Disinilah letak dari wayang Semar. Lambang Semar adalah lambang yang mempunyai sifat yang halus atau mengajarkan toleransi . Oleh karena itu dengan mempelajari tokoh wayang Semar diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang peribadatan, mitos ritual atau upacara adat , religi atau agama , watak atau sifat, dan sifat para pendukungnya. Dengan demikian tokoh ini banyak dipertanyakan, mengapa? Karena tokoh Semar ini dianggap memiliki nilai lebih dan mitologi masyarakat Jawa dan tentu saja banyak terkandung filosofis yang melekat didalam dirinya.
- Semar BentukÂ
semar merupakan tokoh pewayangan yang memiliki banyak ciri khas yang menonjol, banyak orang Jawa yang  tertarik dengan dunia pewayangan dan menganggap Semar merupakan tokoh idaman yang patut dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sosok
Semar digambarkan sebagai makhluk tak dikenal, maknanya serba ambigu. Konon laki-laki sering dipanggil rama atau kakang, namun berpenampilan seperti perempuan, montok dengan payudara berkembang seperti  perempuan. Konon lelaki tua itu mengikat rambutnya  seperti anak kecil, wajahnya tampak seperti sedang menangis dan tersenyum sehingga sulit membedakan antara menangis dan tertawa.
 Dibuktikan dalam buku Dunia Semar karya Ardian Kresna. Secara umum bentuk ekspresi ciri-ciri  Semar dalam wayang kulit adalah sebagai berikut:
- Semar berkepala anak-anak namun juga berwajah sangat tua
- Kalau Semar tertawa selalu menangis
- Mata Semar seperti menangis tetapi mulutnya tersenyum
- Semar mempunyai postur berdiri dan membungkuk
- Semar tidak pernah memberi perintah. namun memberikan konsekuensi atas nasehatnya
Sementara itu, buku lain terbitan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Cirebon berjudul Sejarah Jalur Wayang Kulit Purwa Cirebon menguraikan gambar-gambar wayang kulit Semar, antara lain Semar:
- a. Badan Bulat
- b. kulit hitam Â
- c. mempunyai mata yang kecil atau sipit
- d. Dagu atau mulutnya diikat dengan rantai  sampai di kakinya
- Â e. Tangan kanan dengan lima jari terbuka
- f. Tangan kiri memegang lima jari seberat
- g.pada satu gigih berwarna putih.
- h.Mengenakan kuncung (berambut putih di kepala)
Lahirnya karya yang sengaja tidak sempurna, seperti Ki Semarasanta atau Semar, merupakan  konsep kerendahan hati pribadi, kesadaran diri dan keterbukaan terhadap kelemahan, kesalahan dan kekurangan. Karena dengan sikap tersebut, masyarakat meyakini bahwa manusia  mampu menyajikan Hal Yang Maha Sempurna.
Selain Semar, rasanya tidak tepat jika membicarakan Semar tanpa anak-anaknya. Sebagaimana tertuang dalam buku Dunia Semar karya Ardian Kresna, dalam pertunjukan wayang di  Jawa Tengah. Semar selalu ditemani oleh anak-anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Sedangkan Togog selalu menemani Bilung. Namun dalam pewayangan Sunda urutan anak Semar adalah Cepot, Dawala dan Gareng. Terdapat perbedaan urutan anak Semar dalam bahasa Jawa dan Sunda. Di kalangan wayang Sunda, yang paling besar disebut cepot alias astrajingga alias Bagong, yang kedua disebut Dawala dengan yang kecil Udel, dan yang bungsu disebut Gareng alias Nala gareng. Sedangkan dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar disebut Gareng, kemudian Petruk, dan anak bungsu disebut Bagong. Sedangkan Togog selalu menemani Bilung. Namun dalam pewayangan Sunda urutan anak Semar adalah Cepot, Dawala dan Gareng.
Terdapat perbedaan urutan anak Semar dalam dunia perwayangan Jawa dan Sunda. Di kalangan wayang Sunda, yang paling besar disebut cepot alias astrajingga alias Bagong, yang kedua disebut Dawala dengan yang kecil Udel, dan yang bungsu disebut Gareng alias Nala gareng. Sedangkan dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar disebut Gareng, kemudian Petruk, dan anak bungsu disebut Bagong.
Gaya kepemimpinan dari semar sendiri yaitu Gaya kepemimpinan Semar dapat dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan patembayan. Gaya kepemimpinan patembayan adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat. Pemimpin yang bergaya patembayan selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya sendiri.
Gaya kepemimpinan Semar dapat digambarkan sebagai berikut:
- Kebijaksanaan