Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aku Tidak Tahu, Mengapa Tulisanku Sulit Dipahami?

30 Juli 2024   12:33 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Satu sisi, tubuh akan mengintimi tubuh yang lain. Seperti halnya tata bahasa ketidaksadaran terhadap relasi antara ’benda nyata’ (pabrik) dan ”limbah beracun” berada pada ’teks (pabrik)’ menjelma menjadi sesuatu yang plural maknanya. ’Pabrik mimpi’, ’pabrik selera’, ’pabrik buku’, ’pabrik ilusi’, dan sebagainya sebagai bagian dari makna yang tidak stabil dan plural.

Di sisi lain, tubuh bukan hanya sebagai obyek abstrak  (molekuler, virtual, seksual), tetapi meluncurkan suatu penampakan yang dingin dari obyek tanda. Sedangkan tubuh dalam setiap teks dan konteks dari tokoh pemahatnya dalam tanda yang berbeda. Tubuh apabila semata dilihat bagaikan hamparan tanah tandus sebagai obyek fisik atau hanya persepsi indera inderawi. Tubuh akan kehilangan daya maknawinya, tatkala ia tidak lagi mengkonsolidasikan dengan tubuh itu sendiri.

Misalnya, ketidaksadaran pada benda relasi antara tanda ”limbah beracun” sejalan dengan ”limbah industri” bersumber dari gagasan seseorang atau kelompok dengan basis analogis, berarti sistem metodis yang dikorbankan demi kelangsungan penyamaran tubuh. Selama ini, gambaran sensasi luar merupakan bagian dari obyek tanda. Terutama tanda kepemilikan ganda dari obyek benda aktif (pabrik/kekuatan) terampas oleh struktur mesin dari dalam tubuh alamiah.

Sebaliknya, sepanjang jalan teks tertulis sebelumnya, laksana ”sungai” akan selamanya menjadi model keintiman, karena ia dipersepsikan sebagai air yang mengalir dengan ”nilai guna” tertentu di antara benda-benda.  

Keseluruhan obyek tanda yang menggambarkan sebagai sesuatu yang mengalir. Katakanlah, malam yang mengalir terus-menerus dengan kekerasan malam silih berganti dengan siang sebagaimana air mengalir sebagai sumber tanda kehidupan.

Contohnya, gejala air sungai tercemar karena limbah beracun (obyek/pabrik) mensubordinasi manusia, dan kebenaranpun mengilusikan dunia sebagai kekerdilan jiwa yang dapat dimaafkan akibat kecenderungan dan kekuatan diri berlangsung tanpa akhir, dipandang sebagai jalan buntu bagi tanda kehidupan.

Karena itu, keberadaannya sudah pasti produksi sosial (ah, tanpa rekayasa pluralitas, subyek dan obyek: nelayan dan perahu) dapat menyingkapkann daya hidup dengan ”celah”, ”lekukan” dan ”saluran” dari obyek (sungai untuk menangkap ikan, air minum, obyek parawisata dan sebagainyanya), sebagaimana obyek hasrat dari hirarki tubuh secara terbuka bagi tanda.

Tergerusnya sensasi luar berarti cermin pasca-penubuhan dalam kegairahan yang sesaat. Ia mengangkat ketidakstabilan demi ketidakstabilan makna dengan mempertimbangkan teks tertulis untuk mengatakan. Kewaspadaan pada ketidaksadaran lebih dekat dengan monster; ia bukan kedalaman dari ’diskursus’.

Tidak ada kerahasiaan melankoli asal-usul, karena kita meniadakan suatu percepatan aliran dunia absurd demi mengacaukan ’narator’. Menyingkap rahasia rahasia, ketika kita mengajukan pertanyaan. Saya kira, tidak ada pertanyaan dan sia-sia memang mengajukan pertanyaan dengan tulisan ecek-ecek ini (izin saya, ketawa sedetik saja!).

Selama ini pertanyaan yang sering mengemuka yang terkait dengan ketulusan, diantaranya masih adakah subyek gairah ketika kondisinya tidak lagi menguntungkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya? Apakah itu tubuh-erotis? Dapatkah kita bertahan hidup meskipun ”cinta atas tubuh libinal yang pucat” kita korbankan demi melayani egosentris alam? Ataukah prinsip kesenangan dan ”hiruk-pikuk pemikiran ilmiah” tidak berhubungan sama sekali dengan canda tawa dan kematian yang tertunda? 

Sampai saat ini, pengetahuan kita tentang cinta atas tubuh pikira berkaitan dengan gagasan kebahagian dan keindahan acapkali disesuaikan pada tanda representasi dan hirarki pengetahuan itu sendiri, tanpa mempersoalkan lagi tanda apakah mendahului atau didahului sesuatu. Akumulasi intelektual yang dimaksud adalah ’permainan’ yang menuntut segera membuka kepura-kepuraan dan kelesuhan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun