Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kambing Curian

5 November 2022   21:22 Diperbarui: 6 November 2022   21:30 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dekat saja dari sini, di pematang sawah. Tapi di balik ilalang."

Wasir bergegas kemudian, sekaligus pamit hendak kembali ke desanya. Ia sedikit menahan diri untuk tidak menunjukkan amarahnya soal kambingnya yang hilang setahun lalu.

 Ia susuri jalan, kemudian terlihat dari jarak yang tidak terlalu jauh. Misin tampak olehnya sedang memangku dagu, dan membiarkan kambing-kambing itu tetap merumput.

Wasir mendekat, dan Misin gugup. Wasir tersenyum, Misin ketakutan. Misin sudah berpikir Wasir adalah pemilik kambing ini.

Karena tidak ada orang yang bila melihatnya bersama kambing akan mendekat ketika sedang menjaga kambing-kambing ini.

Kata Misin, polos.

"Ini kambing bapak?"

Wasir tidak menjawab. Hanya memperhatikan Misin, dan kambing-kambing itu. Jawabnya,"kenapa berpikir begitu?"

"Saya hanya menerka saja. Karena pasti bukan bapak saya pemiliknya. Bapak miskin, dan tidak punya uang untuk punya kambing."

"Bapak kerja apa?"

"Tidak tahu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun