperan sebagai penengah dalam konflik yang terjadi antara para kesatria.
Oleh karena makna dan simbolisme yang kuat tersebut, Semar menjadi sosok yang dihormati dan dicintai oleh masyarakat Jawa. Ia menjadi simbol dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, seperti kesederhanaan, kesetaraan, dan keadilan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Semar menjadi simbol di pulau Jawa:
- Semar adalah sosok yang diyakini sebagai leluhur orang Jawa. Hal ini menjadikan Semar sebagai sosok yang memiliki otoritas dan legitimasi untuk menjadi simbol dari masyarakat Jawa.
- Semar memiliki sifat yang bijaksana, sabar, dan selalu menegakkan kebenaran. Sifat-sifat ini merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.
- Semar memiliki simbolisme yang kuat. Simbolisme ini menjadikan Semar sebagai sosok yang dapat mewakili nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.
Semar merupakan sosok yang penting dalam kebudayaan Jawa. Ia tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat Jawa.
BAGAIMANA GAYA KEPEMIMPINAN SEMAR DALAM UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI
Semar merupakan pemimpin dari para para punakawan yaitu gareng petruk dan bagong. Gaya kepemimpinan Semar dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan patembayan. Gaya kepemimpinan patembayan adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat. Pemimpin yang bergaya patembayan selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya sendiri.
Gaya kepemimpinan Semar dalam upaya pencegahan korupsi dapat digambarkan sebagai berikut:
- Kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai luhur
Semar adalah sosok yang memiliki sifat yang bijaksana, sabar, dan selalu menegakkan kebenaran. Sifat-sifat ini merupakan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi dasar bagi upaya pencegahan korupsi. Kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai luhur akan mendorong para pemimpin dan anggota organisasi untuk selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang baik, termasuk dalam hal pencegahan korupsi.
Contoh penerapan gaya kepemimpinan Semar dalam hal ini adalah dengan selalu menekankan pentingnya kejujuran, integritas, dan keadilan dalam organisasi. Pemimpin harus selalu memberikan contoh yang baik dalam hal-hal tersebut, dan juga harus menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi terciptanya nilai-nilai tersebut.
Misalnya, pemimpin dapat selalu menekankan pentingnya kejujuran dalam setiap kesempatan, baik dalam rapat, pertemuan, maupun dalam percakapan sehari-hari. Pemimpin juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi kejujuran dengan menerapkan sistem yang transparan dan akuntabel.
- Kepemimpinan yang mengutamakan kesederhanaan dan kesetaraan
Semar adalah sosok yang sederhana dan tidak sombong. Ia selalu menempatkan dirinya pada posisi yang sama dengan orang lain. Kepemimpinan yang mengutamakan kesederhanaan dan kesetaraan akan mendorong para pemimpin dan anggota organisasi untuk selalu bersikap jujur dan tidak korup.
Contoh penerapan gaya kepemimpinan Semar dalam hal ini adalah dengan selalu bersikap rendah hati dan tidak arogan. Pemimpin juga harus selalu berusaha untuk memahami dan memperhatikan kebutuhan para anggota organisasinya.
Misalnya, pemimpin dapat selalu bersikap sopan dan ramah kepada semua orang, baik bawahan, atasan, maupun rekan kerja. Pemimpin juga dapat selalu berusaha untuk memahami kebutuhan para anggota organisasinya, dan memberikan solusi yang terbaik bagi mereka.
- Kepemimpinan yang merangkul semua pihak
Semar adalah sosok yang bijaksana dan selalu menegakkan keadilan. Ia selalu berusaha merangkul semua pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan yang merangkul semua pihak akan mendorong para pemimpin dan anggota organisasi untuk selalu bekerja sama dan saling menghormati, sehingga dapat mencegah terjadinya korupsi.
Contoh penerapan gaya kepemimpinan Semar dalam hal ini adalah dengan selalu berusaha untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan kondusif. Pemimpin juga harus selalu berusaha untuk menyelesaikan konflik secara damai dan adil.
Misalnya, pemimpin dapat selalu berusaha untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan, sehingga para anggota organisasi dapat bekerja dengan lebih produktif. Pemimpin juga dapat selalu berusaha untuk menyelesaikan konflik secara damai dan adil, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Dengan menerapkan gaya kepemimpinan Semar, upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Hal ini karena gaya kepemimpinan Semar menekankan pentingnya nilai-nilai luhur, kesederhanaan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam organisasi.
KESIMPULAN
Korupsi adalah suatu bentuk ketidakjujuran atau tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan kekuasaan, untuk memperoleh keuntungan yang haram atau penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi seseorang. Ada beberapa teori dalam korupsi :
- Teori Korupsi GONE
- Teori Korupsi CDMA (Robert Klitgaard)
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Semar adalah salah satu tokoh yang paling penting dalam wayang kulit Jawa. Semar digambarkan sebagai sosok yang lucu, bijaksana, dan selalu mengutamakan kepentingan rakyat jelata. Semar seringkali menjadi penengah dalam pertikaian antara para ksatria dan selalu memberikan nasihat yang baik kepada mereka.
Semar merupakan pemimpin dari para para punakawan yaitu gareng petruk dan bagong. Gaya kepemimpinan Semar dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan patembayan. Gaya kepemimpinan patembayan adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat. Pemimpin yang bergaya patembayan selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Jati, 'Makna Simbolik Tokoh Wayang Semar Dalam Kepemimpinan Jawa', Media Wisata, 16.2 (2021), 1069--76
Ii, B A B, 'Ardian Kresna, Dunia Semar , Ibid , h. 23 Mahendra Sucipta, Kitab Lengkap Tokoh-Tokoh Wayang Dan Silsilahnya , (Yogyakarta: Narasi, 2016), h. 353', 2016
Siswanto, Nurhadi, 'Filosofi Kepemimpinan Semar', Panggung, 29.3 (2019), 1--17
Endraswara, S. (2013).Falsafah Kepemimpinan Jawa: Butir-Butir Nilaiyang Membangun Karakter Seorang Pemimpin Menurut Budaya Jawa.Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Ardian Kresna, Dunia Semar, Op, Cit, h. 138-148
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI