Aku nyengir.
"Kalau aku boleh jadi pacar kamu, nanti sepulang dari rapat di Majalengka, aku mau ajak kamu ke suatu tempat.."
"Kemana?"
"Ada deh.. mumpung kita cuma berdua," jawabku iseng dan kamu memukul bahuku untuk pertama kalinya dengan mesra.
***
Hari ini, aku berdiri menikmati suasana Puncak Damar setelah sepuluh tahun berlalu.Â
Tempat ini sudah banyak berubah. Tempat dimana pertama dan terakhir kalinya kita pergi berduaan, mengobrol dari hati ke hati saling mengakrabkan diri sampai lupa waktu.Â
Hingga aku pertama kalinya mendaratkan kecupan di pipimu yang saat itu jelas merona kemerahan.
Masa KKN usai dan cinta kita pun perlahan usai. Jurusan kita yang berbeda, gedung kampus kita yang juga letaknya berjauhan membuat frekuensi mengobrol kita hanya sempat melalui pesan singkat atau telfon.
Perlahan kamu pun menghilang setelah kita sama-sama lulus kuliah. Mungkin kembali ke kota asalmu, mungkin sudah menemukan laki-laki yang ternyata bisa membuatmu merasa lebih nyaman. Aku tersingkirkan tanpa kata perpisahan.
Wilma, kalau kamu bahagia saat ini.. maka tolong doakan aku juga bisa menemukan kebahagiaanku.Â