Mohon tunggu...
Eva Trioktaviani
Eva Trioktaviani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - EVA TRIOKTAVIANI (XII MIPA 7)

hi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ismail Marzuki

20 November 2021   09:03 Diperbarui: 20 November 2021   09:18 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Daftar Isi

Bab 1 Ismail Marzuki

Bab 2 Awal

Bab 3 Mulai 

Bab 4 Pemberontakan

Bab 5 menyerah-kembali

Bab 6 Akhir 

-------------------

Bab 1 -- Ismail Marzuki

"Allahuakbar allahuakbar," suara latunan adzan untuk pertama kali Ismail dengar dari sang bapak.

Tepat tanggal 11 Mei 1914 Ismail Marzuki seorang komponis asli Indonesia lahir di Kwitang, Batavia. Namun, dengan lahirnya Ismail Marzuki sang ibu meninggal dunia. Kini Ismail tinggal hanya berdua bersama sang bapak sedarj kecil.

Bapak mengayun ayunkan Ismail di pangkuannya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mail,bapak janji akan membahagiakan kamu. Kelak kamu akan menjadi anak yang membanggakan untuk bapak dan ibu serta abangmu nak," ucap bapak dengan lirih.

-----

Rintik rintik hujan masih berjatuhan baik dari pohon,genteng maupun dari langit walau tak sederas sebelumnya. Ismail melangkahkan kakinya menuju kelas, pandangannya fokus ke genangan-genangan air yang ia hindari hingga teriakan Michele membuat fokus Ismail teralihkan.

"APA?" teriak Ismail menjawab teriakan Michele di depan kelas.

Ismail kini sudah berada di depan kelasnya. Ia sekolah di sekolah formal HIS Idenburg Menteng.

"Kata Ibu Alice apa? Ada info apa?" tanya Michele berturut turut.

Michele merupakan salah satu teman terdekat Ismail di sekolah formal His Inderumg Menteng yang dimana sekolah tersebut banyak anak-anak Belanda dan salah satunya Michele.

"Besok kita tes alat musik yang kita bisa," jawab Ismail sebelum memasuki kelas.

Michele mengikuti Ismail di belakangnya lalu ia duduk di sebelah Ismail.

"Alat musiknya bebas?" tanya Michele lagi dan dijawab anggukan oleh Ismail.

"Mail, Bu Alice ngomong apa?" tanya Alex.

Kini teman teman Ismail mengelilingi Ismail dan Michele.

"Kata Bu Alice kita besok tes alat musik," jawab Ismail.

"Bebas alat musiknya?" tanya Berrend.

"Alat musiknya bebas pokonya yang kita bisa,"

Teman teman ismail yang mengelilingi tadi mengangguk anggukkan kepala.


"Artinya kalau besok aku bawa biola boleh?" tanya Yarre.

Ismail menolehkan kepalanya ke arah Yarre lalu ia mengangguk.

"Terimakasih Mail infomya," ucap teman-teman Ismail.

Sekarang hanya ada Ismail dan Michele kembali. Keduanya berteman baik sejak satu peristiwa yang menimpa Michele dan Ismail saat itu membantunya. Michele orangnya tidak membeda bedakan teman, walaupun Ismail bukan anak Belanda namun ia selalu memberi apapun yang Ismail butuhkan dan tidak menjauhinya.

Ismail pun sama, ia merupakan anak yang ramah dan sangat sopan jika bertemu dengan orang lain.

"Michele itu pak Bobs udah jemput di depan," ucap Alex mengiterupsi obrolan Michele dan Ismail.

"Mau pulang baremg?" tanya Michele sambil membereskan buku-bukunya.

"Enggak terimakasih, aku jalan kaki aja," jawab Ismail.

"Oke, aku duluan, hati-hati ya kamu jalan kakinya," ucap Michele setelah melakukan tos persahabatan bersama Ismail.

"Hati-hati juga kamu," ucap Ismail sebelum Michele meninggalakna ruang kelas.

Setelah Michele menghilang dari pandamgannya, Ismail membereskan buku-bukunya bersiap untuk pulang. Setelah selesai ia bediri lalu menatap teman sekelasnya yang kini mulai berkemas juga.

"Teman-teman duluan ya," ucap Ismail dan dijawab dengan anggukan oleh teman sekalasnya.

-----

Pukul 8 malam suasana rumah Ismail sangat dingin karena hujan sedari sore turun membasahi bumi. Ismail mengadukkan sendok di gelasnya, ia sedang membuat teh manis hangat  untuk bapak. Setelah selesai mengaduk teh manis, ia menghampir bapak yang sedang melihat suasana kampung saat malam hari dan diguyuri oleh hujan.

"Ini pak teh hangat nya," ucap Ismail, lalu ia duduk di sebelah bapak.

Bapak tersenyum lalu mengambil teh hangat buatan Ismail dan meminumnya sedikit demi sedikit. "Terimakasih Mail,"

"Sama-sama pak,"

Sura hujan kini lebih dominan hingga bapak membuka obrolan.

"Mail, besok kamu pindah sekolah ya," ucap bapak membuat Ismail menolehkan kepala menatap bapak.

"Kenapa pindah pak?" tanya Ismail.

"Bapak khawatir saja, disana banyak orang-orang Belanda, bapak khawatir kamu nanti akan mempunyai sifat kebelanda-belandaan." ucap bapak, lalu bapak menghela napas.

"Bapak bukannya tidak percaya sama Mail, bapak hanya menjaga-jaga saja, kamu pindah sekolah ya?" ucap bapak kembali.

Ismail terdiam sesaat sambil berpikir bahwa yang bapak pilih adalah yang terbaik untuk dirinya. Kemudian Ismail mengangguk-anggukan kepala,"Iya pak Mail pindah sekolah, Mail percaya pilihan bapak pilihan terbaik untuk Mail,"

Bapak tersenyum lalu ia memeluk ismail dengan hangat. Suasana dingin tadi kini terasa hangat bagi Ismail dipelukan sang bapak.

-----

Keesokannya, pagi hari yang cerah namun masih terasa hawa dingin dari hujan semalam, Ismail dan bapak bersiap untuk pergi ke sekolah baru Ismail.

"Sudah di kunci rumahnya?" tanya bapak di samping sepeda ontelnya.

Ismail mengangguk sambil berjalan ke arah bapak.

"Bapak antar sampai depan sekolah, pulangnya bapak gak bisa jemput kamu ada pekerjaan tiba-tiba," ucap bapak.

" Gapapa pak nanti aku pulang sama temen-temen baru aku," ucap Ismail

"Yauda, ayo naik,"

Ismail pun naik ke sepada ontel bapak yang selalu mengantarkan Ismail pergi sekolah.

Sesampainya di sekolah Ismail langsung melangkahkan kakinya memasuki sekolah barunya Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang.

Saat Ismail membuka pintu kelasnya ia disambut dengan baik oleh teman barunya yang juga teman rumahnya.

"Selamat datang Ismail," ucap teman baru Ismail serempak.

Ismail tersenyum lalu ia mengucapakan terimakasih.

Ismail berjalan ke tempat duduknya dan tak lama dua teman rumahnya menghampiri Ismail.

"Akhirnya kita satu sekolah ya Mail," ucap Hamid dengan senyum lebarnya.

"Iya ya akhirnya," ucap Ismail dengan senyum lebarnya pula.

"Kamu udah pamitan sama Michele?" tanya Abdul.

Ismail menepuk keningnya. Ia belum memberi tahu Michele bahwa ia pindah dan mereka belum melakukan perpisahan. Tapi, mereka sangat jarang sekali bertemu, sekalinya bertemu di sekolah.

Ismail menghela napas lalu ia menggelengkan kepala, "Belum, aku di kasih tau info pindah sama bapak semalem," ucap Ismail.

Hamid dan Abdul hanya mengangguk lalu tak lama mereka tersenyum lebar kembali.

Ismail, Hamid dan Abdul melangkahkan kakinya meninggalkan sekolah Madrasah Unwanul-Falah. Jam waktu pulang sudah berbuyi sejak 5 menit yang lalu.

"Bapak masih kerja?" tanya Hamid kepada Ismail dan Abdul.

"Masih,"

"Masih,"

"Kita main alat musik yu!" ajak Abdul secara tiba tiba.

Ismail dan Hamid saling menatap beberapa detik, lalu keduanya mengangguk semangat.

Ismial, Hamid, dan Abdul memiliki hobby yang sama yaitu memainkan alat musik.

Sesuai rencara Abdul tadi. Ismail, Hamid, dan Abdul kini bermain alat musik di rumah Hamid. Hamid memiliki banyak alat musik karena keluarganya suka alat musik sama seperti ismail.

-----

Satu tahun berlalu kini Ismail dan teman-temannya sudah naik kelas. Mereka kini sedang berjalan mengelilingi sekolah.

"Kamu dapat hadiah apa Mail dari bapakmu?" tanya Abdul.

"Tahun ini aku dapat Harmonika," jawab Ismail sambil tersenyum.

Tiap kali naik kelas Ismail Marzuki selalu diberi hadiah Alat Musik oleh bapak seperti harmonika pada tahun ini, mandolin pada tahun kemarin, dan gitar pada dua tahun yang lalu. Alat alat musik yang bapak beri Ismail sudah menguwasainya. Bapak yang mengajari Ismail bermail alat musik di waktu senggangnya.

"Nanti kita main ke rumah Mail! Kita main alat musik," ujar Hamid semangat.

Ismail dan Abdul mengangguk semangat pula lalu tak lama ketiganya tertawa, entah mentertawakan hal apa.

-----

Tahun berlalu, kini ismail dan kedua temannya sudah lulus di Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang mereka saat ini sedang bingung apakah mereka satu sekolah lagi atau tidak. Karena Ismail akan melanjutkan sekolanya ke MULO seperti perbincangan bersama bapak tadi malam.

Ismail menghampiri bapak yang sednag duduk di halaman rumah.

"Pak, Ismail mau melanjutkan sekolah ke MULO, menurut bapak bagaimana?"

Bapak tersenyum, "Bapak akan memberi dukungan selalu ke Mail, apapun pilihan Mail bapak yakin itu yang terbaik untuk Mail."

"Terimakasih pak," ucap Ismail malam itu lalu ia memeluk bapak.

"Aku sepertinya akan satu sekolah lagi dengan Ismail," ucap Hamid.

Abdul mengangguk mengetahui alasan Hamid berbicara seperti itu. Hamid itu keluarga penyuka musik dan ismail pun sama jadi mereka tidak akan jauh jauh dalam hal pendidikan ataupun pertemanan Sedangkan Abdul ia harus mengikuti kemauan orang tuanya.

"Tapi sepertinya aku tidak satu sekolah sama kalian," ucap Abdul dengan mata yang muali berkaca-kaca

"Gakpapa Abdul, percaya apapun yang orang tua kamu pilih untuk kamu itu yang terbaik. Masa orang tua kamu mau buat anaknya jadi orang yang gak berguna? Gak mungki. Orang tua kamu mau kamu jadi orang yang berguna bagi bangsa ini, jadi tetap semangat kita pasti bakal ketemu lagi," ucap Ismail memberi semangat.

Hamid mengangguk setuju dengan ucapan Ismail, "Betul, orang tua kamu tahu apa yang terbaik untuk kamu. Kita pasti ketemu lagi," ucap Hamid.

Abdul menundukkan kepala lalu ia memeluk kedua teman dekatnya.

-----

Ismail dan Hamid kini sudah satu tahun bersekolah di MULO mereka sudah mendapat teman kembali karena nyatanya jika ada yang pergi maka akan ada yang datang.

"Kita hari ini jadi kumpul di rumah Daniel?" tanya Hamid saat pulang sekolah.

"Jadi! Aku punya ide, tapi aku kasih tau dirumah aku aja," jawab Daniel.

"Yaudah ayo," ujar Ismail.

Lalu mereka berlima, Ismail, Hamid, Daniel, Rizky dan Wilbert pergi ke rumah Daniel.

Daniel dan Wilbert merupakan anak Belanda sedangkan Ismail, Hamid dan Rizki Anak Indonesia. Mereka berteman dengan baik tidak ada yang saling merendahkan atau mengucilkan satu sama lain, karena mereka setara.

Sesampainya di rumah Daniel mereka langsung masuk ke kamar Daniel.

"Jadi, aku punya ide. Bagaimana kalau kita buat group music?" ucap Daniel setelah beberapa menit sampai di kamarnya.

Teman-teman Daniel menatap Daniel, lalu mereka serempak menjawab "Setuju!" Daniel tersenyum lebar.

"Kamu punya ide ini dari mana?" tanya Hamid.

"Dari Ismail, kemarin dia iseng bilang kita buat group music. Tapi aku pikir-pikir iya juga kita buat group music aja, kita pada bisa alat musik juga," jelas Daniel .

Ismail menatap Daniel dengan senyum lebarnya.

"Wah ide iseng kamu bagus juga ya Mail," ujar Rizky sebelum mereka duduk melingkar

"Silahkan Ismail, bagi-bagi tugas," ucap Daniel tiba-tiba.

"Loh, aku?" tanya Isamail menunjuk dirinya sendiri.

Ke empat teman Ismail menganggukan kepala.

"Oke, pertama kita bagi alat musiknya dulu. Alat musik yang paling kalian kuwasai,"

"Aku Gitar," ucap Hamid lalu diangguki oleh keempat temannya.

Dan sisanya mulai memilih, mereka memainkan alat alat musik Banyo.

Setelah pembagian alat musik mereka mulai mendiskusikan lagu apa yang akan mereka latih untuk pertama kali.

"Gimana kalau lagu barat?" tanya Wilbert.

"Boleh, usul yang lain?"

"Lagu-lagu gaya Dixieland?" Ismail mengangguk.

Keputusan akhirnya, lagu yang mereka akan latih yaitu lagu-lagu gaya Dixieland dan Lagu barat.

Karena rumah Daniel memiliki banyak alat musik dan alat alat musik banyo ada di rumah Daniel maka mereka langsung berlatih memainkan alat musik dengan lagu-lagu gaya dixieland dan lagu barat yang di gandrungi.

Pulangnya dari rumah Daniel, Ismail disambut oleh bapak yang sudah sampai di rumah. Biasanya jam 5 bapak baru selesai pekerjaan namun hari ini bapak sudah berada dirumah.

"Jangan lupa makan selesai bersih-bersih," ucap bapak saat Ismail berada di hadapannya.

Ismail mengangguk lalu ia mulai bersih-bersih, badanya sudah lengket oleh keringat.

Setelah bersih-bersih dan makan Ismail menghampiri bapak dan duduk di sebelah bapak. Di hadapan bapak ada sebuah buah yang baunya setahun pelayaran. Ismail menutup hidungnya.

"Itu apa pak, bau sangat," ucap Ismail dengan tangan yang menutupi hidung.

Bapak yang melihat reaksi Ismail segera mengambil buah yang berada di hadannya dan membuangnya ke tong sampah.

"Udah buka lagi itu tanganya. Ada apa?"

"Pak, Ismail dan teman-teman membuat group music," ucap Ismail memberi tau bapak.

"Wah keren, udah latihan?" tanya bapak.

"Udah, hari ini di rumah Daniel," jawab Ismail.

Bapak tersenyum menyejukan kepada Ismail lalu mengusap kepala Ismail dengan lembut. Sosok penyayang bapak memang sudah terlihat sejak ia kecil. Ia tidak menjadi seorang bapak yang galak, bagi Ismail bapak merupakan sahabatnya dan sosok yang menjadi panutannya.

"Terus tingkatkan, anak bapak pinter tau mana hal yang harus dilakuakn dan tidak,"

Ismail merespon ucapan bapak dengan senyuman.

 

Bab 2 - awal

Ismail dan keempat temannya sudah lulus di MULO. Mereka saat ini sedang berkumpul di rumah Ismail setelah bermain alat musik. Group music yang mereka buat berkambang dan pihak sekolah pun tau mengenai group music Ismail.

"Mau lanjut kemana?" tanya hamid kepada teman-temannya.

"Aku ikut ibu dan ayah," ucap Daniel.

"Aku pun sama, ikut Ibu dan ayah," ucap Wilbert.

Ya memang sudah tradisi, anak Belanda akan mengikuti ayah dan ibunya.

"Aku sepertinya akan bekerja," ucap Ismail setelah ia pikir-pikir.

"Aku pun akan bekerja," ucap Rizky.

Hamid mengangguk, "Aku juga akan bekerja," ucap Hamid ketika mendapat tatapan tanya dari keempat temannya

 

Malam harinya Ismail menunggu bapak yang sampai pukul 7 malam belum sampai rumah. Ia menunggu di halaman rumah dengan alat musik dan teh hangat yang menemaninya.

Tak lama bapak datang dengan sepeda ontelnya.

"Kenapa diluar?" tanya bapak.

"Menunggu bapak" jawab Ismail.

Bapak tersenyum , "Bapak bersih-bersih dulu, sepertinya ada yang mau kamu bicarakan," ucap bapak.

Ismail tersenyum lebar, bapak selalu tau apa yang Ismail inginkan.

Beberpa menit kemudian bapak sudah duduk di samping Ismail.

"Mau bicara apa?" tanya bapak.

"Pak, kalau Mail bekerja bagaimana?" tanya Ismail dengan hati-hati.

"Bapak selalu setuju dengan keputusan kamu Mail. Bapak percaya Mail sudah tau yang baik dan yang buruk untuk diri kamu," jawab bapak dengan lembut.

"Bapak izinkan?" tanya Ismail kembali.

"Iya, bapak izinkan," jawba bapak.

Ismail itu harus selalu meminta pendapat bapak untuk masalah apapun karena satu satunya keluarga yang ia miliki hanya bapak seorang.

-----

Beberapa hari Ismail mencari pekerjaan hingga ia mendapat satu pekerjaan di Socony Service Station sebagai kasir dengan gaji 30 gulden sebulan. Ia menginginkan membeli biola dengan uangnya sendiri dan dengan gaji itu Ismail akan menyisihkan uangnya untuk membeli biola.

"Baru datang mail?" tanya Jack, atasan Ismail yang wajahnya selalu datar.

"Iya bang," jawba Ismail.

Ismai lalu siap-siap dengan pekerjaan sebagai kasir.

Pembeli silih berdatangan dan Ismail melakuakn pekerjaannya dengan baik. Ia yakin sesuatu yang di kerjakan dengan baik akan mendapatkan hasil yang maksimal dan itu terasa bagi Ismail. Setelah satu bulan bekerja di Service Station sebagai kasir ia sanggup menabung untuk membeli biola sesuai rencana awalnya.

Namun, lama kelamaan Ismail merasakan ketidak cocokan antara dirinya dengan pekerjaannya. Ia berpikir apakah ia harus pindah perkejaan saja atau bagaimana. Dan malam nanti ia akan meminta pendapat bapak kembali.

 

Setelah pulang dari tempat kerja Ismail langsung bersih-bersih dan makan, bapak sebentar lagi sampai rumah jadi ia akan menyambut bapak di halaman rumah dengan alat musik, teh hangat dan secarik kertas.

Ismail kini memiliki hobby mengarang lagu, inspirasinya dari apa yang ia lihat. Dari bangsa yang selalu ditindas oleh bangsa Belanda dan dari kehidupan masyarakat sekitar yang ia lihat. Tangan ajaib ismail mulai menulis lirik lagu yang menggambarkan keadaan bangsa yang tertindas karena terlalu fokus dengan pekerjaannya , ia hingga tidak sadar bahwa bapak sudah sampai dan berdiri di samping Ismail yang saai ini masih menulis bait bait lagu.

"Anak bapak memang pinter ya, tahu cara mengekspresikan apa yang dilihat," ucap bapak membuat Ismail menolehkan kepalanya menghadap bapak.

"Eh bapak kapan sampainya?" tanya Ismail lalu ia membereskan kertas yang tadi ia pakai.

Bapak duduk di sebelah Ismail masih dengan pakain kerjanya, " Lima menit yang lalu sepertinya,"

"Kok Mail gak lihat?"

"Ya kamu fokus sama kertasnya, lagi ngerjain apa tadi?"

"Iseng buat lirik lagu,"

Bapak mengangguk-anggukan kepalanya, " Bapak lihat tadi lirik yang kamu buat bagus, kembangkankamu pasti bisa, Bapak bersih-bersih dulu kalau mau bicara tunggu bapak selesai makan," ucap bapak sebelum meninggalkan Ismail.

Ismail mengangguk lalu setelah bapak menghilang dari pandangannya ia kembali ke kertasnya dan melanjutkan pekerjaannya kembali.

Tak lama bapak menghampiri Ismail kembali dengan tangannya yang membawa teh hangat.

"Kenapa?" tanya bapak langsung.

Ismail terdiam sesaat lalu ia menatap bapak , "Pak, Mail mau keluar dari pekerjaan," ucap Isamail.

Bapak menaikan satu alisnya, "Kenapa? Ada masalah?" tanya bapak kembali.

"Mail akhir-akhir ini merasa gak cocok pak sama pekerjaan ini, gak tau kenapa,"

"Kalau kamu merasa udah gak cocok, yaudah keluar aja, pekerjaan yang lain diluar sana pasti ada yang cocok buat kamu. Jangan buat diri kamu susah, dibawa senang aja sama pekerjaan yang kamu lakukan, itu pesan bapak," ucap bapak sambil menepuk-nepuk paha Ismail.

Ismail menganggukan kepalanya, ia akan melakukan hal yang membuat ia bahagia.

"Terimakasih pak, terimakasih," ucap Ismail demgan tulus.

-----

Pagi hari yang cerah, Ismail sudah siap dengan pakaian yang ia gunakan dengan rapi. Hari ini ia akan mencari pekerjaan karena ia sudah tidak bekerja lagi di Service Station.

Ismail melangkahkan kakinya di jalanan yang sangat ramai. Setiap hari ia akan selalu melihat rakyat Indonesia yang di tindas oleh bangasa Belanda. Ingin membantu tapi ia ingat pesan bapak, 'jangan berhubungan dengan belanda' jadi ia melanjutkan langkahnya mencari pekerjaan yang cocok untuk dirinya.

 
Setelah 2 jam berjalan kaki mencari pekerjaan , Ismail kini mendapatkan pekerjaan sebagai verkoper (penjual) piringan hitam yaitu untuk menyimpan rekaman lagu produksi Columbia dan Polydor yang berkantor di Jalan Noordwijk, Jakarta dengan gaji yang tidak tetap.

 

Hari terus berlalu, Ismail marzuki sangat menyukai pekerjaannya walaupun dengan gaji yang tidak tetap. Ia akan melakukan pekerjaan yang ia sukai karena jika kita melakukan sesuatu pekerjaan yang kita sukai maka hasilnya akan membuat kita bahagia.

Jumat pagi Ismail sudah berada di kantor barunya bersama beberapa rekan kerjanya.

"Mail, hari ini akan datang Zahirdin loh, kamu tau?" tanya Ahmad, salah satu pekerja yang seumuran dengan Ismail.

Mendengar pertanyaan Ahmad, Ismail dengan terburu-buru menghampiri Ahmad.

"Zahirdin? Wah? Datang kesini? Kapan?" tanya balik Ismail secara berturut-tturut

"Iya, hari ini, kenapa si?"

Ismail tersenyum lebar , "Aku itu suka sama alat musik dan Zahirdin itu salah satu seniman, wah gak nyangka aku ketemu sama seniman," ucap Ismail sambil membayangkan wajah Zahirdin.

"Iya iya, udah sana kerja lagi,"

Ismail pun kembali ke tempat duduknya.

Pukul 1 siang, Zahirdin datang ke kantor. Ismail lamgsung mendatangi Zahirdin dengan beberapa temannya. Saat itu Ismail banyak belajar berbagi hal mengenai dunia persenian.

"Terimakasih Zahirdin," ucap Ismail sebelum Zahirdin meninggalkan tempat duduknya.

Selama Ismail kerja sebagai verkoper (penjual) piringan hitam produksi Columbia dan Polydor, Isamil banyak bertemu dan berkenalan dengan artis pentas, film, musik dan penyanyi. Selain Zahirdin diantaranya yaitu Yahya, Kartolo, dan Roekiah (orangtua Rachmat Kartolo).

Pekerjaan yang Isamil lakukan saat itu membuat Ismail berkembang dengan cerita-cerita serta pelajaran-pelajaran yang ia dapat dari tokoh-tokoh yang datang ke tempat kerjanya.

-----

"Pak, pak menurut bapak bagaimana dengan lirik yang Mail buat?" tanya Ismail saat matahari terbenam di halaman rumah.

Bapak mengambil kertas yang Ismail berikan lalu membaca lirik demi lirik di kertas tersebut.


Kertas tersebut berisi bait lagu yang menceritakan tentang keadaan bangsa yang tertindas. Bait yang ia buat beberapa minggu yang lalu kini sudah sempurna.

"Bagus sekali, anak bapak hebat, kenapa kamu buat lirik seperti ini?" tanya bapak.

"Soalnya, setiap Ismail berangkat kerja Ismail selalu liat orang-orang yang tertindas pak, Ismail curahkan di lagu ini," jawab Ismail.

"Pak kalau judulnya O'Sarinah bagaimana?" tanya Ismail.

Bapak diam beberapa detik lalu setelahnya bapak mengangguk, menyetuji judul untuk lagu pertama yang Ismail buat.

Tepat pada usia 17 tahun Ismail mengeluarkan karya pertamanya, yakni lagu yang berjudul 'O Sarinah' yang inti dari lagu tersebut adalah keadaan bangsa yang tertindas.

 

BAB 3 - Mulai

1934, Ismail sedang berada di belakang mejanya, ia sedang berkutat dengan pekerjaannya yang harus diselesaikan beberapa jam dari sekarang. Namun, pekerjaan yang harus ia selesaikan terhenti oleh Ahmad yang tiba-tiba datang ke meja Ismail dengan terburu-buru.

"Mail mail, kamu tahu Belanda membuat sebuah Perusahaan Siaran Radio hari ini?"

Ismail melirik Ahmad, "Apa nama perusahaannya?" tanya Ismail.

"Nederlands Indische Radio Omroep Maatshappij, singakatannya NIROM," jawab Ahmad.

