Bahkan sepuluh tahun berlalu, aku belum bisa sedikitpun melupakan setiap jengkal wajahmu yang mungkin sekarang sudah banyak berubah.
Adilkah bagiku ketika kamu di sana sudah bahagia dengan kehidupanmu, sedangkan aku di sini masih tidak bisa menerima kehadiran wanita lain karena terlalu terlalu terobsesi denganmu?
Apa aku akhirnya mengalami gangguan kejiwaan karena rasa cintaku yang teramat dalam padamu?
Aku memang lemah dan menyedihkan jika berkaitan segala hal tentangmu.
***
Jeep Cherokee yang gagah, mobil operasional satu-satunya milik kantor desa itu membawa aku dan kamu menyusuri jalanan hutan, menjauhi daerah pemukiman.
Kamu duduk di sampingku mengenakan jas almamater warna biru dan celana ripped jeans warna senada. Rambutmu yang sebahu berwarna kecoklatan bergerak-gerak mengikuti laju mobil yang ku kemudikan.
Sepanjang perjalanan, sudah setengah jam berlalu kita hanya berdiam dan asyik dengan pikiran masing-masing.
Aku canggung untuk memulai obrolan pagi itu. Ku lirik kamu sepertinya cuek dengan sikapku bahkan seolah tak peduli.Â
Kamu asyik bersenandung kecil sambil sesekali memeriksa catatan proposal kegiatan yang kamu buat atau hanya sekedar menebar pandangan ke luar jendela.
Aku menghela napas sebelum akhirnya memberanikan diri membuka suara.