Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kambing Curian

5 November 2022   21:22 Diperbarui: 6 November 2022   21:30 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wasir tidak meneruskan pertanyaan. Ia lebih banyak memuji kambingnya yang terawat dengan baik. Terlebih setelah ia tahu, Misin yang selama ini merawat, dan menjaganya.

Sekaligus membiarkan kambing-kambing ini merumput bebas.

"Itu kambing saya,"ujar Wasir.

"Ambil pak,"pinta Misin yang bersiap pergi.

"Tidak. Sekarang kambing ini punyamu, Nak."

"Bukan, pak. Pasti nanti diakui punya bapak saya."

"Bilang pada bapakmu. Sekarang kambing ini punyamu. Bilang juga pak Wasir pemilik kambing ini sudah menemukan kambingnya yang hilang setahun lalu."

Sembari mengatakan itu, Wasir tersenyum, dan mengusap kepala Misin lembut. Misin terdiam, tidak tahu lagi mau mengatakan apa.

Wasir lalu pergi, dan Misin kembali pulang bersama kambing-kambing itu.

***

Pagi itu dua ekor kambing hendak dibawa, entah kemana oleh bapaknya Misin. Namun Misin mencegah ketika mau berangkat sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun