Ia coba kenang kembali
anak-anaknya yang berbakti,
yang menggemakan suaranya
di sekujur tubuh alam raya.
Seperti harapnya pada satu puisi
VI
Wiji menanti 5 menit
supaya malam benar paripurna.
Dilihatnya arloji:
menunggu dentang tiga.
Riuh-rendah kendaraan berbaur
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!