"Ya, satu orang pemilik toko mati, tiga lainnya terkena peluru nyasar. Entah mereka hidup atau mati,"tuturnya bangga seraya meneguk minuman keras.
"Berapa kilo emas yang dirampok?"
"Cuma tiga kilo saja."
Merasa terkonfirmasi dari pengakuan itu, Â Mamat berseru keras" tiga orang itu mati, dan mereka bapak, ibu, dan adik saya!" dan, ia hujamkan pisau belati ke jantung Joni tanpa basa basi seketika itu juga.
Joni mati  kemudian dengan mata mendelik di dekatnya, dan kedua anak buahnya mati pula ditembak anak didik si Gundul secara bersamaan. Eksekusi malam itu sudah dipandang tepat olehnya, dan usai. Dendamnya pun tunai.
Mamat menjadi buronan sekarang. Buronan organisasi, juga polisi.
Namun sebagai buronan, bukannya sadar, Â ia malah semakin brutal. Hingga saatnya pihak kepolisian menangkap Mamat usai satu minggu merampok toko emas di suatu kota yang jauh dari tempat ia biasa melakukan kejahatannya.
***
Pada sidang pengadilan di kota ini, ia divonis mati oleh majelis hakim di mana ketua majelis hakimnya seorang wanita yang sebaya dengannya. Ia Neneng SH MH.
Mamat mengenali, namun Neneng tidak. Di saat Mamat diminta oleh hakim untuk bicara usai vonis itu, Mamat pun bicara singkat, dan tidak perlu lagi didampingi oleh pengacara yang disiapkan negara.
Ia bicara, dan mengakui semua dakwaan Jaksa atas perbuatannya. Ia pun meminta kepada majelis hakim untuk diperkenankan menghadap guna menyerahkan sesuatu yang barangkali bisa dipandang sebagai bukti baru.