"Maksud-"

"Permisi," ucap pelanggan yang baru memasuki kantor dan memotong ucapan Ismail.

Ismail dan Ahmad melirik pelanggan yang baru saja masuk ke kantor, lalu isamail dengan gerak tubuhnya menyuruh Ahmad untuk kembali ke tempat duduknya.

Setelah pelanggan tersebut ditangani oleh Ahmad. Ismail kembali berkutat dengan pekerjaannya.

Nederlands-Indische Radio Omroep Maatschappij (INIROM) merupakan sebuah Perusahaan Siaran Radio Hindia Belanda yang berjiwa kolonial. Sebagai radio yang berjiwa kolonial, radio ini tidak diharapkan fungsinya sebagai penyalur aspirasi budaya dan politik bangsa Indonesia. Itu yang Ismail tau setelah ia mencari cari mengenai INIROM setelah selesai pekerjaannyaa.

-----

2 tahun berlalu, kini Ismail sedang berada di pinggiran jalan bersama teman-teman kerjanya untuk mengisi perut. Makanan pinggiran jalan ini sudah menjadi langganan untuk Ismail dan teman kerjanya.

"Mail, ayo gabung perkumpulan orkes, kamu suka musikkan?" ucap Ali.

"Iya Mail kamu gabung aja perkumpulan orkes, disana kamu bisa asah kemampuan kamu lagi," ucap Entang menambahkan.

"Aku pikir-pikir dulu, besok aku hubungi Ali kalau gabung ya," ucap Ismail.

"Siap, ditunggu,

" ucap Ali.

Ismail melangkahkan kakinya memasuki area halaman rumah, di depan pintu sudah ada bapak yang baru saja pulang seperti dirinya. Bapak dan Ismail memasuki rumah lalu keduanya bersih-bersih terlebih dahulu dan makan bersama.


Kini bapak dan Ismail tengah berada di ruang tengah sambil memainkan alat-alat musik.

"Pak, Mail diajak gabung perkumpulan orkes, menurut bapak bagaimana?" tanya Ismail di sela sela memainkan alat musiknya.

"Wah bagus tuh, gabung aja. Disana kamu bisa ngembangin bakat kamu," ucap bapak.

"Jadi ambil aja nih pak?" tanya Ismail kembali

"Iya, ambil aja." Jawab bapak.

-----

Ismail tengah bersiap siap untuk pergi bekerja sedangkan bapak sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu.

Setelah siap, Ismail segera memgunci rumah dan berangkat ketempat kerja.

Sesampainya di tempat kerja Ismail langsung duduk di tempatnya. Teman-teman kerja Ismail belum sampai. Hanya ada ia dan pemilik toko. Tak lama Ali datang dan menghampiri Ismail.

"Mail, gimana? Jadi gabung?" tanya Ali.

"Jadi," jawab Ismail

"Oke, nanti pulang kerja kita ke tempat perkumpulannya ya,"

"siap,"

Sepulang kerja, sesuai ucapan Ali pagi tadi, Ismail dan Ali pergi ke perkumpulan orkes.

Ali membukakan pintu untuk Ismail, setelah Ismail masuk, Ali berjalan di belakang Ismail. Di depan sana, banyak Anak - anak muda Indonesia yang bergabung dengan perkumpulan orkes ini serta alat-alat musik yang menggantung di atas dan alat musik yang bersebaran dengan rapih di ruangan tersebut.

"Selamat datang Ismail Marzuki di perkumpulan orkes musik Lief Jawa," ucap Adam selaku ketua perkumpulan orkes.

"Terimakasih ," ucap Ismail.

"Langsung aja ya, kamu silahkan ambil alat musik yang kamu kuasai," ucap Adam kembali.

Setelah mendengar ucapan Adam, Ismail segera bangkit dari duduknya dan memgambil alat musik gitar, karena malam kemarin Ismail baru bermain gitar bersama bapak.

"Okey, semuanya kita mulai," ucap Adam kepada semua penghuni ruangan tersebut.

Hari itu Ismail resmi bergabung bersama perkumpulan orkes musik Lief Jawa dan hari itu ismail bermain alat musik Gitar.

 

2 bulan berlalu, ismail masih bergabung dengan perkumpulan orkes musik Lief Jawa. Ia bermain sebagai gitaris, saksofon, dan harmonium pompa.

Kini ismail sedang memainkan saksofon bersama dengan teman-teman barunya. Di perkumpulan orkes pula Ismail bertemu dengan teman teman lamanya.

"Perhatian," ucap Adam dengan tegas membuat seluruh atensi penghuni ruangan ke arahnya.

"Orkes musik Lief Java mendapat kesempatan untuk mengisi acara siaran musik di NIROM, jadi aku hanya ambil beberapa orang, tidak ikut semua, paham?" jelas Adam.

"Paham," ucap penguuni perkumpulan orkes musik Lief Jawa serempak.

Setelah pemberitahuan undangan NIROM yang disampaikan oleh Adam, penghuni perkumpulan orkes musik Lief Jawa kembali melakukan kegiatan yang tadi tertunda.

-----

Suasana rumah yang sunyi membuat Ismail mengambil secarik kertas dan alat tulisnnya. Ia kini berada di dalam kamarnya sambil berkutat dengan lirik-lirik lagu yang ia buat. Pensil yang Ismail pegang menari nari di atas kertas hingga kertas tersebut menjadi satu buah lirik lagu.

Setelah selesai dengan lirik-lirik lagu yang dibuat oleh Ismail, Ismail bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman hangat. Bapak hingga pukul 8 malam belum pulang karena memiliki pekerjaan yang mendesak.

Isamail berjalan kembali ke arah jendela rumah sambil membawa the hangat yang ia buat tadi.

Ismail berpikir bahwa ia selama ini lebih banyak memainkan lagu-lagu barat sedangkan lagu-lagu Indonesia sangat jarang, lalu Ismail bertekad bahwa ia akan mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu Barat dan akan membuat lagu sendiri.

Setelah berpikir, Ismail pergi kembali ke dalam kamarnya dan kembali berkutat dengan kertas serta pensilnya. Ia menulis lagu Ali Baba Rumba, Ohle le di Kotaraja, dan Ya Aini.


-----

Ismail mendatangi meja Ali karena tadi pagi Ali membawa kertas-kertas yang berisi lagu-lagu yang dibuat oleh Ismail.

"Mana kertasnya?" tanya Ismail.

Ali menatap Ismail dengan tatapan memuja, "Keren banget kamu Mail,nih," ucap Ali sambil memberikan kertas-kertas Ismail.

"Satu lagu yang kamu buat aku rekam ke dalam piringan hitam di Singapura," ucap Ali lagi

"Loh, kok gak bilang," ucap Ismail merasa tidak terima karena karyanya di rekam ke piringan hitam di Singapura tanpa persetujuannya..

"Maap, tapi gak papa kan ?" tanay Ali kembali.

Ismail menghela napas ,"Iya gak papa, nanti kalau mau kaya gitu bilang dulu,"

"Siap," ucap Ali.

Isamil kembali ke mejanya dan kembali bekerja. Di sela pekerjaannya ia sempatkan untuk menulis lirik-lirik lagu. Karena waktu adalah uang.

Pulang dari pekerjaannya, Ismail dan Ali kumpul dengan orkesnya. Pada hari itu mereka membuat sebuah lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Jaya Islander.

"Untuk hari ini kita udah buat lagu pembukaan, next kita lanjut untuk pembuatan lagu," ucap Adam.

Setelah penutupan perkumpulan orkes hari itu, Ismail dan Ali berjalan ke tempat tongkrongan yang menjual makanan.

"Mail, kamu sejak kapan suka nulis lagu lagu gitu?" tanya Ali sambil menunggu pesanannya.

"Dari kecil aku suka musik, tapi lirik lagu gitu umur 17," jawab Ismail.

"Keren banget," ujar Ali smabil bertepuk tangan.

"Suka musik karena apa?" tanya Ali.

"Karena bapak suka musik juga kayanya. Di rumahku banyak alat musik jadi kalau lagi bosen main alat musik. Kalau masih bosen bikin lirik lagu, tapi sekaramg buat lirik lagu jadi candu sih," ucap Ismail.

"Candu?" tanya Ali bingung.

"Iya, rasanya mau buat lagi mau lagi lagi terus," jelas Ismail.

"Wah keren banget kamu, kapan kapan aku ke rumah kamu ya," ucap Ali.

"Boleh," ucap Ismail..

-----

Pagi hari yang cerah saat Ismail berkutat dengan pekerjaannya tiba-tiba suara siaran radio NIROM membuat Ismail dan Ali beranjak dari duduknya. Mereka berdua mendekati radio yang ada di kantor tersebut. Lagu pembukaan Sweet Jaya Islander yang mereka buat dan rekam kemarin terdengar di siaran radio NIROM. Setelah lagunya selesai di putar, Ismail dan Ali saling tatap lalu keduanya segera bergegas ke tempat perkumpulan orkes setelah berpamitan kepada atasannya.

Sesampainya disana, ternyata teman-teman yang lain sudah ada di sana.

"Dam, kenapa lagu kita bisa di putar di siarain radio NIROM?" tanya salah satu anggota perkumpulan orkes.

"Iya kenapa dam?"

Adam menghela napas dengan berat sebelum berbicara, "Aku juga gak tahu tiba-tiba lagu yang kita buat dan rekam di putar di siaran radio NIROM. Mereka gak ada pemberitahuan atau basa basi ke aku juga," ucap Adam sambil menatap teman temannya.

"Yaudah kita protes aja ke Siaran Radio NIROM, kenapa mereka nyiarin lagu kita tanpa persetujuan kita," ucap Ismail.

"Setuju!!" ucap yang lain dengan serempak.

Setelah berdiskusi beberapa hal. Isamil, Adam dan yang lainnya mengajukan protes ke NIROM, namun protes mereka tidak digubris oleh direktur NIROM.

-----

Masalah NIROM yang menyiarkan lagu perkumpulan orkes yang baru dibuat dan direkam tanpa pemberitahuan maupun basa-basi masih diingat oleh anggota perkumpulan orkes.

 
Setelah Perkumpualn orkes protes berkali kali akhirnya Radio NIROM mulai membatasi acara siaran musiknya tepatnya pada masa awal perang Dunia II karena Radio NIROM mulai di batasi, beberapa orang Indonesia di Betawi mulai membuat radio sendiri dengan nama Vereneging Oostersche Radio Omroep (VORO) berlokasi di Karamat Raya. Antene pemancar mereka buat sendiri dari batang bambu yang ada disekitar. Mereka melakukan itu untuk mengathui iinfo dari luar.


 BAB 4 - Pemberontakan

Tahun berlalu, kini Ismail Marzuki  membentuk organisasi Perikatan Radio Ketimuran (PRK) karena pihak Belanda memintanya untuk memimpin orkes studio ketimuran yang berlokasi di Bandung (Tegal Lega). Orkesnya ini membawakan lagu-lagu Barat.

Ismail banyak mempelajari bentuk bentuk lagu barat yang kemudian ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Sedang apa kamu Mail?" tanya bapak petang itu di dalam kamar Ismail.

Ismail menoleh ke arah bapak yang baru masuk ke dalam kamarnya.

"Lagi menerjemahkan lagu pak," jawab Ismail.

"Lagu apa? Mau di terjemahin kemana?" tanya bapak kembali.

"Lagu Rusia ciptaan R. Karsov Mail terjemahkan ke dalam bahasa Sunda jadinya 'Panon Hideng'" jawab Ismail

Bapak mengangguk, ikut menerjemahkan lagu Rusia bersama Ismail.

-----

Pagi tadi Ismail baru saja selesai membuat lagu berbahasa Belanda tapi memiliki intonasi Timur yakni lagu 'Als de orchideen bloeien' dan kini lagu tersebut direkam oleh perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV).

Setelah selesai urusannya dengan perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV), Ismail pergi untuk bertemu teman lamanya Abdul dan Hamid di sebuah tempat yang berada di Jakarta.

"Jadi, lagu-lagu kamu itu kamu yang baut sendiri?" tanya Abdul setelah topik perbincangan berganti.

"Iya, bapak juga ngasih usul sedikit sedikit," jawab Ismail.

"Keren banget lagu-lagu kamu Mail, bangga banget aku jadi teman kamu," ucap Hamid.

"Betul, bangga banget aku jadi teman kamu," ucap Abdul.

Ismail tersenyum , "Aku juga bangga punya teman kaya kalian," ucap Ismail.

 
Mereka pun melanjutkan perbincangan perbincangan setelah sekian lama tidak berjumpa dan mengobrol. Banyak hal yang mereka ceritakan. Mulai dari menceritakan kembali kisah mereka saat masih di sekolah hingga cerita masing-masing, pengalaman yang sudah dilakuakn oleh masing-masing.

Pukul 8 malam Ismail baru sampai rumah. Saat masuk ia melihat bapak yang sedang menyantap makanannya.

"Assalamualaikum pak," ucap Ismail.

"Waalaikumsalam, langsung bersih-bersih sana," ucap bapak setelah menyeruput teh hangat yang bapak buat.

"Siap pak," jawab Ismail.

Ismail pun bersih-bersih badan dan setelah itu ia langsung menyantap makan malamnya. Karena telat pulang, ia makan malam sendiri. Biasanya Ismail dan bapak akan makan malam bersama.

Selesai makan, Ismail langsung masuk ke dalam kamarnya karena bapak sudah masuk ke dalam kamarnya sedari tadi dan mungkin sekarang sudah bertemu dengan mimpinya.

Isamail mengambil secarik kertas dan alat tulisnya lalu ia duduk di dekat jendela sambil mendengarkan lagu yang ia buat tadi pagi. Ismail menerjemahkan lagu  'Als de orchideen bloeien' yang ia buat ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 'Bila Anggrek Mulai Berbunga'.

-----

Tahun terus berlalu, Ismail dekat dengan penyanyi kroncong Eulis Zuraidah dan tepat pada tahun 1940bIsmail Marzuki menikah dengan Eulis Zuraidah dan memiliki anak yang bernama Rachmi Aziah.

-----

Pada Maret 1942, saat Jepang menduduki seluruh Indonesia, Radio NIROM dibubarkan diganti dengan nama Hoso Kanri Kyoku. PRK juga dibubarkan oleh Jepang, dan orkes Lief Java berganti nama menjadi Kireina Jawa.

 

 BAB 5 -- Menyerah-Kembali

Pagi itu tepatnya awal  bulan September 1945. Isamil sudah rapih dengan pakaiannya untuk pergi ke pertempuran saat NICA (Belanda) datang.

"Hati-hati mas," ucap Eulis, istri Ismail.

Isamil mengangguk lalu ia kecup kening sang istri sebelum meninggalkan rumahnya.

Selain dikenal sebagai seniman atau musisi, Ismail nyatanya nyaris selalu ada manakala terjadi pertempuran. Dan Hari itu, awal bulan September Ismail ikut gabung dalam pertempuran NICA (Belanda) datang.

"Untuk semua hati-hati," ucap komando saat itu.

Ismail mengikuti perintah dari komando dari awal hingga selesai pertempuran.

 

Larut malam Ismail pulang ke rumah dengan baju yang sudah kotor dan wajah yang sudah ditempeli oleh debu debu. Ismail memasuki rumah yang sunyi, penghuni rumah sudah tertidur. Ia segera bersih-bersih lalu ia ambil secarik kertas dan menulis lirik lirik lagu dari apa yang ia lihat. Kegiatan Ismail itu sudah menjadi candu bagi Ismail, jika tidak dilakuakn akan ada yang berbeda.

-----

Berita mengenai Belanda yang makin merajalela di Indonesia membuat Ismail bergabung dengan teman-temannya yang akan melakukan pertempuran.

"Aku berangkat dulu, tolong jaga bapak dan anak kita," ucap Ismail di depan halaman rumahnya.

Eulis mengangguk. Kebutuhan bapak kini sudah menjadi tugas Eulis selama Ismail tidak ada dirumah. Karena usia bapak yang sudah menua pula, jadi bapak tidak bisa melakukan semua hal sendiri seperti dulu kini ia membutuhkan bantuan.

Ismail dan Eulis sudah memiliki anak yang bernama Rachmi Aziah.

"Siap mas, kamu juga harus hati-hati, tetap waspada," ucap Eulis lalu ia menyalami sang suami sebelum meninggalkan halaman rumah.

Isamil saat itu bergabung dengan temannya untuk melakukan pertempuran ketika meletusnya peristiwa Bandung Lautan Api di medio Maret 1946.

-----
Tak terasa kini sudah memasuki akhir tahun 1946. Beberapa tahun belakang ini, Ismail banyak mengikuti perlawanan-perlawanan bersama teman temannya untuk melawan bangsa Belanda. Kini Ismail tengah duduk santai bersama sang istri sedangkan anaknya dan sang bapak sedang pergi keluar.

Saat Ismail dan sang istri, Eulis berbincang tiba-tiba ada salah satu pekerja Radio Republik Indonesia (RRI) datang menghampiri kediaman Ismail. Pekerja tersebut datang dengan terburu buru dan dengan napas yang tersenggal senggal.

Ismail dan sang istri dengan spontan berdiri menyambut kedatangan salah satu pekerja Radio Republik Indonesia (RRI).

"Ada apa?" tanya Ismail.

Pekerja tersebut mengambil napas lalu dihembuskannya sebelum ia berbicara "Begini pak, tiba-tiba pihak Belanda ingin mengambil alih Radio Republik Indonesia," ucap pekerja tersebut.

"Apa maksud Belanda?" tanya Ismail tak terima dengan apa yang ia dengar.

"Tidak tau pak, tadi saat saya sedang bekerja tiba-tiba dari pihak Belanda datang dan memberi tahu bahwa Radio Republik Indonesia ia ambil alih," jelas pekerja tersebut.

"Sekarang pihak Belanda ada dimana?" tanya Ismail.

Sang istri yang merasa suaminya sudah mulai emosi memgambil tindakan dengan menepuk nepuk lengan Ismail agar Ismail tenang dan dapat mengambil keputusan yang tidak akan ia sesali.

Ismail menghela napas dengan berat

Setelah mendengar jawaban salah satu pekerja Radio Republik Indonesia yang datang ke rumahnya bahwa pihak Belanda masih berada di lokasi Radio Republik Indonesia. Ia segera bergegas untuk mendatangi pihak Belanda..

"Aku pergi ke lokasi dulu," ucap Ismail.

"Hati-hati jangan emosi, " ucap Eulis sambil menyalami sang suami.

Ismail dan pekerja tersebut pergi ke lokasi. Disana ada beberapa orang pihak Belanda yang seperti dicerikatan oleh perkerja yang datang ke rumahnya tadi.

"Ada apa ini?" tanya Ismail dengan tegas.

Pihak Belanda menghampiri Ismail.

"Kami akan mengambil alih Radio Republik Indonesia (RRI) di Jakarta ini dan kami akan menggantinya dengan nama Radio Omroe in overgangstijd (ROIO)," jawab salah satu pihak Belanda dengan tegas pula.


"Kenapa di ambil alih? Ini radio punya bangsa Indonesia, kenpa pihak Belanda mengambil alih?" Tanya Ismail kembali.

"Ini merupakan keputusan dari atasan kami, tidak ada bantahan ataupun pemberontakan, silahkan keluar," ucap salah satu pihak Belanda kembali.

Para pihak Belanda telah diperintahkan oleh atasannya untuk mengambil alih Radio Republik Indonesia (RRI).

Ismail menghela napas, ia tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan Radio Republik Indonesia (RRI).

Ismail dengan guntai pulang kerumahnya. Di halaman Eulis sudah menunggu dengan raut khawatir.

