Dari sini, dimulailah tulisan di layar, di era medsos atau era Artificial Intelligence. Semuanya mengalir dari hubungan timbal balik; ia saling mengisi dan saling menopang. Alirang tulisan dan aliran hasrat, aliran modal dan aliran darah saling terjalin kelindang.
Dalam hasrat, ia selalu berhadapan dengan sintesa, bukan analisis, karena analisis lebih meyakinkan pembujukan pikiran dan sintesis lebih bercorak fenomena nafsu dan tubuh.
Kini, melihat suatu gairah tubuh yang fantastis dan rapuh. Berdasarkan hirarki ujaran dan sedikit dusta di hadapan tanda sebagai prasyarat dari suatu ’tubuh yang direnungkan’.
Berlainan dengan proses perkembangan nafsu di bawah permukaan citra tubuh, ketika tubuh libidinal terlucuti sebagian tubuh, tidak terlacak penyebabnya (meskipun penyakit mental disentuh dengan terapi medis).
Pada umumnya, berdasarkan perkembangan fenomena nafsu, ruang-ruang benda dan mimpi mendapat ditangkap oleh indera sensorik dan didukung oleh taraf pembacaan.
Sementara itu, sensasi paling dalam sedapat mungkin mengimbangi benda-benda. Kesatuan paradoks, maka stimulasi pikiran kritis atas sisi birahi gelap secara spontan meledak ”ke dalam,” ia menggelar ”tanda kontemplasi dini” atas bisikan yang mengitarinya dari seluruh penjuru. Terkuaknya ruang pengetahuan adalah sebagian dari bentuk-bentuk permukaan dari luapan tubuh.
Tetapi, kemaujudannya tidak memahami apa yang terjadi pada sesuatu melalui pikiran dan sensibilitas perasaan berarti pembutaan sistemik. Pada dasarnya obyek menurut indera kita tidak mungkin dijadikan dasar penetapan tindakan sewenang-wenang kepada aliran hasrat antara celah dan tingkat kevalidan sehingga citra dengan salinan yang teracak.
Sementara, obyek yang luas menandakan daya yang sangat memadai untuk ditafsirkan sebagai makhluk rasional atas alam empiris, tanpa tiruan dan tanpa permainan.
Sekalipun benda-benda dapat digambarkan dan diperlakukan dengan pikiran, tetapi secara citra juga akan berada dalam kondisi tertentu. Godaan yang mengenyampingkan pikiran.
Karena kenikmatan yang dialami membebankan jejak-jejak melalui tubuh. Namun demikian, ada sesuatu yang tidak dapat disepelehkan, yakni produksi birahi lahir menjadi daya pesona, atau akhir pertukaran dan ’penerobosan’ sebagai obyek nyata dari daya kritis yang tidak hanya memiliki pengetahuan dibentuk oleh penggali ’situs-situs filsafat’. Agen tubuh sama sekali tidak memiliki subtansi dalam model hiperealitas cita rasa.
Ironi, khutbah, teater kekerasan, dan ilusi tidak dapat lagi dipalsukan. Kecuali penderitaan dan kesenangan sebagai titik tolak kedalaman selera yang kosong, sekalipun itu dianggap kondisi yang luar biasa.