"Bagaimana ?" tanya Eulis.

Ismail duduk di bangku yang berada di halaman rumah lalu ia menggelengkan kepala.

"Aku gak bisa buat apa-apa, pihak Belanda sudah final dengan keputusannya"

Eulis mengangguk lalu tangannya terangkat mengusap punggung Ismail.

"Gapapa mas, yang penting kamu sudah berusaha untuk membela bangsa Indonesia, kamu bisa melakukan hal yang lain untuk melakukan perlawana kepada bangsa Belanda," ucap Eulis dengan suara lembutnya.

Ismail menghela napas lalu ia mengangguk.

"Aku mau ke air dulu," ucap Ismail sebelum meninggalkan halaman rumah dan istrinya.

-----

Minggu berganti minggu. Ismail kini sedang berkutat dengan kertas dan pensilnya, ia kembali menulis lirik lirik lagu untuk lagu barunya. Sang istri menemaninya sejak awal ia menulis lirik hingga selesai.

"Menurut kamu gimana?" tanya Ismail melihatkan hasil pikirannya yang ia tulis dalam bentuk sebuah lirik lagu

"Selalu bagus dan makna liriknya keren sekali," jawab sang istri dengan senyum lebarnya.

"Aku isi ulang teh manis kamu dulu," ucap sang istri kembali. Lalu ia mengambil gelas Ismail yang sudah tandas dan pergi ke dapur.


Ismail berdiri dan merenggangkan badannya setelah beberapa jam duduk. Ia berjalan ke arah jendela untuk melihat pemandangan pemandangan orang berlalu lalang. Tiba-tiba ada beberapa orang pihak Belanda yang datang ke rumah Ismail. Ismail segera berjalan dengan cepat kearah pintu dan membukakan pintunya.

"Ada apa?" tanya Ismail.

"Kedatangan kami disini karena perintah atasan kami. Atasan kami menawarkan Ismail Marzuki untuk mengisi kembali siaran music di ROIO," ucap salah satu pihak Belanda.

"Tidak mau," ucap Ismail spontan.

"Atasan kami menawarkan gaji besar, mobil, serta fasilitas lainnya jika anda mau bergabung kembali untuk mengisi siaran music di ROIO," ucap salah satu pihak Belanda kembali.

"Tidak mau, sudah kalian pergi dari kediaman saya," ucap Ismail dengan tegas.

Pihak Belanda pun pergi meninggalkan kediaman Ismail.

Ismail tidak mau bekerja sama dengan Belanda terlebih lagi bekerja untuk kepentingan Belanda. Ismail memilih hengkang dari RRI yang telah berubah menjadi ROIO, Itu merupakan salah satu carabyang ia lakukan untuk menjaga harga diri dan martabat negeri.

-----

Pada penghujung tahun1949 Belanda menyerahkan kembali kedaulatan kepada pemerintahan Republik Indonesia  dan pada saat itu Ismail kembali mengambil alih untuk Radio Republik Indonesia.

Ismail masih aktif dengan kegiatan yang sudah menjadi candunya yaitu menulis lirik lagu. Melalui lagu ciptaannya , Ismail menggelorakan semangat para pejuang Republik Indonesia yang selalu ia lihat perjuangannya untuk terus berjuang mempertahankan martabat bangsa.

Banyak sekali karya ciptaan Ismail Marzuki yang ia tulis sejak ia berumur 17 tahun. Lagu lagu yang Ismail tulis banyaknya mengangkat tema perjuangan dan nasionalisme. Diantaranya yaitu gugur bunga, rayuan pulau kelapa, bandung selatan di waktu malam, karangan bunga dari selatan, selamat datang  pahlwan muda , Indonesia pusaka dan masih bamyak lagi.

 
BAB 6 -- Akhir

Setelah penyerahan kembali kedaulatan, Ismail kembali aktif dalam kegiatan-kegiatan yang biasa ia lakukan. Kini Ismail dan sang istri sedang berjalan jalan berdua menyusuri kota Jakarta yang keadaanya lebih baik dari beberapa tahun yang lalu.

"Sehat sehat selalu mas," ucap Eulis sambil menatap Ismail di tengah ramainya kota Jakarta.

Ismail pun menatap balik sang istri, ia hanya tersenyum dan kembali berjalan menyusuri jalanan kota Jakarta.

Setelah pulang dari acara jalan jalan berdua bersama sang istri. Ismail kembali berkutat dengan lirik lirik lagu ciptaannya. Eulis datang menghampiri sang suami sambil membawa minuman dingin karena cuacanya sangat panas.

"Minum dulu,jangan terlalu cape kamu," ucap Eulis.

Setelah meneguk habis minumannya Ismail melambaikan tangan kepada sang istri yang masih berdiri di hadannya. Ia memberi kode tangan untuk Eulis mendekat.

"Kenapa?" tanya Eulis ketika jaraknya dekat dengan sang suami.

"Sini duduk, aku mau tiduran di pangkuan kamu, cape," ucap Ismail.

Lalu Eulis duduk dengan kaki yang yang berselonjor sesuai permintaan Ismail. Ismail pun mulai merebakhan tubuhnya dan tangan Eulis dengan spontan mengusap usap kepala Ismail dengan kehangatan. Namun lama kelamaan, Eulis merasa bahwa Ismail tidak ada pergerakan dan tak ada sepatah katapun yang Ismail ucapkan.

"Mas, mas, bangun mas," ucap Eulis dengan suara yang sudah bergetar.

Namun Ismail tak kunjung bangun dan tepat pada tanggal 2 januari 1971, saat usia Ismail 44 tahun Ismail menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan sang istri. Ismail kembali ke pangkuan tuhan yang maha esa tanpa pamit, pesan, dan tanpa meninggalkan gejala apapun.

Sang istri dan putrinya mengalami duka yang mendalam setelah kepergian Ismail. Ismail dimakamkan di TPU Karet Bivak,Jakarta.

Beberapa hari kemudian, Eulis, istri almarhum Ismail mendapat informasi, menurut dokter yang memeriksa Ismail saat beberapa minggu sebelum Ismail meninggal dunia, bahwa Ismail memiliki penyakit yang meyerang paru parunya dan kemungkinan besar Ismail meninggal karena penyakit paru-parunya tersebut.

-----

10 tahun kmeudian..


Daun daun berjautuhan dari pohon, Eulis dan sang putri, Rachmi berjalan mengelilingi taman yang sangat indah. Taman tersebut merupakan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang didirikan untuk mengenang seniman pejuang bangsa Indonesia yang menghasilkan banyak karya monumental.

Dan pada 2004. Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar pahlawan kepada alm. Ismail Marzuki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun